"Serulah manusia kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik."
Allah mengisahkan bahwa Fir'aun yang mengingkari sang Pencipta, ia bertanya 'siapa yang telah mengutus dan mengirimmu?' Maka, penting untuk kita dalam memperkenalkan diri. Fir'aun kemudian bertanya kembali tentang bagaimana keadaan umat terdahulu. Setelah Musa banyak memberikan pengetahuannya tentang Tuhan, Fir'aun langsung mengajukan bantahannya dengan pertanyaan tentang umat terdahulu. Ketujuh, perencanaan yang matang dan perjanjian, setelah bantahannya, Musa kemudian memberikan buktinya melalui penunjukkan kekuasaan Allah. Dengan bantuan Allah, mengenai kekuatan supranatural.
Kedua pihak membuat ketentuan hari untuk mengadu kekuatan supranaturalnya di hari raya dan di tempat yang adil. Mengapa di hari raya? Karena hari tersebut adalah hari berkumpulnya semua, agar seluruh manusia melihat kekuasaan Allah dan melihat berbagai mukjizat Nabi.Â
Tempat adil maksudnya, tempat yang tidak gaduh dan tidak ada yang menutupi pandangan orang lain. Kemudian Fir'aun mengumpulkan para tukang sihir. Dikisahkan bahwa pada akhirnya seluruh tukang sihir tetap beriman kepada Nabi Musa dan meninggalkan Fir'aun (Abdullah, 2003: 378).
Adapun setelah diupayakannya diplomasi dengan lembut dan pelaksanaan adu kekuatan supranatural tidak berhasil, Nabi diberi wahyu untuk melaksanakan pengeluaran besar-besaran Bani Israel untuk bisa pergi dari cengkeraman Fir'aun pada malam hari menuju al ard al muqaddasah dengan membelah laut sebagaimana dalam surat al-Baqarah ayat 50.
--
"Dan ingatlah ketika Kami belah laut untukmu dan kami tenggelamkan Fir'aun dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan".
Perjuangan tersebut adalah bentuk emansipasi terbaik dalam proses pembebasan Bani Israil dari perbudakan. Keberhasilan Musa yang keluar secara besar-besaran (eksodus) tesebut adalah suatu kemenangan mutlak yangmana eksodus atau khuruj menjadi lambang pembebasan manusia. Fir'aun terus meminta bukti kebenaran ajaran yang dibawanya.Â
Akan tetapi Fir'aun tidak mau beriman terhadap kebenaran tersebut dan mendapat akibat dari perbuatannya sebagai janji Allah bahwa Fir'aun dan bala tentaranya akan hancur binasa (Analisis Universitas Sumatra Utara).
REFERENSI
Nur Padwisana, Gaya Bahasa Komunikasi Dakwah Nabi Sulaiman dengan Ratu Negeri Saba' dan Para Pembesar dalam al-Qur'an (Skripsi). (Surakarta: IAIN Surakarta, 2017).