Mohon tunggu...
Ajeng Kania
Ajeng Kania Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Guru di SD yang sedang asyik menemani bayi mungilnya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Berbijak Memilah Acara Televisi bagi Anak

20 Oktober 2010   21:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:15 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

[caption id="attachment_297023" align="alignleft" width="228" caption="Memilah acara cocok bagi anak (www.sinarpago.net)"][/caption] Televisi telah menjadi "ibu asuh" kedua  yang setia menemani anak-anak sekarang  ini. Tayangan TV kini dapat dinikmati selama 24 jam penuh dengan materi tayang yang cukup menarik dan beragam. Televisi pun mampu menjadi "guru" bagi anak dalam mendapatkan pengetahuan dan informasi terbaru. Mestinya sih layar kaca selain memberi informasi berita dan hiburan, juga  membawa pesan moral, sarat nilai edukatif, bersifat konstruktif, dan memberi nilai keteladanan sehingga mampu mengubah basis nilai di masyarakat. Tetapi, alih-alih mengambil nilai positif, anak-anak malah  turut hanyut terbawa arus mengikuti gaya hidup tokoh-tokoh dikisahkan dalam seri sinetron yang cenderung mengekspos kekerasan, sensualitas dan sikap serba materi. Bila dicermati seksama,  tren sinetron sekarang cenderung berkutat pada eksploitasi bentuk kemewahan,  gaya hidup hedonis dan konsumtif, perselingkuhan, perebutan harta warisan, dan menjual kehidupan dunia mimpi dalam memanjakan pemirsanya.  Hampir semua sinetron sekarang, untuk menjadi kaya, alur cerita itu-itu juga, menipu dengan cara membubuhkan tanda tangan pada kertas kosong bermaterai membuat kepemilikan tanah dan rumah berpindah tangan.  Tanpa proses perjuangan menyentuh pemirsa, sesungguhnya amat memprihatinkan secara substansi dan nilai. Pikiran jernih anak-anak sejak belia sudah dicekoki gibah dan gosip infotainment. Kawin-cerai, merebut suami atau isteri orang, dibumbui tampilan seronok merecoki kebeningan jiwa sang anak. Itu tak lain,   karena  mayoritas ibu-ibu rumah tangga, orang tua sang anak ternyata  merupakan penggemar setia tayangan ini. Demi mengejar rating, beberapa televisi bersaing mengeksploitasi  tayangan kriminal bikin  perut mual dengan suguhan gambar sosok mayat bersimbah darah, mutilasi, dendam, dan perampokan.   Anarkisme dan kebrutalan dipertontonkan secara live, seolah pembenaran terhadap karakter masyarakat kita yang membekas di memori anak. Ada juga televisi mengeksploitasi habis tentang dunia gaib, membuat mindset kita kembali dicekoki dunia irrasional seperti: percaya takhayul, kuntilanak, demit, atau gundoruwo  dikhawatirkan mengikis pondasi akidah yang telah susah payah dibangun. Dari mata acara di atas, orang tua perlu  memilih dan memilah tayangan yang cocok dab positif bagi perkembangan jiwa dan usia anak.  Orang tua diharapkan bisa membimbing dan mendampingi sekaligus menjelaskan tentang mata acara yang boleh atau tidak patut ditonton anak. Di samping itu, perlunya membagi waktu belajar, bermain, membantu tugas di rumah dan jadwal menonton sehingga anak tidak betah tepekur diam berjam-jam di depan televisi. Sikap masa bodoh orang tua dapat membahayakan jiwa anak, karena tayangan televisi sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter anak kelak, karena banyak adegan atau gambar  di televisi yang belum dapat dicerna daya nalar anak. Bantulah anak-anak untuk memilih mata acara edukatif, sebut saja,  tayangan Laptop Si Unyil yang menjelaskan  tentang proses pembuatan suatu komoditas dari bahan mentah, pemrosesan hingga pengemasan dengan penyajian bergaya anak-anak, sesungguhnya alat peraga berupa audio-visual berguna melengkapi pengetahuan mereka.  Karena banyak teori di kelas yang tidak bisa dijelaskan secara kongkrit. Begitu acara Si Bolang atau Cita-citaku dapat merangsang kecerdasan natural dan spasial,  serta mampu memantik anak-anak untuk memiliki cita-cita sebagai motivasi belajarnya. Berbijaklah... (**)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun