Situs Bhre Kahuripan atau yang biasanya dikenal masyarakat desa setempat sebagai petilasan Tribuana Tungga Dewi atau Situs Yoni Klinterejo ini terletak di desa Klinterejo Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto. Situs Bhre Kahuripan diyakini sebagai tempat petilasan atau tempat pemujaan di era Hindu kerajaan Majapahit yang diperkirakan dibangun oleh Hayam Wuruk di tahun 1294 Saka atau sekitar tahun 1372 Masehi yang diperuntukkan sebagai tempat pendharmaan bagi ibunya yakni ratu Tribuana Tungga Dewi. Di tahun yang sama pula, 1372 Masehi adalah tahun dimana ratu Tribuana Tungga Dewi meninggal.Â
Statemen tersebut dapat diungkap lantaran telah ditemukan ukiran relief yang menunjukkan tahun dibuatnya bangunan yang terdapat pada salah satu sisi Yoni. Untuk struktur batuannya, menggunakan campuran dari  batu andesit dan batu merah. Wajar saja, karena bangunan seperti candi biasanya memang mengunakan batu andesit dengan campuran batu merah yang ada di dalamnya. Apalagi di zaman Kerajaan Majapahit, begitupun dengan era sebelumnya.
Untuk bentuknya, menurut arkeolog asal Universitas Negeri Malang, Ismail Lutfi. Bangunan petilasan ini mirip dengan Candi Panataran. Kalau biasanya dalam candi-candi, terdapat mayat-mayat yang ditemukan, justru pada situs ini bahkan hampir tidak ada mayat atau jenazah yang ditemukan di dalamnya. Jadi, bisa dikatakan bahwa bangunan tersebut hanyalah digunakan sebagai tempat pemujaan, pendharmaan saja, atau petilasan.
Dikutip dari beritajatim, pada eskavasi tahap keempat yang dilakukan oleh tim BPCB Jatim yang dilaksanakan hingga 22 Oktober 2021, dikatakan bahwa telah ditemukan batu Astadikpalaka yang selanjutnya benar-benar dapat disimpulkan bahwa situs tersebut telah ada di era kerajaan Majapahit. Astadikpalaka sendiri merupakan sebuah nama-nama dewa atau kelompok dewa penjaga arah mata angin di mitologi kepercayaan Hindu.Â
Nama-nama dewa tersebut antara lain, Indra sebagai penjaga arah timur, Agni sebagai penjaga arah tenggara, Yama sebagai penjaga arah selatan, Nirruti sebagai penjaga arah barat daya, Waruna sebagai penjaga arah barat, Wayu sebagai penjaga arah laut, Kuwera sebagai penjaga arah utara, dan Isana sebagai penjaga arah timur laut. Adanya ukiran Astadikpalaka dalam sebuah batuan dapat disimpulkan dari kajian bangunan suci di era klasik adalah sebagai tempat pemujaan atau tempat yang suci.
Menurut Pak Hasan (warga asli dari desa Klinterejo) Situs Bhre Kahuripan sudah lama ditemukan. Lalu di tahun 2018-2019 dilakukan penggalian lagi, yang kemudian ditemukan kembali situs Bhre Kahuripan yang baru di sebelah Petilasan Tri Buana Tungga Dewi. Badan Pelestarian Kebudayaan Jawa Timur (BPCB JATIM) bekerja sama dengan Direktorat Perlindungan Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan bersama-sama melakukan upaya penyelamatan dan eskavasi dalam menggali situs Bhre Kahuripan untuk mencari candi yang ada dibawah tanah yang kemungkinan belum tergali serta untuk melihat struktur bangunan yang nantinya akan berguna dan bermanfaat bagi masyarakat dalam hal sosial budaya, pariwisata, dan juga pendidikan.
Menurut pengalaman pribadi sebagai seorang penulis, kebetulan situs Tribuana Tungga Dewi terletak tidak jauh dari rumah, sehingga sering mampir untuk melihat-lihat tempat atau sekedar lewat di depannya. Tempatnya sangat menarik untuk dikunjungi karena kini situs tersebut telah dirawat dengan baik dan memiliki tempat yang cukup rimbun dan asri karena berada di tengah persawahan sehingga cocok untuk dikunjungi di kala pagi atau sore hari.Â
Di tempat penemuan situs Bhre Kahuripan yang baru ditemukan di tahun 2018-2019 ini pula bisa menjadi objek kajian dalam penelitian atau sekedar mengetahui hal baru lantaran terdapat tempat seperti almari kaca yang dipergunakan untuk menyimpan artefak-artefak atau bekas runtuhan bangunan di era majapahit dulu yang ditemukan di sekitar area situs dan sangat menarik untuk dikunjungi. Tidak jauh dari situ, di sisi kiri tempat tersebut yang hanya bersebrangan dengan persawahan juga, dapat dilihat pula bangunan yoni yang kini di eskavasi kembali oleh tim BPCB Jatim.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H