Konflik di Timur Tengah memang sudah terjalin sangat lama dan dinilai kompleks. Bagaimana tidak, konflik-konflik yang berlangsung di Timur Tengah sulit untuk dipetakan. Mulai dari aliran garis keras yang terus bermunculan, seperti Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS) dan Al-Qaeda. Perang sipil di wilayah Suriah yang tidak kunjung reda. Selain itu adanya konflik kepentingan antara dua negara adidaya yaitu Amerika Serikat dan Rusia yang membuat konflik di Timur Tengah ini dinilai komplek.
Rusia pada masa pemerintahan Vladimir Putin telah memberikan banyak pengaruhnya terhadap dinamika Hubungan Internasional. Salah satunya adalah pada Kawasan Timur Tengah. Dalam tulisan ini, saya akan membahas terkait bagaimana Rusia pada pemerintahan Vladimir Putin memberikan pengaruhnya di Kawasan Timur Tengah.
Sebelum kemunculan Putin sebagai presiden Rusia, Amerika Serikat telah memetakan kekuatannya pada beberapa negara di Timur Tengah, seperti Arab Saudi, Uni Emirat, dan Palestina. Namun setelah kemenangan Vladimir Putin menjadi presiden Rusia, pengaruh Rusia di kawasan Timur Tengah semakin besar. Putin berusaha membawa Rusia kembali menjadi negara adidaya yang disegani dan ditakuti dalam dunia internasional. Rusia lebih unggul daripada Amerika Serikat di negara Suriah, karena pemerintahan Suriah tunduk dan patuh terhadap Rusia. Dua negara adidaya ini bersaing untuk mendapat eksistensinya di kawasan Timur Tengah.
Pada 14 Oktober 2019 lalu, Vladimir Putin menunjukan pengaruhnya melalui pertemuan dengan negara penghasil minyak terbesar yaitu Arab Saudi. Hubungan bilateral antara Rusia dengan Arab Saudi sangat penting untuk dilakukan, demi terwujudnya keamanan dan stabilitas kedua negara tersebut. Pertemuan antara Raja Salman dengan Putin yang berlangsung satu hari tersebut menjadi langkah bagi Rusia untuk memberikan pengaruhnya di Timur Tengah. Putin menawarkan untuk menyediakan sistem pertahanan Rusia kepada kerajaan Arab Saudi setelah adanya serangan terhadap fasilitas minyak Aramco 14 September 2019 lalu. Selain itu, dalam pertemuan ini Putin dengan Raja Arab Saudi juga menandatangani nota kesepahaman dibeberapa bidang seperti energi, petrokimia, transportasi, dan kecerdasan buatan. Rusia telah membuat hubungan Arab Saudi dengan Iran Syiah semakin menguat. Langkah pendekatan strategi geopolitik yang dilakukan oleh Rusia kepada Arab Saudi ini memperbesar pengaruh Putin di kawasan Timur Tengah.
Selain itu, Rusia pada masa pemerintahan Putin menjalin hubungan baik dengan beberapa negara di kawasan Tmur Tengah, salah satunya adalah Suriah. Pada negara Suriah, Rusia memberikan dukungan penuh terhadap Presiden Suriah Bashar Al-Assad terkait politik dan militer. Sejak berakhirnya Perang Dingin, Suriah dimata Rusia merupakan bagian dari perjuangan melawan sistem keamanan. Disisi lain, langkah penyebaran militer yang dilakukan Rusia terhadap Suriah memiliki tujuan utama untuk melindungi dan menghancurkan semua musuh rezim Presiden Bashar Al- Assad. Rusia pada pemerintahan Putin disebut mampu menarik hati Suriah untuk tunduk dan taat terhadap Rusia.
Pemimpin Rusia yang sudah menjabat lebih dari 20 tahun ini secara oportunistik menggunakan Suriah untuk meningkatkan persaingan yang lebih luas dengan kekuatan barat. Tujuan utama Putin sebenarnya adalah memeperkuat powernya dan untuk menciptakan sistem keamanan baru di Kawasan Timur Tengah. Misi yang dilakukan oleh Putin ini sebenarnya untuk membatasi institusi-institusi Barat, khususnya mengurangi peran Amerika Serikat dalam pengaturan keamanan regional dan sistem keamanan global secara menyeluruh.
Pengaruh Rusia di kawasan Timur Tengah dapat dilihat dari adanya perundingan antara 3 negara penghasil minyak dan tambang besar di dunia, yaitu Azerbaijan, Iran, dan Rusia. Perundingan ini diselenggarakan di Baku, ibukota Azerbaijan. Seorang Kritikus politik bernama Vladimir Lepekhin dari kantor berita Rossiya Segodnya berpendapat bahwa pertemuan di kota Baku menjadi suatu hal baru bagi latar belakang politik. Hal ini akan menjadi awalan bagi terbentuknya kemandirian dan bentuk-bentuk kerjasama baru antara negara di kawasan Timur Tengah. Karena pertemuan ini sebelumnya pernah dihalangi oleh intrik-intrik kekuatan yang mengontrol negara di kawasan Timur Tengah.
Pengaruh yang diberikan Rusia tidak hanya berhenti disitu saja. Pada Agustus 2016, Iran menyetujui Rusia untuk menggunakan pangkalan Angkatan Udara Nojek untuk melaksanakan operasi serangan udara berbagai posisi negara Islam (IS) di Suriah. Meskipun pada akhirnya dihentikan, namun hal ini tetap menandai bahwa untuk pertama kalinya Iran memberikan izin kekuatan militer asing menggunakan pangkalannya untuk membuka serangan terhadap wilayah lain. Dapat dikatakan ini merupakan konsesi yang lebih besar daripada apa yang diberikan para Raja Iran kepada Amerika Serikat sebelum Revolusi Islam pada tahun 1978 sampai dengan 1979. Rusia juga memberikan dukungan kepada Turki. Meskipun Rusia mengetahui bahwa Turki merupakan bagian dari NATO.
Pada pemerintahan Vladimir Putin, Rusia bangkit menunjukkan eksistensinya. Dalam kawasan Timur Tengah upaya-upaya yang dilakukan oleh Putin ini tidak lepas dari misinya untuk meningkatkan power Rusia dan menandingi Amerika Serikat sebagai negara adidaya yang selalu mencampuri urusan-urusan dari setiap negara.
Strategi geopolitik yang dilakukan oleh Putin di kawasan Timur Tengah ini mampu memberikan pengaruh dan memperluas kekuasaanya. Rusia mampu menggeser Amerika Serikat yang memainkan peran sebagai negara adidaya di Kawasan Timur Tengah. Putin berusaha membawa Rusia untuk mencapai jati dirinya sebagai negara besar yang disegani dan ditakuti dalam dunia Internasional. Ambisi Putin dengan strategi geopolitiknya mampu membuat Rusia naik daun dan memberikan pengaruh yang besar,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H