Mohon tunggu...
Ajeng Kania
Ajeng Kania Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Guru di SD yang sedang asyik menemani bayi mungilnya

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Kawasan Perbatasan, Tak Kenal Maka Tak Sayang...

15 Oktober 2010   20:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:24 1156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_290696" align="alignleft" width="300" caption="Letak Pulau Sebatik (www.google.com)"][/caption]

Kemarin pagi saya membaca HU “PR”, di halaman utama berjudul, “Bukan Pulau Terluar, Tetapi “Halaman Depan”.Serta merta membawa ingatan ke tahun 2008, di mana naskah buku saya berjudul “Kawasan Perbatasan Negeriku” dipercaya Dewan Juri Pusbuk sebagai kedua terbaik kategori IPS SD.Mengenalkan dengan bahasa sederhana tentang kawasan perbatasan negara kita pada anak usia Sekolah Dasar.

Kawasan perbatasan meliputi perbatasan darat dan laut berikut pulau-pulau kecil berhadapan dengan bangsa asing. Menurut UU No. 78/2005 tentang Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar (P3KT) ada 92 pulau kecil terdepan berhadapan dengan bangsa asing dan 12 pulau tergolong rawan diklaim.

Waah banyak banget…

Perihal perbatasan darat meliputi 1.950 km di Kalimantan Barat dan Timur  dengan Malaysia, 760 km dengan Papua Nugini dan 268 km dengan Timor Leste.  Kawasan perbatasan laut mencakup sekeliling wilayah teritorial Indonesia. Wilayah perbatasan tidak terkelola berpotensi dijadikan sarang perompak, teroris, penyelundupan manusia, narkoba juga senjata.  Selebihnya, bahaya diklaim tetangga menjadi bagian wilayahnya. Oleh karenanya, wilayah perbatasan sangat strategis ditinjau dari dimensi ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan.

Di antara tapal batas yang menarik  bagi penulis adalah Pulau Sebatik. Pulau ini termasuk salah satu dari 92 pulau terdepan yang memiliki penghuni dengan tapal batas yang unik.   

Secara administratif, pulau kecil berpenduduk 26.400 jiwa masuk Kecamatan Sebatik Kab. Nunukan Kalimatan Timur.Pulau ini terbagi dua bagian, wilayah utara masuk Malaysia dan selatan bagian Indonesia.

Bila masyarakat Indonesia berang terhadap Malaysia dalam kasus Ambalat atau hak cipta, masyarakat di sana rukun-rukun saja.Di daratan Sebatik seperti Desa Aji Kuning, ada RT 14 Desa Aji Kuning, secara de jure sesungguhnya masuk wilayah Malaysia. Padahal pengurutan nomor itu berdasarkan urutan RT di Indonesia.

Lain lagi, H. Bedu Rahang. Hampir tiap hari bolak-balik ke luar negeri. Itu karenaruang tamu ada di Indonesia, dapur ada di Malaysia.Kisahnya begini, menurut pria asal Bone ini dulu tanah itu murni milik Malaysia.Baru setelah pengukuran batas pada tahun 1982, sebanyak 24.661 hektare lahan Pulau Sebatik- termasuk tanah Bedu Rahang-menjadi hak milik Indonesia. Sebagian yang lain tetap masuk wilayah Malaysia. ''Tetapi saya tetap warga negara Indonesia,'' sambung H. Bedu mantap seperti dikutip www.suaramerdeka.com. Membanggakan!!!

Dari delapan desa di Kecamatan Sebatik, tiga di antaranya berbatasan langsung dengan negara bagian Sabah. Selain Aji Kuning, ada Desa Pancang dan Desa Liang Bunyu yang berbatasan dengan negeri jiran itu. Sebuah pos penjagaan didirikan di Desa Aji Kuning. Setiap minggu, lima petugas TNI berjaga-jaga di pos Aji Kuning.

Hikmah mengenalkan kawasan perbatasan  amat penting untuk mendekatkan kelekatan emosional dengan saudara sebangsa yang terisolir di tapal batas dan secara de facto lebih  akrab bergaul dengan warga tetangga. Kedekatan  geografis memungkinkan  warga di perbatasan lebih bernuansa negara tetangga seperti di Batam dengan Singapura, Pulau Miangas dengan Filipina, Kep. Mapia dengan Republik Palau,  dan Pulau Sebatik dengan Malaysia, ditakutkan akan mengikis identitas keindonesiaan sebagai jati diri mereka.   

Pemahaman ini bakal serta merta membakar jiwa patriotisme seluruh anak bangsa.  Juga media mengenal dan  mencintai saudara-saudara kita di tapal batas.

Pada akhirnya akan menumbuhkan rasa cinta tanah air.  Ancaman setiap jengkaltanahdi kawasan perbatasan baik darat maupun laut  seperti Ambalat, Gosong Niger atau Karang Unarang  dapat memantik api  heroisme seluruh anak bangsa. Soalnya ancaman sekecil apapun hakikatnya ancaman terhadap seluruh bangsa dan negara.

Berbeda dengan tidak kenal, maka dipastikan tidak akan tumbuh rasa memiliki!! (**)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun