Di era yang didominasi oleh kemajuan teknologi yang pesat, Generasi Z muncul sebagai kelompok yang sangat terhubung dengan dunia digital. Lahir di tengah kemudahan akses informasi dan konten yang serba cepat, generasi ini terbiasa dengan cerita visual, interaktivitas, dan media yang singkat namun menarik. Namun, karakteristik tersebut sering kali menjadi tantangan dalam menjangkau minat mereka terhadap mata pelajaran seperti sejarah, yang umumnya diajarkan melalui teks yang panjang, ceramah statis, dan sumber akademis yang berat. Bagi beberapa individu dalam Generasi Z, pendekatan konvensional ini terasa monoton, sehingga mereka sulit terhubung dengan pelajaran berharga yang ditawarkan sejarah tentang masa lalu dan dampaknya terhadap masa kini maupun masa depan.
Di sisi lain, kemunculan platform digital yang kreatif memberikan peluang besar untuk membayangkan ulang cara sejarah disampaikan. Film dan media sosial telah menjadi alat yang kuat dalam mendongeng, mampu mengubah peristiwa sejarah yang terkesan kaku menjadi pengalaman yang hidup dan emosional. Film sejarah menghadirkan masa lalu dengan narasi yang menarik, efek visual yang kuat, dan penggambaran manusiawi dari tokoh-tokoh sejarah, sehingga audiens muda lebih mudah terhubung secara emosional dengan peristiwa yang mungkin terasa jauh. Sementara itu, platform media sosial seperti TikTok, Instagram, dan YouTube membuka jalan untuk menyajikan konten sejarah yang singkat namun menarik, sesuai dengan preferensi Generasi Z yang menyukai media pendek dan berdampak. Melalui meme, video singkat, dan diskusi interaktif, media sosial dapat mengubah sejarah menjadi sesuatu yang tidak hanya mudah diakses, tetapi juga sangat relevan dan menyenangkan.
Memahami sejarah sangat penting untuk menumbuhkan pemikiran kritis, kesadaran budaya, dan identitas diri. Namun, untuk menanamkan nilai-nilai ini secara efektif kepada Generasi Z, pendidik, sejarawan, dan pembuat konten perlu mengadopsi metode yang sesuai dengan kebiasaan dan preferensi digital mereka. Dengan memanfaatkan potensi kreatif dari film dan media sosial, sejarah dapat disajikan dengan cara yang mampu menarik perhatian, membangkitkan rasa ingin tahu, dan membuat pembelajaran menjadi pengalaman yang menyenangkan, bukan sekadar kewajiban yang membosankan. Esai ini akan mengeksplorasi bagaimana alat digital ini dapat menjadi jembatan untuk menghubungkan Generasi Z dengan sejarah, memastikan pelajaran dari masa lalu tetap relevan dan menginspirasi generasi yang mencari inovasi dan kecepatan dalam segala hal yang mereka lakukan.
Pembelajaran sejarah yang menarik bagi Generasi Z membutuhkan inovasi melalui berbagai jenis sumber dan media pembelajaran. Salah satu media yang efektif adalah film sejarah. Film seperti Sang Kiai atau Soekarno tidak hanya memberikan visualisasi peristiwa sejarah yang autentik tetapi juga menanamkan nilai-nilai perjuangan bangsa kepada generasi muda. Dokumenter seperti Jejak Langkah Sang Proklamator juga mampu memberikan narasi mendalam tentang sejarah tokoh-tokoh penting dengan gaya penyampaian yang faktual dan inspiratif. Selain itu, media sosial seperti TikTok dan Instagram semakin banyak dimanfaatkan untuk menyajikan konten sejarah melalui video pendek, infografis, atau meme edukatif yang menarik perhatian Generasi Z. Konten seperti ini memanfaatkan gaya belajar visual dan digital-native generasi muda (Rahmi, 2021).
