[caption id="attachment_282904" align="alignleft" width="300" caption="Mari Budayakan Membaca Buku"][/caption] Menjadi Penjual, Pembaca atau Penulis buku bila dilakukan oleh guru akan memiliki makna yang berbeda. Apa respon yang timbul dari Anda tatkala mendengar pernyataan, "guru, penjual buku di sekolah?" Pernyataan ini membuat trauma dan bikin cemas masih tertanam di benak para orang tua. Setidaknya, ada stigma guru kepanjangan tangan dari sales buku atau penerbit selalu beraroma pemaksaan dalam jual dedet buku pada siswa. Image berikutnya, buku setiap tahun harus selalu diganti. Buku punya adiknya yang persis sama pun seolah tak legal.  Buntutnya, ancaman terhadap nilai rapor.   Inilah yang mendegradasi profesi guru, karena menjual buku di sekolah bagi guru bukan termasuk profesionalisme guru. Sebaliknya bagi sales buku, menjual memenuhi target itulah prestasi dan profesionalisme seorang sales buku. Bagaimana, "pembaca buku?" Membaca buku merupakan harus dijadikan kebiasaan dan kebutuhan yakni gaya hidup cerdas (smart lifestye), terutama kalangan cedekia seperti guru. Membaca harus menjadi nafas untuk mengembangkan keahlian, wawasan dan pengayaan inspirasi. Setiap orang, apapun profesinya pasti menyadari bahwa kegiatan membaca buku berperan besar dalam membentuk pikiran, sikap dan kepribadiannya. Karena, buku gudangnya ilmu dan membaca adalah kuncinya. Lalu "penulis buku? Hasil penerungan, eksplorasi maupun membaca dapat menjadi sumber gagasan untuk dituangkan dalam bentuk tulisan. Menuangkan ide ke dalam tulisan dapat bermanfaat bagi publik luas. Menjadikan makna menulis lebih terhormat. Karena nantinya para guru suka mengabadikan gagasannya dapat akan masuk kelompok pujangga, penyair atau cendekia sebagai sumber gagasan.  Guru dapat memberi nilai positif keilmuan bagi masyarakat dan mengembangkan kompetensi guru dalam rangka meningkatkan unjuk profesionalisme guru. Mengenai buku, dapat kita resapi kutipan Barbara Tuchman, salah sorang penggila buku pernah mengatakan, "Buku adalah pengusung peradaban. Tanpa buku sejarah diam, sastra bungkam, sains lumpuh, pemikiran macet. Buku adalah mesin perubahan, jendela dunia, mercusuar yang dipancangkan di samudera waktu." Mari membaca dan menulislah..(**)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H