Mohon tunggu...
Ajeng Nurasyiah
Ajeng Nurasyiah Mohon Tunggu... Lainnya - 🌻

Hanya insan biasa

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kritik Novel "Sepatu Dahlan"

4 Maret 2021   22:19 Diperbarui: 4 Maret 2021   22:29 1100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Novel "SEPATU DAHLAN" adalah salah satu trilogi novel inspirasi Dahlan Iskan yang merupakan sebuah karya dari Khrisna Pabichara. Novel ini menceritakan jalan hidup, suka duka, serta optimisme dan rasa syukur dahlan saat pertama kali memiliki sepatu. 

Singkatnya novel ini membuat pembaca memahami arti perjuangan seorang Dahlan Iskan,seorang anak dusun yang gigih berjuang menjadi seorang jurnalis hingga menjadi menteri. Melalui novel ini terungkap bahwa Dahlan Iskan dibesarkan dalam keluarga miskin di desa Kebon Dalem, magetan, Jawa Tengah yang berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Namu saat kecil orang tuanya selalu menekankan bahwa hidup miskin bukan berarti harus meminta-minta untuk dikasihani, melainkan harus dihadapi dengan bekerja dan berusaha. Perih karena rasa lapar yang sering dialaminya, meskipun kehidupannya dalam keaadan sulit tetapi orang tuanya tetap mengutamakan pendidikan bagi anak-anaknya.

Hari demi hari ia lewati dengan sebuah belajar yang giat, bekerja, berjuang berkilometer tanpa alas kaki 

Untuk bersekolah maupun berkegiatan seperti melatih bola voli. Jika uang bayaran itu sudah banyak Dahlan akan mewujudkan impiannya membeli sepasang sepatu. Akhirnya mimpi dahlab untuk membeli sepatu tercapai dan ada impian lain yaitu membeli sepeda untuk kendaraan ke sekolah.

Dahlan disekolahnya memiliki nilai yang tinggi da ia melanjutkan sebagai mahasiswa  di luar kota, selama menjadi mahasiswa mimpi baru pun bermunculan pada diri dahlan. Semua usaha dahlan tidak sia-sia sejak masa kecilnya, kini ia memperoleh hasil yang berlimpah. Dahlan yang memiliki keluarga dengan segala keterbatasan ekonomi , berhasil merubah hidupnya bahkan menciptakan lapangan kerja bagi orang lain pada masa  kejayaan.

Novel ini menyadarkan pembaca bahwa kemiskinan bukanlah akhir dari segalanya.

Ayah berpetuah "Kemiskinan yang dijalani dengan tepat akan mematangkan jiwa." Hal itu diterapkan oleh dahlan dalam menjalankan hidupnya  yang kelam akan kemiskinan.

Gaya bahasa yang digunakan dalam novel "Sepatu Dahlan" sederhana,tidak berbelit-belit sehingga mudah dimengerti,beberapa kutipan percakapan yang menggunakan bahasa jawa tetapi mudah dimengerti dan tidak menyulitkan para pembaca. Penulis menggunakan alur maju di setiap bab, Namun alur tidak tentu ada yang tidak berkesinambungan. Bab 5 dan bab 7 menceritakan tentang keadaan keluarganya sedangkan bab enam menceritakan sejarah yang tidak ada hubunganya sama sekali, hal ini dapat membingungkan pembaca.

Banyak motivasi dalam novel ini berjuang untuk mewujudkan mimpi-mimpi walau diatas segala keterbatasan dan bersyukur kepada Allah SWT  atas segala nikmatnya yang telah diberikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun