Perekonomian Indonesia diperkirakan akan tumbuh stabil pada tingkat 5,3% (yoy) pada tahun 2022 dan 5,3% pada tahun 2023. Gejolak geopolitik, inflasi global, suku bunga yang tinggi, dan kemungkinan pengetatan likuiditas hanyalah sebagian kecil dari isu-isu yang ekonomi global diperkirakan masih akan menghadapi tahun 2023. Selain itu, Indonesia telah diberikan tanggung jawab untuk memimpin ASEAN sekali lagi pada tahun 2023, yang merupakan peluang bagi Indonesia untuk mengarahkan pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif di kawasan ASEAN. Tema acara, "ASEAN Matters: Epicentrum of Growth," menunjukkan bagaimana kawasan ASEAN memiliki potensi untuk menjadi pusat pertumbuhan ekonomi global di masa depan.
"Dengan PDB sebesar USD 3,36 triliun pada tahun 2021, menempatkan ASEAN sebagai kawasan ekonomi terbesar kelima di dunia, kawasan ASEAN memiliki sumber daya untuk menjadi pusat pertumbuhan ekonomi global. Lebih dari 650 juta individu yang membentuk seluruh kawasan ASEAN Masyarakat turut mendukung hal ini" Pada Rabu, 15 Maret 2019, di Jakarta, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan kata penutup pada acara virtual DBS Asian Insights Forum 2023.
Volume perdagangan antara ASEAN dengan mitra dagangnya juga meningkat drastis selama sepuluh tahun terakhir, mencapai 34%. Sektor keuangan dan asuransi akan mengalami kenaikan terbesar, dengan peningkatan sebesar 32%, dalam jumlah investasi asing yang masuk ke ASEAN pada tahun 2021. Tingkat inflasi sebagian besar negara ASEAN pada tahun 2022 akan lebih rendah dari tingkat yang dialami secara global.
Sebagai Ketua ASEAN 2023, Indonesia telah mengidentifikasi 16 Priority Economic Deliverables (PED), yang dipecah menjadi tiga dorongan strategis: pemulihan dan pembangunan kembali, ekonomi digital, dan keberlanjutan, demikian menurut Menko Airlangga. Sementara itu, strategi utama Indonesia untuk mendorong integrasi ekonomi dan meningkatkan daya saing dalam mencapai ASEAN sebagai hub pertumbuhan ekonomi antara lain dilakukan melalui transformasi digital dengan meningkatkan negosiasi DEFA dan memperluas transaksi mata uang lokal dan QRIS.
"ASEAN harus memanfaatkan berbagai bentuk kerjasama ekonomi di kawasan, seperti ASEAN+1 FTA dan Regional Comprehensive Economic Partnership, untuk mendukung peningkatan berbagai pencapaian tersebut (RCEP). RCEP yang diluncurkan Indonesia pada tahun 2011 telah memberikan bangkit menjadi kekuatan ekonomi baru yang mampu menjadikan kawasan sebagai basis industri berdaya saing global" ujar Menko Airlangga.
Selain itu, dengan meningkatkan konektivitas melalui peningkatan koneksi udara dan maritim, mempromosikan pembentukan Jaringan Listrik ASEAN, dan meningkatkan ketahanan pangan dengan meningkatkan sistem logistik dan rantai pasokan ASEAN. Untuk mengamankan ketahanan pangan di daerah dan mengembangkan sistem peringatan dini, diperlukan kerja sama lintas sektor, menurut Menko Airlangga.
Pengembangan Energi Terbarukan Trans-ASEAN dari tenaga surya dan air, ekosistem mobil listrik, dan kerangka kerja regional untuk ekonomi biru adalah cara lebih lanjut untuk mempercepat agenda keberlanjutan. Forum ASEAN-Indo Pasifik adalah sarana lain yang diharapkan Indonesia untuk mempromosikan pembangunan berkelanjutan regional (AIPF).
ASEAN Framework on Equitable Economic Development (AFEED) telah diterima oleh ASEAN atas permintaan Indonesia. Kerangka kerja ini antara lain mendorong inisiatif untuk menutup kesenjangan pembangunan, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, meningkatkan kesejahteraan sosial, menumbuhkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), serta meningkatkan keterlibatan dalam proses integrasi ASEAN.
MEA 2025 adalah kelanjutan dari MEA 2015, bercita-cita menjadikan ekonomi ASEAN lebih terintegrasi dan kohesif, kompetitif dan dinamis, mendorong keterkaitan dan kolaborasi sektoral, tangguh, inklusif, berorientasi pada komunitas dan fokus, serta ASEAN global.
MEA menawarkan Indonesia berbagai pilihan, dan prospek tersebut harus dimanfaatkan semaksimal mungkin mengingat potensi populasi yang cukup besar dan peningkatan daya beli di ASEAN. Mengurangi hambatan perdagangan, menciptakan basis industri tunggal untuk Asia Tenggara yang dapat berfungsi sebagai pasar potensial untuk masuknya Penanaman Modal Asing (FDI), dan meningkatkan daya saing nasional hanyalah beberapa manfaat dari integrasi ekonomi regional.Â
Untuk memastikan bahwa upaya berkelanjutan ASEAN dalam integrasi ekonomi bermanfaat bagi masyarakat di kawasan, Indonesia juga akan terus mendukungnya. Namun, penguatan daya saing nasional dan kapasitas untuk memanfaatkan peluang di MEA juga akan menjadi tantangan besar. Pada hari yang sama, Gubernur Bank Indonesia dan Menkeu menyambut baik kehadiran delegasi pada AFMGM mendatang dan menyampaikan kesiapan Indonesia untuk menjabat sebagai Ketua ASEAN pada tahun 2023.