Mohon tunggu...
Ajeng Leodita Anggarani
Ajeng Leodita Anggarani Mohon Tunggu... Administrasi - Mamanya Toby & Orlee

Pekerja yang nggak punya kerjaan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Pergi Demi Masa Lalu Mu

2 Desember 2011   16:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:54 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah resto terkenal di selatan Jakarta

“Ve, kamu semakin cantik … “

“Kamu pun begitu Yan .. mata teduhmu masih menjadi favourite ku ..”

“Apa yang kau harapkan dari pertemuan ini Ve?”

“Ahh entahlah, aku tau kini kau sudah miliki kekasih. Dan aku tak mau mengganggumu Yan …”

“Ya Ve, kau benar, aku sangat mencintai Rubby. Dia wanita yang sabar, dan kuat. Walau kami belum genap setahun tapi aku merasa ada kenyamanan yang selalu kutemukan saat aku di dekatnya. Sama seperti saat aku bersamamu dulu …”

Percakapan pertama setelah beberapa tahun Vesha dan Yanuar tak pernah bertemu lagi. Rasa itu masih ada, rasa yang selalu tersimpan manis di hati Ve untuk Yan. Tapi kini Yan sudah bersama Rubby. Calon pendamping yang sudah ia pilih sebelum pertemuan ini terjadi.

“Yank, semalam kok nggak angkat teleponku sih?” Rubby merajuk saat Yanuar bertandang ke rumahnya.

“Maaf sayang, semalam aku .. ehm aku ketemu Ditto. Kami mau membahas tentang reuni SMA..” ucap Yan berbohong.

“Masa cuma ngobrol biasa aja sampai segitunya ?”

“Ya maaf, kan semalam handphone ku silent. Nggak dengar. Vibratenya juga ku matikan. Jadi nggak getar di saku. Maaf ya sayangku ..” balas Yan sambil memeluk Rubby mesra.

Lalu mereka pun memutuskan berjalan – jalan di taman kota sore itu. Menghabiskan weekend dengan orang terkasih adalah sesuatu yang amat menyenangkan. Begitupula dengan Rubby. Tangan Rubby tak lepas menggenggam jemari Yanuar sepanjang jalan. Rubby ingin segera menikah. Yanuar paham akan hal itu.

“Mau minum apa yank?” tawar Yan.

“Hemm es kelapa aja, kayaknya enak sore – sore begini.”

“Pak, es kelapanya 2 ya?”

Sesungguhnya Yan keberatan jika pilihan menghabiskan hari ini disini. Karena ini taman kenangan. Ya, dia dengan Ve. Di taman ini mereka pernah mengikat janji. Sebelum Ve berangkat ke Aussie untuk melanjutkan studinya.

“Yan, kita tak pernah berpacaran .. namun aku yakin kita memiliki rasa yang sama. Aku butuh kamu dan kau pun begitu. Matamu tak pernah berhasil mendustaiku. Aku berharap ini bukan terakhir kalinya kita bertemu. Aku ingin saat aku kembali nanti kau sudah siap untuk menjalin sesuatu yang indah bersamaku.”

“Aku paham Ve, ini berat untukkku. Aku harus kehilangan kelembutanmu yang selalu mendamaikan aku. Tapi aku berjanji, jika aku akan menunggu kepulanganmu. Jaga diri disana ya, kejar cita – citamu. Pulanglah ke tanah air dengan ilmu yang akan kau bagi disini.”

“Yank? Kok bengong sih?” Rubby mengejutkan.

“Eh.oh.. nggak kok. Cuma mikirin soal undangan aja yank.” Jawab Yan gugup.

“Undangan apa? Kamu nih aneh banget sih hari ini? Lagi mikirin siapa?” Rubby mulai curiga

“Kamu tuh ya, suka sok tahu deh. Jangan curiga ah. Sayang, kita ini kan mau menikah. Coba donk percaya sama aku.”

Rubby segan meneruskan ini. Ada keanehan yang ia rasakan. Rubby bangkit dari duduknya dan mengajak Yan pulang. Yanuar yang kebingungan lekas mengikuti langkah kaki Rubby.

------------------------00000----------------------

Yan berada di dalam kamarnya, membuka – buka album foto lama. Disana ada foto kenangan waktu dirinya dan Vesha masih bersama. Yanuar galau. Tak ingin ia kecewakan hati dua peri baik itu. Yanuar mencintai Rubby. Namun pertemuannya kemarin dengan Ve menyiratkan bahwa kerinduan dan rasa itu masih ada.

