Bulan Ramadhan adalah bulan yang istimewa bagi umat Muslim di seluruh dunia, di mana umat Muslim menjalani ibadah puasa sebagai bagian dari keyakinan agama mereka. Selama bulan ini, takjil atau makanan ringan yang dikonsumsi untuk berbuka puasa menjadi hal yang sangat digemari. Namun, ada kekhawatiran tentang penggunaan bahan sintetis dalam takjil Ramadhan, yang dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan dan keberlanjutan lingkungan.
Pertama-tama, penggunaan bahan sintetis dalam takjil Ramadhan dapat membahayakan kesehatan konsumen. Beberapa takjil Ramadhan yang dijual di pasaran mengandung bahan-bahan sintetis seperti pewarna buatan, pengawet, dan perasa tambahan. Penggunaan bahan-bahan ini dapat menyebabkan reaksi alergi, gangguan pencernaan, dan bahkan masalah kesehatan jangka panjang seperti gangguan hormon dan penyakit kronis. Terlebih lagi, takjil Ramadhan seringkali dikonsumsi dalam jumlah yang cukup besar selama bulan Ramadhan, sehingga meningkatkan potensi risiko kesehatan akibat penggunaan bahan sintetis yang berlebihan.
Selain itu, penggunaan bahan sintetis dalam takjil Ramadhan juga dapat berdampak negatif pada lingkungan. Produksi bahan sintetis seringkali melibatkan penggunaan bahan kimia berbahaya dan proses produksi yang merusak lingkungan. Penggunaan bahan sintetis dalam takjil Ramadhan yang tidak ramah lingkungan dapat meningkatkan polusi udara, air, dan tanah, serta menghasilkan limbah yang sulit terurai dan berkontribusi pada perubahan iklim. Dalam jangka panjang, penggunaan bahan sintetis yang berlebihan dalam takjil Ramadhan dapat merusak ekosistem dan keberlanjutan lingkungan, yang dapat berdampak buruk pada kualitas hidup manusia dan makhluk hidup lainnya.
Selain itu, penggunaan bahan sintetis dalam takjil Ramadhan juga dapat merugikan para produsen lokal yang menghasilkan takjil berbasis bahan alami. Bahan sintetis seringkali lebih murah dan mudah diperoleh daripada bahan alami, sehingga produsen cenderung beralih ke penggunaan bahan sintetis untuk menghemat biaya produksi. Hal ini dapat mengurangi permintaan terhadap bahan alami lokal dan berpotensi mengancam keberlanjutan mata pencaharian petani atau produsen lokal yang mengandalkan bahan alami sebagai bahan baku takjil Ramadhan.
Untuk itu, penting bagi kita sebagai konsumen untuk lebih bijaksana dalam memilih takjil Ramadhan yang kita konsumsi. Sebaiknya kita memilih takjil yang terbuat dari bahan alami dan organik, tanpa atau dengan minimal penggunaan bahan sintetis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H