Dilihat dari beberapa sumber hasil riset sebagai seorang pelajar film dan media sosial dapat membuat pembelajaran sejarah lebih menarik dan relevan. Salah satu contohnya adalah saat menonton film Sang Kiai. Film ini menggambarkan perjuangan KH Hasyim Asy'ari melawan penjajah Jepang dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Dengan alur cerita yang emosional dan visual yang kuat, film ini membuat saya lebih memahami perjuangan para ulama dalam sejarah Indonesia yang mana "Film sejarah dapat menjadi media pembelajaran yang efektif untuk menanamkan nilai-nilai nasionalisme kepada generasi muda (Suhendra 2020)
Mempelajari sejarah melalui film dan media sosial memiliki beberapa kelebihan seperti mampu menghadirkan peristiwa masa lalu dengan visual yang memukau, menarik dan membantu Generasi Z memahami konteks sejarah secara lebih mendalam ,platform digital juga memungkinkan interaksi dua arah, di mana Generasi Z dapat berpartisipasi aktif melalui komentar, diskusi, atau bahkan membuat konten sejarah mereka sendiri, meningkatkan keterlibatan dan pemahaman seperti media sosial TikTok, Instagram, dan YouTube memungkinkan penyebaran konten sejarah secara luas dan cepat, menjangkau audiens muda di berbagai lokasi. Disisi lain media pembelajaran ini juga memiliki tantangan tersendiri yang mana tidak semua konten sejarah di media sosial terjamin kebenarannya. Informasi yang tidak diverifikasi dapat menyebabkan misinformasi atau distorsi sejarah. (Hasriadi 2022)
Penggunaan film dan media sosial sebagai media pembelajaran memiliki potensi besar dalam meningkatkan efektivitas belajar siswa. Seperti film sejarah mampu menghadirkan peristiwa masa lalu dengan visualisasi yang nyata dan menarik. Penyajian narasi yang emosional dan mendalam dapat membantu siswa memahami materi kompleks dengan cara yang lebih mudah dan menyenangkan. Film seperti Sang Kiai atau Soekarno tidak hanya memberikan wawasan tentang peristiwa penting dalam sejarah Indonesia, tetapi juga menanamkan nilai-nilai perjuangan dan nasionalisme. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan film sebagai alat pembelajaran dapat meningkatkan daya serap siswa terhadap materi dan memotivasi mereka untuk mengeksplorasi lebih jauh topik yang dibahas. Sementara itu, media sosial seperti TikTok, Instagram, dan YouTube menawarkan format pembelajaran yang interaktif dan sesuai dengan gaya belajar Generasi Z. Melalui video pendek, infografis, atau diskusi daring, media sosial mampu menyajikan materi pembelajaran secara ringkas, relevan, dan menarik. Keunggulan media sosial terletak pada kemampuannya untuk menjangkau siswa di mana saja, memfasilitasi pembelajaran mandiri, dan membuka ruang untuk kolaborasi serta diskusi. Studi menunjukkan bahwa media sosial tidak hanya efektif dalam meningkatkan motivasi belajar, tetapi juga membantu siswa mengembangkan keterampilan digital yang relevan dengan era modern. Dengan mengintegrasikan kedua media ini, proses pembelajaran menjadi lebih inovatif, relevan, dan mampu meningkatkan keterlibatan serta hasil belajar siswa.
Penggunaan film dan media sosial sebagai media pembelajaran membuka peluang besar untuk merevolusi cara mempelajari sejarah , khususnya bagi Generasi Z yang memiliki karakteristik digital-native. Film sejarah memberikan pengalaman belajar yang mendalam melalui visualisasi autentik dan narasi emosional, membantu siswa memahami peristiwa masa lalu dengan lebih mudah dan menarik. Sementara itu, media sosial menyediakan platform yang interaktif dan dinamis untuk menyampaikan materi sejarah dalam format singkat namun bermakna, sesuai dengan preferensi generasi muda yang menginginkan akses informasi yang cepat dan relevan. Kombinasi kedua media ini tidak hanya meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran, tetapi juga membantu menanamkan nilai-nilai budaya dan nasionalisme secara efektif. Namun, penting bagi pendidik dan pembuat konten untuk memastikan akurasi dan validitas informasi, sehingga media ini dapat digunakan secara maksimal sebagai alat edukasi.
Mari kita manfaatkan potensi besar film dan media sosial untuk menciptakan pembelajaran yang inovatif dan relevan dengan era digital. Dengan memanfaatkan teknologi ini, kita tidak hanya mampu menarik minat Generasi Z untuk mempelajari sejarah, tetapi juga memastikan bahwa nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya tetap hidup dan relevan bagi generasi masa depan. Pendidikan sejarah yang dikemas secara kreatif tidak hanya menjadi media pembelajaran, tetapi juga alat untuk memperkuat identitas budaya dan membangun generasi yang lebih kritis dan bertanggung jawab terhadap sejarah bangsanya.
Sumber Referensi:
Ayu, D., Nababan, S. A., Hardiyansyah, M. R., Kusbiantoro, D., Azis, A., & Darma, A. (2023). Pemanfaatan Media Film Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah dalam Upaya Meningkatkan Minat Belajar Siswa di Kelas IX IPS Madrasah Aliyah Tahfizil Quran. Hijaz: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, 2(3), 114-119.