“ting” tanda BBM masuk dari ponsel Yan.

“Dimana kamu Yan?” bisa nggak ketemu? Di taman kota ya. please.. Aku butuh bicara ..” ternyata itu dari Ve

“Oke aku kesana !!”

Yan segera berganti pakaian. Ada tanda tanya besar dalam benaknya tentang apa yang akan dibicarakan oleh Ve.

“Semoga bukan meminta ku menepati janji. Bisa gila aku nanti!!” Umpat Yan dalam hati.

------------------------00000----------------------

Taman kota (lagi)

Yan mampu melihat Ve dari kejauhan. Ve mengenakan jeans dengan paduan blouse longgar warna ungu. Ia selalu cantik. Ve duduk di kursi besi itu. Wajah Ve tertunduk.

“Hay, kamu kenapa?” sapa Yanuar sambil mengambil posisi duduk di samping Ve. Mendadak Ve memeluknya erat sambil menangis.

“Yan, aku coba melupakan rasa itu. Tapi aku tak bisa. Aku masih sangat mencintaimu. Masih sangat menginginkanmu. Mana janjimu Yan? Kau bilang akan slalu menunggu?”

“Ve, dengarkan aku. Aku coba mencari – cari keberadaanmu saat kau hilang. Kau tak memberi kabar. Apa aku harus diam dengan kondisi seperti itu? Aku butuh dukungan di masa – masa tersulitku. Aku sendiri dalam ketidakjelasan. Sampai Rubby kutemukan. Dia yang menemaniku saat aku merasa tak diinginkan siapapun. Dia wanita yang mengerti aku!”

“Aku bukan hilang, aku ada. Aku sakit Yan. Aku menderita Leukemia. Dan saat aku tak memberimu kabar, aku sedang berjuang dengan penyakitku. Apa harus kujelaskan semua?” tanya Ve sambil menahan tangis

Tenggorokan Yan seakan tercekat. Ia tak menyangka wanita yang ada dihadapannya ini adalah seorang pengidap Leukemia.

“Maaf Vesha, aku tak pernah tahu. Sudahlah, tak usah kau bahas ini lagi. Biar semua berjalan apa adanya. Aku mengerti mau mu. Dan aku akan pertimbangkan itu. Pulang yuk ??” Ucap Yan menenangkan. Padahal hatinya berkecamuk saat mengatakan itu. Ia merasa telah bermain curang di belakang Rubby.

------------------------00000----------------------

Setelah malam itu Yan mulai berbagi perhatian. Untuk Ve dan Rubby. Rencananya Yan ingin mengenalkan Ve pada Rubby agar Yan tidak mendapatkan kecurigaan yang berlebih dari Rubby. Dan Ve setuju.

“Yank, mau aku kenalin nggak sama teman SMA aku?”

“Cewek ya? Siapa namanya?” tanya  Rubby polos.

“Vesha, malam ini kita dinner ya. Mau kan?”

“Mau yank, dia sama pacarnya atau sendiri?”

“Hemm sendiri.”

Rubby mengangguk. Lalu bersiap meninggalkan rumah menuju ke sebuah restoran yang menyajikan masakan ala sunda.

Sesampainya disana..

“Ve, kenalkan ini Rubby.” Ujar Yanuar.

“Hai Ve, aku Rubby calon istrinya Yanuar.”

“Oh iya iya, Vesha  … “ jawab vesha sambil menyodorkan tangan membuka pertemanan dengan rivalnya ini. Mata Ve menatap Yanuar tajam dan Yanuar gelagapan dibuatnya.

Sepanjang acara dinner ini, mereka berbincang – bincang layaknya kawan akrab. Rubby pun nampak melemparkan celoteh – celoteh lucunya agar malam ini lebih hangat. Namun Rubby menangkap saat Yan dan Ve saling kontak mata. Tapi Rubby tak mau membahas itu. Ia ingin memberi kesan indah pada malam ini.

“Sampai ketemu lagi ya By, kamu asik orangnya. Wajar bila Yan memilih kamu sebgai calon pendamping.” Ucap Vesha getir.

“Bisa aja kamu Ve, kamu juga.”

Dan malam itu pun berakhir indah.

