Dampak pandemi COVID-19 telah memasuki era VUCA membuat ancaman perubahan terjadi di seluruh dunia. Umat manusia mengalami berbagai tantangan seiring dengan perkembangan dunia yang bergejolak, penuh ketidakpastian, kompleksitas, dan ambiguitas (VUCA). Krisis global ini menciptakan tatanan dunia baru, dimana pandemi COVID-19 membuat percepatan dalam proses kehidupan era perubahan industri 4.0. dan masyarakat 5.0 sehingga setiap individu harus menerima setiap tuntutan perubahan tersebut. Secara psikologis, individu perlu membangun kembali kemampuan pertumbuhan pribadi yang berkaitan dengan kekuatan psikologisnya, atau yang dikenal dengan istilah resiliensi. Resiliensi merupakan proses yang memungkinkan pemulihan dari atau adaptasi terhadap kesulitan; proses mempertahankan kekuatan emosional dalam menghadapi kesulitan, trauma, tragedi, ancaman, atau sumber stres, serta proses adaptasi yang dinamis terhadap kondisi kehidupan yang menantang yang mencakup beberapa aspek sumber daya pribadi dan dianggap sebagai pelindung kesehatan mental.Â
Resiliensi juga berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh, yaitu jika individu memiliki pengalaman emosi positif pada saat mengalami stres, maka individu tersebut dapat mengontrol gaya hidupnya dengan baik. Beberapa hal penting yang dapat dilakukan dan dapat dikembangkan dari waktu ke waktu antara lain: secara fisik, kognitif, emosional, dan interpersonal.Â
Kemampuan membangun resiliensi akan membantu individu mengelola pengalaman yang sulit dan mempertahankan emosi positif dalam kehidupan yang dicirikan dengan volatilitas, ketidakpastian, kompleksitas, dan ambiguitas. Orang dengan tingkat ketahanan psikologis yang tinggi dapat dengan mudah beradaptasi dalam lingkungan dan kondisi apa pun.
disampaikan dalam http://conference.fk.unsri.ac.id/index.php/confmednatalisunsri/issue/view/4
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H