[caption id="attachment_282805" align="alignleft" width="300" caption="Postingan Kompasiana"][/caption] Hari ini, genap satu minggu (7 hari, sejak 1-7 Oktober) saya membuat postingan di Kompasiana tanpa putus. Saya bergabung dalam jejaring ini sejak 7 Juni 2010. Sebenarnya keinginan membuat postingan selalu menggebu, tetapi kadangkala keterbatasan perangkat dan waktu luang menjadikan hal ini tersendat. Untuk bulan ini, saya bertekad mencoba membuat postingan di bulan Oktober ini tanpa putus.  Hemmh, perlu eksplorasi ekstra buat ngundang ide biar mau mampir ... Terlambat Teknologi komputer dan multimedia terus berkembang dengan inovasi-inovasi luar biasa. Hal ini perlu dicermati dan diikuti agar kita tidak ketinggalan teknologi yang kian hari kian lengkap dan canggih. Saya termasuk terlambat. Bukan apa, keterbatasan kemampuan dengan kemauan membuat saya harus bersikap realistis dan berbijak. Saat yang lain sudah menggunakan komputer, saya masih mengakrabi mesin tik sebagai "senjata" kegiatan menulisku.  Saat orang lain sudah melangkah ke generasi pentium, saya masih bergulat dengan Komputer jadul dengan prosesor 286 hingga 486. Saat teknologi multi-media kian marak, saya masih mengirimkan naskah berupa print-out. Beruntung harian terkemuka seperti: Pikiran Rakyat, Galamedia, dan Kompas masih menerima kiriman "print-out." Baru saat TribunJabar hanya menerima bentuk email dan CD, memaksa untuk belajar tentang surat elektronik berupa tatacara membuat email, menulis di email hingga mengirimkannya. Kini sejumlah media cetak amat menyukai kiriman email daripada print-out atau faksimili, karena tidak perlu susah payah mengetik lagi. Saatnya tren Jurnalisme Warga (Citizen Journalism) telah tiba sebagai konsekuensi dari lahirnya web 2.0 yang memungkinkan masyarakat pengguna internet (netizen) menempatkan dan menayangkan konten dalam bentuk teks, foto dan video. Menulis tidak lagi di komputer berupa print out atau CD, tapi di jaringan internet. Saya pun berusaha sekuat tenaga untuk bisa akomodatif dan adaptif dengan kemajuan ini. Semakin kita berleha, semakin tertinggal jauh.  Beruntung dipercaya mendapatkan laptop sehingga memudahkan untuk menulis artikel, PTK, bahkan buku. Saat ada bulan promo Telkomsel, saya pun mencoba menggunakan modem. Sinyal putus nyambung Akan tetapi, sinyal yang putus-nyambung-putus nyambung membuat kegiatan menulis di jejaring online di rumah sering terganggu. Sebagai antisipasinya saya lakukan dengan menulis dulu di Word, baru dicopy ke dalam blog atau postingan Kampasiana. Jadi deh.. Trik lainnya, kalau di warnet, saya simpan dulu di draft, nanti kalau ada waktu saya edit kembali dan mempublish. Jeda ini dilakukan agar hasil tulisan tersusun baik kosa kata, tema atau amanatnya. Kalau tidak ada waktu leluasa, waahh satu postingan bisa selesai dua atau tiga hari. Kedua, belum didukung perekam gambar atau kamera. Gambar amat menentukan agar tulisan semakin menggoda dan menarik. Meminjam istilah Om Jay, tulisan tanpa gambar pendukung, akan boring...... hi hi hi  klik sini! hi hi.. Hebatnya pengaruh sebuah foto pendukung mirip bumbu dapur menjadi penganan lebih renyah dan gurih.  Momen dalam foto dapat membangkitkan inspirasi untuk menulis. Keterbatasan ini saya siasati dengan melakukan scan terhadap foto jadul, mendapat kiriman foto kawan dan ...... jurus terakhir mencari gambar di google. Jadi deh! Saya yakin, postingan demi postingan yang positif, inspiratif dan konstruktif akan bermanfaat bagi pembaca.  Semoga Alloh SWT memberikan kekuatan untuk bisa terus berbagi.... (**) Salam blogger,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H