Mohon tunggu...
Ajeng Kania
Ajeng Kania Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Guru di SD yang sedang asyik menemani bayi mungilnya

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Beda Penjual, Pembaca, dan Penulis Buku

10 Oktober 2010   09:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:33 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_282904" align="alignleft" width="300" caption="Mari Budayakan Membaca Buku"][/caption] Menjadi Penjual, Pembaca atau Penulis buku bila dilakukan oleh guru akan memiliki makna yang berbeda. Apa respon yang timbul dari Anda tatkala mendengar pernyataan,  "guru,  penjual buku di sekolah?" Pernyataan ini membuat  trauma dan  bikin cemas masih tertanam di benak para  orang tua.  Setidaknya, ada stigma guru kepanjangan tangan dari sales buku atau penerbit selalu beraroma  pemaksaan dalam jual dedet buku pada siswa. Image berikutnya, buku setiap tahun harus selalu diganti. Buku punya adiknya yang persis sama pun seolah tak legal.   Buntutnya, ancaman terhadap nilai rapor.    Inilah yang mendegradasi profesi guru, karena menjual buku di sekolah bagi guru bukan termasuk profesionalisme guru.  Sebaliknya bagi sales buku, menjual memenuhi target itulah prestasi dan profesionalisme seorang sales buku. Bagaimana, "pembaca buku?" Membaca buku merupakan harus dijadikan kebiasaan dan kebutuhan yakni gaya hidup cerdas (smart lifestye), terutama kalangan cedekia seperti guru.  Membaca harus menjadi nafas untuk mengembangkan keahlian, wawasan dan pengayaan inspirasi.  Setiap orang, apapun profesinya pasti menyadari bahwa kegiatan membaca buku berperan besar dalam membentuk pikiran, sikap dan kepribadiannya.  Karena, buku gudangnya ilmu dan membaca adalah kuncinya. Lalu  "penulis buku? Hasil penerungan, eksplorasi maupun  membaca dapat menjadi sumber gagasan untuk dituangkan dalam bentuk tulisan.  Menuangkan ide ke dalam tulisan dapat bermanfaat bagi publik luas. Menjadikan  makna menulis lebih terhormat. Karena nantinya para guru suka mengabadikan gagasannya dapat akan masuk kelompok pujangga, penyair atau cendekia sebagai sumber gagasan.   Guru dapat memberi nilai positif keilmuan bagi masyarakat dan mengembangkan kompetensi guru dalam rangka meningkatkan unjuk  profesionalisme guru. Mengenai buku, dapat kita resapi kutipan Barbara Tuchman, salah sorang penggila buku pernah mengatakan, "Buku adalah pengusung peradaban. Tanpa buku sejarah diam, sastra bungkam, sains lumpuh, pemikiran macet. Buku adalah mesin perubahan, jendela dunia, mercusuar yang dipancangkan di samudera waktu." Mari membaca dan menulislah..(**)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun