[caption id="attachment_82134" align="alignleft" width="300" caption="Kantor Redaksi Kompas Biro Jawa Barat di Jl LLRE Martadinata, Bandung (dok: iden wildensyah)"][/caption] Mulai 2 Januari 2011 masyarakat Jawa Barat tidak lagi dapat menikmati lembar Kompas Jabar ini. Seluruh lembar daerah (Jabar, Jateng, Jatim, Yogyakarta, Sumatera Bagian Utara dan Selatan) yang ada pada Kompas ditarik kembali ke pusat. Hal ini dikemukakan secara langsung oleh Kepala Biro Kompas Jabar, Dedi Muhtadi pada saat membuka forum silaturahmi akhir tahun dengan para penulis forum di Graha Kompas Jabar di Bandung beberapa waktu lalu. Nama besar Harian Umum Kompas bagi saya identik dengan penulis kolumnis berkelas  nasional.  Jarang sekali di Kompas ada penulis menyebut dirinya sebagai "guru SD Negeri". Kalau tidak dosen, guru besar, pemerhati pendidikan atau praktisi bidang tertentu. Sebagai guru SD bersanding dengan sejumlah praktisi atau pengamat memiliki kompetensi bidang tertentu, seringkali membuat minder sehingga memunculkan ketidakberanian untuk ikut mengirim artikel ke media ini. Di Jawa Barat lima tahun belakangan, ada lembar khusus Jawa Barat dengan rubrik "Forum" terbit setiap hari, kecuali Minggu. Pada hari Sabtu, lebih spesifik dalam "Forum Budaya". Di Kamis ada rubrik bisa diisi penulis yakni "Riungan" berisi tentang pendidikan. Dan di hari Sabtu ada rubrik "Anjungan" berisi kekayaan budaya Sunda. Itulah kolom opini yang bisa dikirim oleh penulis disamping kolom surat pembaca. Anggapan saya salah, ternyata 2 kiriman artikel saya pertama langsung dimuat, 2 di rubrik "Anjungan", kiriman ketiga ditolak dan ke-4 dimuat di rubrik Forum. Kiriman ketiga dikembalikan via email. Yang saya ketahui, artikel yang tidak dimuat dalam jangka kurang dari seminggu (3-4 hari) dikembalikan dengan catatan baik via pos maupun email. Kalau seminggu tidak dikembalikan, di minggu ketiga biasanya waktu tepat mengintip tulisan kita waktu pemuatannya untuk kategori rubrik mingguan seperti 'Anjungan'. Tahun 2010 saya belum sempat mengirim artikel lagi ke Kompas Jawa Barat ini. Artikel pertama bertemakan Eksplorasi Gerak dalam Kaulinan Barudak dimuat di rubrik Anjungan (Sabtu, 17 Mei 2008) dan Ngadu Langlayangan Permainan Inspiratif dan Menyenangkan (Sabtu, 15 Nopember 2008) dan di rubrik Forum yakni Memaknai Liburan (Rabu, 1 Juli 2009). Semua artikel memakai baju identitas sebagai : Guru SDN Taruna Karya 4 Kec. Cibiru Kota Bandung, tempat dulu bertugas. Honorarium Kompas emang cukup menarik sama besar seperti honor artikel di Intisari Gramedia. Biasanya dicairkan 2 minggu setelah dimuat umumnya dikirim via transfer bank. Satu kali dimuat, lumayan bisa untuk 5-6 bulan membayar pulsa speedy gratis. he... Lembaran Jawa Barat biasanya sebanyak 12 halaman menjadi sisipan HU Kompas berisi informasi sejumlah peristiwa di wilayah Jawa Barat. Lembaran sudah akrab di kalangan penulis  Jawa Barat karena media ini mampu memberikan ruang berkreasi mengangkat topik aktual di Jawa Barat bagi kalangan akademisi seperti: Pak Dede Mariana, Kang Asep Salahudin, Pak Rochadi Tawaf, dan lain-lain. Begitu pula kajian budaya Sunda menjadi wahana beraktualisasi spesialis penulis kesundaan seperti Pak H. Usep Romli, Kang Atep Kurnia, Kang Syukron Abdillah, Kang Djasepudin, dan lain-lain. Di kalangan guru penulis, anggota AGP PGRI Jawa Barat pun terdapat nama Mas Indra Yusuf atau Kang Arief Achmad beberapa kali dimuat di rubrik "Forum". Tentu semua merasa kehilangan ketika membaca lembaran khusus Jawa Barat ini ditutup.  Masyarakat pembaca sudah akrab secara emosional tak lagi mendapatkan HU Kompas dengan sisipan lembaran khusus mengupas tentang Jawa Barat secara mendalam. (**)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H