Aku melangkah menyusuri trotoar jalan menuju stasiun Manggarai dengan gontai ranselku terasa dua kali lebih berat. Matahari garang membakar, melahap dengan ganas ubun-ubun orang-orang disekitar stasiun yang tampak tidak peduli dengan panas matahari. Mereka terus berkeliaran walau panas itu menyengat ubun-ubun menciptakan pening yang menganggu. Aku melangkah dengan cepat ketika pintu stasiun Manggarai sudah terlihat. Lebih cepat masuk ke stasiun lebih baik. Sejujurnya aku sudah tak kuat lagi disengat panas matahari, entah mengapa dia begitu marah hari ini.
"Kereta mana yang lebih dulu datang untuk tujuan Pondok Cina, Pak?" Tanyaku ketika sampai di depan loket karcis kereta.
"Ekonomi dulu Mbak" Jawab Petugas karcis
"Keretanya sudah dimana,Pak?"
"Sebentar lagi masuk Cikini, Mbak"
"Kalo gitu saya beli satu" aku serahkan selembar uang dua ribu rupiah. Dengan cepat petugas  itu memberikan selembar karcis dan uang kembalian lima ratus riupiah.
"Terima kasih, Pak" kataku sebelum berlalu cepat menuju ke dalam ruang tunggu stasiun. Aku melangkah cepat masuk ke dalam ruang tunggu stasiun. Kata petugas penjual karcis, kereta itu sudah berada di Cikini stasiun sebelum Manggarai. Lima menit lagi, kereta itu akan sampai distasiun Manggrai.
"Perhatian di jalur enam dari arah utara, segera masuk kereta ekonomi menuju Bogor, berhenti di setiap stasiun. Perhatian di jalur enam  dari arah utara akan segera  masuk kereta ekonomi menuju Bogor" tidak sampai lima menit duduk di ruang tunggu kereta Suara petugas kereta memberitahukan kereta akan segera datang terdengar dari speaker yang terletak di setiap susut ruang tunggu. Dan benar saja kereta itu akhirnya muncul.
Aku segera melangkahkan kaki cepat ke dalam salah satu gerbong ketika kereta itu berhenti sejenak di manggarai. Beruntunglah keadaan kereta sepi, banyak tempat duduk yang kosong di dalam sana. Segera aku menuju sebuah bangku kosong yang terletak paling ujung di dekat pintu keluar, nyaman tercipta saat pantat dan bangku itu bersentuhan. Aku menaruh ranselku di pahaku mengapitnya erat. Blackberryku tersimpan rapi di saku ransel depan. Keinginan untuk menaruhnya didalam tas tiba-tiba membesar. "Ah biarlah tidak mungkin hilang" pikirku. Lagipula suasan kereta sepi jarang ada pencopet dan perampok. Kereta ekonomi memang dikenal sebagai sarang penjahat, sudah banyak kejadian orang dicopet atau dijambret dalam kereta ini dan syukurlah selama menjadi pengguna kereta ini tak sekalipun aku dicopet. Kereta terus melaju cepat menyusuri rel kereta.
Tiba di stasiun Tebet, seorang wanita muda melangkah ke dalam gerbong kereta. Wanita itu berjalan ke arahku dan duduk di bangku kosong di sampingku. Aku tersenyum padanya. Basa-basi
"Mbak, Stasiun pasar minggu baru kira-kira berapa stasiun lagi yah?" Tanya Wanita itu tiba-tiba. Ah jarang naik kereta rupanya