[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="Google"][/caption]
Beberapa bulan terakhir ini saudara, tetangga, dan teman – teman yang main ke rumah akan mendapat hiburan gratis. Yaitu nyanyian tokek tua yang sekarang mendiami langit – langit dapur rumah saya. Beberapa di antara mereka awalnya terkejut. Dianggapnya saya ini sengaja memelihara tokek itu dengan maksud agar mendapat HOKI.
Kok hoki? Apa hubungannya? Malah justru saya takut kalau tiba –tiba tokek tua itu mendarat di tubuh saya di kala saya memasak. Lihat warna kulitnya saja saya geli nggak karuan. Jijik lebih tepatnya.
Saya sudah lama mendengar bahwa banyak orang berburu tokek. Bahkan harganya bisa mencapai jutaan rupiah. Hanya untuk seekor tokek mereka mau menguras kocek jutaan rupiah?? Keheranan saya mungkin jadi keheranan anda juga. Ada apa sih sama tokek? Kita ulas dulu apa itu tokek.
Tokek adalah nama umum untuk menyebut cecak besar. Ada banyak jenis tokek, namun istilah tokek secara sempit biasa dipadankan bagi anggota marga Gekko, suku Gekkonidae. Sedangkan tokek dalam bahasa awam umumnya merujuk kepada tokek rumah (Gekko gecko), yang memiiki persebaran luas.
Beberapa artikel yang saya baca, tokek memang terbukti mampu menyembuhkan penyakit Aids. Empedunya yang mengkristal juga bisa dimanfaatkan untuk penyembuhan bermacam penyakit. Nah jika alasannya itu pasti tidak akan muncul tanda tanya. Tapi jika di sangkut pautkan dengan urusan HOKI, ya jelas tanda tanya itu akan menjadi hiasan di otak kita.
Menurut sumber (Detik.com) Hewan jenis reptil ini juga diyakini punya daya mistis. Kalau di Jepang Tokek dijadikan salah satu perlengkapan ritual, bagi sebagian besar masyarakat Tionghoa, tokek dianggap bisa membawa peruntungan atau hoki.
Seekor Tokek bisa dianggap membawa hoki berpatokan pada jumlah suara yang dikeluarkannya. Sebab masing-masing tokek mengeluarkan jumlah suara yang berbeda. Ada yang 21 kali, 17, 15, 9, 7, dan 5 kali. Jumlah suara yang dikeluarkan tiap-tiap tokek, dikatakan Triono, tidak pernah berkurang atau lebih. Saya juga mendapat informasi bahwa orang yang berniat menangkap tokek harus menggunakan pelindung tangan, baik itu sarung tangan maupun kain biasa. Maksudnya adalah agar tokek tidak terkejut dengan suhu tubuh si pemburu (manusia) karena Tokek bisa menciut jika terkejut. Itu sangat dihindari oleh para pemburu yang berniat memperjualbelikan Tokek tersebut, karena harga jual akan turun. Yang kedua untuk mengamankan tangan si pemburu jika si Tokek berbalik menyerang. Karena tak tanggung -tanggung efeknya. Tokek bisa membuat jari pemburu putus karena gigitannya.
Apa iya? Benarkah? Selain Tokek saya juga pernah mendengar fenomena hoki dari hewan lain. Yaitu ikan Louhan.
[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="Google"][/caption]
Ikan Lou Han yang dalam bahasa Inggris disebut sebagai Flowerhorn merupakan salah satu ikan hias terkenal yang dipelihara di dalam akuarium karena warna sisik mereka yang hidup serta benjolan kepala mereka yang berbentuk khas berjuluk "benjol kelam". Aslinya mereka hanya berhabitat di Malaysia dan Taiwan, namun saat ini banyak dipelihara oleh penggemar ikan di seluruh dunia. Namun, beberapa kritikus telah mempertanyakan dampak dari program-program penyempurnaan ikan ini. Dari kedua hewan tersebut di atas saya belum bisa mempercayai adanya fenomena mistis, walaupun saya banyak mendengar ini dari beberapa kawan. Tapi dewasa ini budi daya Louhan sudah semakin jarang terdengar. Entah karena sudah tak lagi jadi trend atau karena orang mulai tidak percaya dengan fenomena mistis yang sempat booming di Indonesia ini.
Saya rasa ini hanyalah bentuk sugesti. Buat saya jika mau sukses ya berusaha. Tapi kembali lagi kepada anda. Jika percaya ya coba saja anda koleksi. Takkan ada yang menyalahkan. Karena kita hanya memelihara. Sesuatu yang indah patut kita lestarikan.
Sekarang saya mau jual tokek yang ada di rumah. Ada yang berminat?
hihiihi,,,
Salam Cengengesan
[caption id="" align="aligncenter" width="144" caption="Google"][/caption]
sumber : Wikipedia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H