------------------------00000----------------------

Sebulan setelah itu Yan mulai berubah sikap. Yan lebih sibuk dengan Ve. Padahal tinggal beberapa bulan lagi mereka akan menikah. Yan selalu membanding – bandingkan Rubby dengan Ve. Mengenai kepandaian Ve memasak, menulis puisi, memainkan piano, dan lainnya. Rubby merasakan ada sesuatu yang mengganjal. Sampai pada suatu malam. Rubby tak mampu lagi menahan kesabarannya.

“Yan, ada apa antara kamu dan Vesha sebelumnya?”

“Maksud kamu?”

“Jujurlah Yan, kamu bilang kita akan menikah tapi sekarang – sekarang ini aku semakin nampak kecil di hadapanmu. Ve selalu kau sebut dan kau bandingkan denganku.”

“Sudahlah Rubby, bersikaplah dewasa. Dia hanya kawan SMA. Maaf jika aku membandingkannya denganmu. Namun ini semua  hanya agar kau lebih mampu mempersiapkan diri mejadi istriku kelak.”

“Yan, jika memang dia pernah ada di hatimu ataupun masih miliki tempat di hatimu, aku rela berpisah. Aku tak mau ini menjadi duri dalam daging. Aku ingin laki – laki yang bisa mencintaiku apa adanya.”

“Cukup Rubby. Jangan ganggu konsentrasiku mengurus perkawinan kita dengan segala kecemburuan tak berdasarmu.” Jawab Yan berkelit.

------------------------00000----------------------

Dari pertengkaran malam itu Rubby memutuskan untuk menghindari Yan secara perlahan. Rubby yang biasanya rajin memberi kabar lewat BBM ataupun telepon kini sudah jarang. Rubby tak lagi menunggu kedatangan Yan seperti biasanya. Rubby mencoba mematikan rasa yang sudah terlanjur tumbuh. Rubby yakin bisa. Rubby tak ingin menjadi penghalang antara Ve dan Yanuar. Rubby yakin pasti pernah ada cerita sebelumnya antara mereka berdua.

Yan, merasakan perubahan dalam diri Rubby. Yan kehilangan Rubby yang perhatian, yang menemaninya di kala ia harus menghadapi berbagai persoalan. Ada sesuatu yang tak ditemukannya pada sosok Ve. Kekuatan. Ya ,, sebuah kekuatan yang selalu dimiliki oleh Rubby. Kekuatan Rubby yang juga mampu membuat Yanuar bangkit.

Yan membaca – baca kembali pesan yang tersimpan di ponselnya. Pesan yang seringkali dikirim oleh Rubby. Kini semakin jarang ia dapatkan. “yank, aku rindu..” ucap Yanuar dalam hati. Tak terasa bulir itu mengalir satu persatu membahasi layar ponsel yang sedari tadi dibiarkannya. Yan seakan menyesal. Kini ia berada di ujung tanduk. Ia tak mungkin meninggalkan Ve dengan sakitnya. Tak juga mampu membatalkan rencana perkawinannya dengan Rubby.

------------------------00000----------------------

Di tempat lain Rubby sedang browsing internet. Rencananya Rubby ingin membuat sebuah blog. Tapi tak disangka Rubby menemukan sebuah blog milik wanita bernama Vesha. Rubby coba membuka dan membaca satu persatu isi tulisannya. Matanya tertuju pada satu tulisan. Kutemui kau di tanah air …

“dear my blog,, Kembalinya aku ke tanah air hanya untuk menemui cinta sejatiku. Yanuar Aji. Ya dialah pangeran cintaku. Aku menagih janjinya untuk bisa bersama. Bertahun – tahun kami bepisah dan ini saat yang tepat. Aku akan tetap bersama Yan walaupun kini Yan sudah memiliki pasangan. Dan kini Yan ku sudah kembali kudekap. Ia masih hangat malah jauh lebih hangat di bandingkan dulu ..

Airmata Rubby seketika pecah. Ia tak sanggup terus membaca. Betapa sakit hatinya saat tau Yan telah berbagi kasih.

Rubby mengambil sebuah kertas dan menuliskan beberapa kalimat disana.

“dear calon suamiku Yanuar Aji.. aku pamit ingin pergi meninggalkan Jakarta untuk waktu yang agak lama. Aku pasti kembali dan kuharap kau akan lebih mencintaiku daripada saat ini seperti cintamu pada Vesha yang kini mulai mekar menggantikan cintaku ..”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun