Kewajiban manusia adalah mengajak dan menasihati orang lain dengan bahasa yang sopan. Prinsip dakwah Nabi Musa yang patut diteladani yaitu pertama menyatakan kebenaran. Kedua, berdakwah dengan lemah lembut tanpa sikap kasar, arogan dan intimidasi. Ketiga berdakwah dengan sabar. Keempat, mengingatkan kepada hari Akhir. Kelima, penjelasan rasional tentang Tuhan dan keenam yaitu ketulusan dalam berdo'a (Padwisana, 2017:7).
Pertama, meski dengan keterbatasan lidahnya, ia berusaha bersama Musa untuk menyampaikan pesan Allah dengan diawali dengan diplomasi halus sesuai petunjuk Allah. Begitulah bentuk diplomasi halus dalam al-Qur'an, seolah olah Allah mengajari kita untuk berkata lembut dan menyampaikan kebenaran. Maka seperti dalam surat Thaha ayat 44:
-- -
"Maka berbicaralah kamu berdua (Musa dan Harun) kepadanya (Fir'aun) dengan kata-kata lemah lembut, mudah mudahan ia ingat dan takut"
Ingat disini maksudnya adalah berpaling dari larangan, sedangkan takut berarti tercapainya ketaatan. Dalam surat Thaha 24-35 dikisahkan, bahwa Musa merasa khawatir kepada Fir'aun karena pernah membunuh pengikutnya dan sebab ketidakf asihan lidahnya karena ketika kecil pernah memakan bara api sehingga ia meminta bantuan Harun ketika berdiplomasi dengan Fir'aun. Strategi diplomasi pertama, ketika Nabi Musa diperintahkan untuk berdakwah kepada Fir'aun, Nabi meminta kepada Rabbnya agar dilapangkan dadanya dalam mengemban amanah.Â
Karena ia yakin bahwa jika Allah tidak menolonnya, niscaya tidak ada kekuatan pada Nabi Musa untuk melakukannya. Kedua, dalam ayat 47 dikisahkan bahwa pada permulaan bertemu dengan Fir'aun, Nabi memperkenalkan dirinya bahwa ia adalah utusan Allah. "Maka datanglah kamu berdua kepadanya dan katakanlah: 'sesungguhnya kami berdua adalah utusan Rabbmu'."
Oleh karena itu dalam Thaha ayat 42, dikisahkan bahwa Allah telah memperingati keduanya agar tidak lalai danharus senantiasa berdzikir yang akan menjadi penolong  sekaligus sebagai kekuatan yang akan menghancurkan mereka.Â
Ketiga, strategi Nabi selanjutnya yakni karena lidahnya terdapat kekauan yang menghalangiya  berbicara, ia meminta bantuan pada Harun agar dapat menyampaikan kata-kata darinya yang mana lidahnya sendiri tidak begitu lancar. Demikian karena Nabi perah mengalami pelat (cadel) karena pernah memasukan jamrah kedalam lidahnya. Ia meminta kepada Allah sesuai kebutuhannyaa saja (Abdullah, 2003: 378).
Keempat, berilmu dan berbekal diri. Allah telah memberitahukan kepada Musa dan Harun apa yang telah diwahyukan kepanya berupa wahyu yang ma'shum (terlindungi), yakni bahwa adzab itu akan ditimpakan kepada orang-orang yang mendustakan tanda kekuasaannya. Oleh karena itu Musa dan Harun berkata kepada Fir'aun  dalam Thaha 47. Kelima, menjunjung peraturan.Â
Ketika Nabi dihalangi masuk, Nabi menurutinya, seperti dalam hadits al-futuun dari Ibnu Abbas, bahwasannya "kedunya diam didepan pintu ketika tidak diberi izin, hingga akhirnya keduanya diberi izin setelah mengalami pemagaran yang ketat''. Keenam, strategi selanjutnya yakni, diriwayatkan dari Sufyan ats-Tsauri: "Gunakanlah kun-yah (nama panggilan, contoh Abu Hurairah) agar bisa menyentuh jiwa, lebih mendalam, dan mengenai sasaran''. An-Nahl: 125:
--