[caption id="attachment_308452" align="alignleft" width="300" caption="saya diantara rekan guru penulis senior, menjadi "][/caption] Kekuatan atau daya tahan fisik dan mental serta konsentrasi diperlukan untuk kegiatan menulis. Apalagi kegiatan menulis yang membutuhkan waktu lama.  Untuk menyelesaikan satu buah buku adakalanya diperlukan waktu satu minggu, satu bulan bahkan bertahun-tahun. Berbeda dengan menulis artikel di media cetak atau postingan Kompasiana dibatasi ruang, membuat buku atau novel, roman dan cerbung diperlukan stamina, daya tahan dan nafas yang panjang. Untuk mencoba daya tahan menulis ini, sejak Jum'at, 1 Oktober 2010, saya memiliki tekad mencoba membuat postingan di Kompasiana satu bulan penuh tanpa putus (continue). Untuk itu, saya menyempatkan diri secara bersungguh-sungguh menggali ide untuk membuat postingan. Tentu ini belum seberapa dibandingkan para kompasianer lain, seperti Om Jay misalnya, yang telah menuai buah karya melewati 1000 postingan dan saya beri apresiasi dalam postingan khusus Postingan untuk Sang Sahabat. Tulisan Menjadi Periset Kecil diposting 1 Oktober 2010 pukul 15.54 boleh menjadi postingan pembuka dimana idenya diilhami putri saya yang telaten memelihara anak ayam. Dari 43 postingan selama 1 bulan penuh, termasuk postingan "Hikmah Melatih Daya Tahan Menulis" (diposting, 31 OKtober 2010), ada 10 postingan berkesempatan masuk Headlines (HL) dan di antaranya 2 postingan Memilah Tayangan TV dan Jangan Marahi Anak Membongkar Pasang Mainan yang masuk HL pada satu hari yang sama, yakni 21 Oktober 2010. Dari statistik, HL dengan pengunjung terbanyak bulan ini terjadi postingan Obrolan Kecil di Tukang Sate sebanyak 1218 pengunjung masih di bawah postingan saya sebelumnya pada Badai Lebih Mengerikan dari Badai Matahari 2012 dengan 8103 pengunjung. [caption id="attachment_308475" align="alignright" width="300" caption="2 postingan, 2 HL Kamis, 21/10/2010"][/caption] Dalam membuat postingan ini, bukan kuantitas postingan dikejar, tapi niat saya menguji daya tahan menulis secara kontiunitas (kesinambungan). Selama sebulan berjuang untuk bisa naik posting tanpa putus di Kompasiana, ternyata tantangan dan hambatan ditemui menjadi hikmah pembelajaran buat menulis.  Pertama, ternyata waktu dan kesempatan untuk menulis harus bergulat dengan sisa waktu tugas di sekolah, pekerjaaan sekolah dibawa ke rumah, tugas sebagai ibu rumah tangga dan menidurkan bayi kecilku, memberi pesan untuk bisa mengatur waktu menulis yang efektif.  Kedua, ide orisinal mesti digali secara intens.  Memburu ide tak mudah kadangkala kita terpekur berjam-jam di depan komputer, ide tak kunjung melintas. Pengalaman dialami di berbagai kegiatan dan beruntung punya tulisan pernah dimuat di media cetak cukup membantu mendapatkan tema, dihubungkan dengan aktualitas momen terjadi. Ketiga, rutinitas memposting diperlukan untuk memelihara motivasi. Akan tetapi, keterbatasan fasilitas seperti : sinyal sulit diakses. Kadangkala waktu tersedia, sinyat peeet byar menyulitkan untuk memposting.  Saya sudah berjibaku menulis banyak, tiba-tiba sinyal no connect , walhasil tidak bisa dipostingkan dan hilang deh. Kesulitan memposting ini berpotensi kegagalan "mimpi" ini, karena memungkinkan ada hari yang kosong (blank-day) tanpa postingan. Kendala ini membuat sulit menentukan waktu terbaik dalam memposting, sebelum atau sesudah tidur, tetapi sesempatnya. hehe... [caption id="attachment_308424" align="alignleft" width="300" caption="2 postingan, 2 HL, di Kamis, 21/10/ 2010"][/caption] Keempat, keterbatasan foto. Ini masih bisa saya siasati dengan foto kiriman teman, dokumentasi di fb dan jurus terakhir mengakses google. Padahal dengan dukungan gambar-gambar ini postingan bakal lebih hidup dan memiliki penjiwaan lebih menyentuh. Kelima, di tengah konsentrasi membuat konten postingan Kompasiana, saya masih bisa mengirim artikel untuk media cetak bulan ini dan dimuat di Majalah SD, BKW dan Mangle. Hikmah "proyek latihan" di atas, dengan kesungguhan, mimpi dan obsesi bisa jadi kenyataan. Tentu yang penting dipahami menulis bukan kuantitas. Apalagi asal memposting.  Menurut pendapat rekan Kompasianer saya baca, baiknya memposting di Kompasiana 3-4 kali dalam seminggu atau 1 postingan dalam satu hari agar tulisan tetap berkualitas dan selalu mendapat apreasiasi kawana-kawan lain.  Jeda waktu ini memberi kesempatan bagi rekan lain membaca postingan dan pada akhirnya terjadi diskusi hangat. Kualitas postingan yang terjaga, tentu dapat menjaga citra penulisnya. Tulisan ringan, sebatas hiburan atau sekadar hadir di Kompasiana sih di jejaring Kompasiana sah-sah saja toh respon ditentukan oleh kompasianer lain. Tapi bagi penulis tertentu, tentu akan jadi bahan pertimbangan bahwa postingan hasil kerja maksimal, jernih dan mengalir serta memiliki amanat baik pengayaan pengetahuan atau pencerahan bagi publik jagat maya ... Bagi guru dan tenaga kependidikan, awal tahun 2011, tepatnya 1 Maret, deadline yang mo ikutan kegiatan menulis tahunan yaitu Sayembara Penulisan Naskah Buku Pengayaan Pusat Perbukuan 2011 (Klik Info Sayembara di sini) dengan penghargaan merangsang para guru dalam memotivasi menulis. Tentu memerlukan konsentrasi, energi dan nafas yang panjang untuk mengeksplorasi dan merajut naskah buku helai demi helai untuk menggelitik dewan juri agar mengapresiasinya. Menulis naskah buku pengayaan yang diperuntukkan mengisi koleksi perputakaan sekolah di seluruh tanah air ini sebagai bukti dan wujud sumbangsih guru penulis dalam meningkatkan mutu pendidikan di tanah air. Selamat berjuang! (**)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H