Dunia pendidikan di Indonesia masih dihadapkan oleh beberapa kendala yang berkaitan dengan mutu pendidikan. Masih banyak pembelajaran di Indonesia yang terfokus dan berpusat pada guru, sedangkan siswa kurang diperhatikan keberadaanya. Akibatnya, siswa kurang aktif selama proses belajar mengajar berlangsung karena siswa hanya mendengarkan ceramah dari guru. Berdasarkan observasi, proses pembelajaran yang di lakukan selama ini di SMA Negeri 1 Setu Kabupaten Bekasi Khususnya Kelas X IPS 3, cenderung pada pencapaian target materi kurikulum dan lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Guru menyampaikan materi dengan metode ceramah, di mana siswa hanya duduk, mencatat dan mendengarkan apa yang akan di sampaikan, sehingga ketika di minta untuk bertanya oleh guru, banyak yang tidak melakukannya. Siswa kurang termotivasi untuk lebih aktif mengutarakan pendapat, ide gagasan, pertanyaan, dan kesulitan kesulitan maupun hal-hal yang belum di pahami selama pelajaran berlangsung. Suasana pembelajaran mata pelajaran PPKn masih sangat kurang sehingga proses dan hasil belajar juga sangat rendah. Hasil ulangan harian yang dilakukan diawal semester menunjukkan sekitar 70% siswa tidak tuntas belajar dan Nilai rata[1]rata di bawah Nilai KKM (75).
Kondisi tersebut membuat guru, melakukan evaluasi diri melalui refleksi dan diskusi dengan teman sejawat, hasil diskusi tersebut teman sejawat ada yang berpendapat bawah hendaknya pembelajaran yang dilakukan sebaiknya menggunakan strategi pembelajaran yang mengajak siswa untuk secara aktif menemukan fakta, konsep, prinsip dengan melalui suatu proses sehingga siswa akan memperoleh pengalaman belajar yang mendalam. Selain itu penggunaan media yang nyata, menarik dan dapat diobservasi secara langsung oleh siswa juga harus dilakukan. Pembelajaran dapat dilaksanakan tidak hanya di dalam kelas tanpa menghadirkan media yang menarik bagi siswa, namun pembelajaran dapat pula dilaksanakan di luar kelas dengan memanfaatnya lingkungan sebagai media dan sumber belajarnya (Iskandar, 2009). Berdasarkan catatan di atas, maka artikel ini dilakukan dengan tujuan mengetahui apakah Metode PBL dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.
A.1 HASIL BELAJAR PADA MATERI WAWASAN NUSANTARA
Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Utami (2017) dalam penelitiannya menjelaskan hasil belajar merupakan segala sesuatu yang menjadi milik peserta didik akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya.
Hasil Belajar Wawasan Nusantara adalah Wawasan Nusantara adalah cara pandang sebuah bangsa tentang dirinya ditengah-tengah lingkungan strategis yang bergerak serba cepat dan dinamik, agar bangsa tersebut tetap eksis dan survife. Pengertian lain dari wawasan nusantara secara termininologi wawasan nusantara diartikan sebagai cara pandang sebuah nation state tentang diri dan lingkungan strategiknya yang berubah serba dinamik dengan mempertimbangkan aspek cultural, histories, geografis, ruang hidup, idealisme, falsafah Negara, konstitusi, aspirasi, identitas, integritas kelangsungan hidup dan perkembangan kehidupannya serta kemampuannya dan daya saingnya.
Wawasan nusantara adalah doktrin politik bangsa Indonesia untuk mempertahankan kelangsungan hidup Negara Republik Indonesia, yang didasarkan pada Pancasila dan UUD 1945 dengan memperhitungkan pengaruh geografi, ekonomi, demografi, teknologi dan kemungkinan strategik yang tersedia. Dengan perkataan lain, wawasan Nusantara adalah geopolitik Indonesia. Dan nilai yang terkandung didalam wawasan nusantara telah diintegrasikan didalam lima aspek secara intern yaitu kesatuan wilayah, kesatuan bangsa, kesatuan ekonomi, kesatuan budaya, dan kesatuan pertahanan sedangkan untuk ekstern nilai integrasi itu diusahakan dengan ikut mewujudkan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Memperhatikan proses pertumbuhan itu, nyata benar bahwa wawasan nusantara tersebut masih terikat kepada konsepsi-konsepsi kekuatan.
Oleh sebab itu, pemikiran-pemikiran yang kini sedang berkembang jelas mengarah kepada usaha untuk dapat menyusun dan merumuskan "Wawasan Nusantara" sebagai suatu "Wawasan Nasional", yang tidak hanya diperuntukkan bagi Hankamnas saja, melainkan yang dapat menyeluruh meliputi "segenap segi kehidupan nasional", hingga dapat mendasari konsepsi ketahanan nasional. Demikianlah tumbuh pemikiran-pemikiran dan pengkajian mengenai wawasan nusantara sebagai salah satu aspek daripada falsafah hidup nasional kita, yang berisi dorongan-dorongan dan rangsangan-rangsangan untuk mencapai tujuan serta aspirasi-aspirasi nasional kita. Seperti keadaan sekarang menunjukkan, bahwa bergeraknya arah pemikiran[1]pemikiran untuk mencakup segenap aspek-aspek kehidupan nasional kita, guna dapat menemukan jawaban dan perumusannya, bagaimana kita menyusun suatu konsepsi strategis untuk dan menjamin tatakelangsungan hidup nasional kita, seperti halnya menyelenggarakan telah berhasil kita rumuskan dalam konsepsi ketahanan nasional.
Sesungguhnya, kelangsungan itu dituntut oleh hidup sendiri, karena tanpa kelangsungan, hidup itu akan terhambat. Terhambatnya kehidupan bisa berakibat pada kematian. Oleh sebab itu, disamping kita harus menyelenggarakan dan menjamin tata-pengamanan hidup nasional kita, maka yang terpokok justru kita harus pertama-tama menyelenggarakan dan menjamin tata[1]kelangsungannya. Untuk maksud dan tujuan itulah perlunya kita mengkonsepsi Wawasan Nusantara, yang menyeluruh-bulat dan utuh lengkap meliputi segenap aspek perkehidupan nasional kita. Wawasan nusantara adalah Geopolitik Indonesia, berwawasan dua arah yaitu keluar dan kedalam. Pancasila dan pembukaan UUD 1945 menetapkan nilai instrinstik yang mendasari wawasan nusantara yang nilai integrasi yang di tujukan pada kehidupan internal bangsa maupun kehidupan antar bangsa.
A.2 PROBLEM -- BASED LEARNING
Metode berarti cara yang beratur dan berfikir secara baik untuk mencapai maksud. Konesp metode PBL atau yang biasa disebut pembelajaran berbasis masalah seperti berikut, PBL adalah suatu metode pembelajaran yang mana siswa dihadapkan pada suatu masalah, kemudian dilakukan proses pencarian informasi yang bersifat student centered. Lebih lanjut, definisi bahwa PBL adalah suatu metode yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan baru (Alghadari, 2013; Gunantara, Suarjana & Riastini, 2014; Kartika, Murda & Dharmayanti, 2017; Santiani, Sudana & Tastra, 2017). Ada beberapa manfaat PBL, antara lain: (a) orientasi peserta didik pada masalah, (b) mengorganisasi pesertadidik untuk belajar; (c) membimbing pengalamanindividual kelompok; (d) mengembangkan dan menyajikan hasil karya; (e) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Di sisi lain, ada kelebihan PBL. Kelebihan dari metode PBL, ini antara lain:Â