Pergeseran tradisi tepuk tepung tawar diperkirakan terjadi setelah masyarakat mengenal teknologi yang semakin maju. Dimana zaman dahulu sebelum adanya teknologi segala kegiatan yang ada di dalam acara semuanya menggunakan alat tradisonal sedangkan pada saat ini menggunakan alat yang modern. Padahal jika terus menggunakan alat tradisional untuk melaksanakan acara adat akan lebih terkesan murni.
     Kabupaten Karimun sampai saat ini masih mempertahankan warisan nenek moyang mereka dalam upacara adat tepuk tepung tawar sehingga menjadi semacam kewajiban penting hadir dalam pernikahan sebagai permohonan doa dan juga restu kedua mempelai agar diberkahi dan diberi rahmat oleh Allah SWT.
     Sebagai Warisan tak benda, tepuk tepung tawar adalah identitas dari masyarakat melayu sebagai generasi muda, proses tepuk tepung tawar ini harus dilestarikan kepada generasi penerus agar tradisi ini terus berkembang. Walaupun proses dan tata cara tepuk tepung tawar disetiap daerah berbeda, makna dan tujuan dari tepuk tepung tawar ini tetaplah sama untuk memohon doa restu. Bahkan saat ini upacara adat tepung tawar dilaksanakan juga untuk acara lain, seperti pelepasan Jemaah haji.
     Dalam melaksanakan tradisi tepuk tepung tawar tidak dipengaruhi dengan pendidikan. Dimana masyarakat melayu yang ingin menikah diharuskan untuk melakukan tradisi tepuk tepung tawar, ini disebabkan masyarakat melayu sangat menjunjung tinggi ada istiadat. Walau sekarang masyarakat melayu sudah berbaur dengan suku-suku lain yang mulai berdatang, masyarakat melayu tetap menjunjung tinggi tradisi tepuk tepung tawar jika ingin menikah. Selain itu untuk para pendatang juga mampu menghormati tradisi yang ada di tempat mereka berada. Untuk lokasi pelaksanaan adat ini tergantung dengan individu masing-masing serta kesepakatan kedua belah pihak mau dilakukan dimana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H