[caption id="attachment_297023" align="alignleft" width="228" caption="Memilah acara cocok bagi anak (www.sinarpago.net)"][/caption] Televisi telah menjadi "ibu asuh" kedua yang setia menemani anak-anak sekarang ini. Tayangan TV kini dapat dinikmati selama 24 jam penuh dengan materi tayang yang cukup menarik dan beragam. Televisi pun mampu menjadi "guru" bagi anak dalam mendapatkan pengetahuan dan informasi terbaru. Mestinya sih layar kaca selain memberi informasi berita dan hiburan, juga membawa pesan moral, sarat nilai edukatif, bersifat konstruktif, dan memberi nilai keteladanan sehingga mampu mengubah basis nilai di masyarakat. Tetapi, alih-alih mengambil nilai positif, anak-anak malah turut hanyut terbawa arus mengikuti gaya hidup tokoh-tokoh dikisahkan dalam seri sinetron yang cenderung mengekspos kekerasan, sensualitas dan sikap serba materi. Bila dicermati seksama, tren sinetron sekarang cenderung berkutat pada eksploitasi bentuk kemewahan, gaya hidup hedonis dan konsumtif, perselingkuhan, perebutan harta warisan, dan menjual kehidupan dunia mimpi dalam memanjakan pemirsanya. Hampir semua sinetron sekarang, untuk menjadi kaya, alur cerita itu-itu juga, menipu dengan cara membubuhkan tanda tangan pada kertas kosong bermaterai membuat kepemilikan tanah dan rumah berpindah tangan. Tanpa proses perjuangan menyentuh pemirsa, sesungguhnya amat memprihatinkan secara substansi dan nilai. Pikiran jernih anak-anak sejak belia sudah dicekoki gibah dan gosip infotainment. Kawin-cerai, merebut suami atau isteri orang, dibumbui tampilan seronok merecoki kebeningan jiwa sang anak. Itu tak lain,  karena mayoritas ibu-ibu rumah tangga, orang tua sang anak ternyata merupakan penggemar setia tayangan ini. Demi mengejar rating, beberapa televisi bersaing mengeksploitasi tayangan kriminal bikin perut mual dengan suguhan gambar sosok mayat bersimbah darah, mutilasi, dendam, dan perampokan.  Anarkisme dan kebrutalan dipertontonkan secara live, seolah pembenaran terhadap karakter masyarakat kita yang membekas di memori anak. Ada juga televisi mengeksploitasi habis tentang dunia gaib, membuat mindset kita kembali dicekoki dunia irrasional seperti: percaya takhayul, kuntilanak, demit, atau gundoruwo dikhawatirkan mengikis pondasi akidah yang telah susah payah dibangun. Dari mata acara di atas, orang tua perlu memilih dan memilah tayangan yang cocok dab positif bagi perkembangan jiwa dan usia anak. Orang tua diharapkan bisa membimbing dan mendampingi sekaligus menjelaskan tentang mata acara yang boleh atau tidak patut ditonton anak. Di samping itu, perlunya membagi waktu belajar, bermain, membantu tugas di rumah dan jadwal menonton sehingga anak tidak betah tepekur diam berjam-jam di depan televisi. Sikap masa bodoh orang tua dapat membahayakan jiwa anak, karena tayangan televisi sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter anak kelak, karena banyak adegan atau gambar di televisi yang belum dapat dicerna daya nalar anak. Bantulah anak-anak untuk memilih mata acara edukatif, sebut saja, tayangan Laptop Si Unyil yang menjelaskan tentang proses pembuatan suatu komoditas dari bahan mentah, pemrosesan hingga pengemasan dengan penyajian bergaya anak-anak, sesungguhnya alat peraga berupa audio-visual berguna melengkapi pengetahuan mereka. Karena banyak teori di kelas yang tidak bisa dijelaskan secara kongkrit. Begitu acara Si Bolang atau Cita-citaku dapat merangsang kecerdasan natural dan spasial, serta mampu memantik anak-anak untuk memiliki cita-cita sebagai motivasi belajarnya. Berbijaklah... (**)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H