Mohon tunggu...
Angelina R
Angelina R Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Warga Negara Indonesia yang baik hati dan tidak sombong...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Wisma Bougenville No 201

10 Februari 2012   11:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:49 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat Kejadian. Pukul: 03.00 pagi

Darah! Ada darah mengenang di sekeliling kepala mayat itu. Seketika ngeri mengerubunginya,

“Aku sudah membunuhnya” Pikirnya.

Dia menatap tubuh tak bernyawayang terkapar di lantai itu dan seketika ide muncul di kepalanya.

“Harus bikin seperti perampokan” Batinnya dalam hati. Dia segera memakai sarung tangan

Dipandanginya sekelilingkamar. Langkah pertama hapus semua sidik jari.

***

24jam sebelum kejadian,Pukul 03.00 Pagi

“Sudah mau pulang mas?” Lisa bersuara manja. Ada sisa-sisa kenikmatan di suara itu. Adi menatapnya tersenyum, mereka bercinta 4 jam nonstop. Adi lupa berapa kali mereka orgasme.

“Yah, aku harus ke kantor pagi-pagi.Ada janji sama klien” Adi menarik relesting celananya dan berdiri lalu mengancing bajunya satu persatu.
“Kapan kau temui aku lagi” Lisa berkata manja, perempuan itu masih terbaring di tempat tidur, tubuh telanjangnya ditutupi selimut. Adi menatapnya sejenak, berpikir-pikir tentang jadwalnya yang padat.

“Nanti aku kabari.” katanya kemudian. Laki-laki itu segera meraih jaket kulitnya yang di gantung di dinding dan meraih kunci mobil di atas meja. Sebelum keluar dari kamar itu dia menghampiri tempat tidur dan mecium kening Lisa.

“Mas, Kau mencintaiku kan?” Tanya Lisa. Adi menatapnya lagi lama.

“Aku mencintaimu Lisa dan aku tak peduli tentang profesimu yang kelam.”

Lisa tersenyum mengenang perkataan Adi.

“Hati-hati, Mas” Katanya sebelum Adi menutup pintu apertementnya.

***

Jakarta, 21 jam sebelum kejadian, Pukul 6.00 pagi

Siska terbangun karena weker yang berdering kencang.Dengan enggan dia melangkah ke kamar mandi

“Sial!” umpatnya marah, Weker jahanam itu sudah menganggu mimpinya. Dia segera bangun dan mandi.

Setengah jam kemudian dia sudah siap berangkat ke Rumah sakit. Dia meraih handphonya dan melakukan rutinitas penambah semangat pagi menelpon kekasihnya Adi.

“Halo sayang kamu dimana?”

“Baru bangun tidur neh sayang, Mau ketemu klien jam 8 nanti” Suara parau Adi mengelitik sesuatu dalam dirinya.

“Baiklah nanti makan siang bareng yah”

***

Jakarta, 19 jam sebelum kejadian, Pukul: 08.00 pagi.

Lisa masih berbaring malas di tempat tidurnya. Tumpukan tisuue di lantai sama sekali tidak menggugah kemalasannya untuk bersih-bersih.

“Biarlah toh itu Sperma Adi, pria yang paling dicintainya”

Lisa pertama kali bertemu Adi di sebuah Pub, mereka mabuk dan berakhir telanjang di sebuah wisma, wisma Bougenville kamar 201.

“Ahh!” Lisa mendesah, cinta yang begitu besar pada Adi tak mampu membuat dia berhenti menjadi pelacur.

Ditatapnya sekeliling apertementnya yang mewah. Jika tidak menawarkan tubuh untuk para pejabat-pejabat itu, jangan harap kemewahan itu dia dapatkan. Hal yang paling membuatnya mencintai Adi adalah; pria itu bisa menerima profesinya sebagai pelacur

“Yang penting rajin chek up dan pake pengaman aja, Lis” Itu kata Adi begitu Lisa menanyakan apakah Adi takut berhubungan seks dengannya. Lisa tahu dia takkan pernah berhenti menjadi pelacur apapun alasanya.

Seketika Handphonenya berbunyi, sebuah SMS masuk

Sent: Mas Agung

Masaage: “Lisa sayang, datanglah ke Hilton jam 2 sore kamar 307”

***

14 jam sebelum kejadian Pukul13.00

“Kita sudah lama banget yah pacaran” Siska memulai percakapan. Adi menatapnya tersenyun, mereka sedang makan siang di Restaurant China.

“Kenapa tiba-tiba berkata seperti itu?”

“Kau tidak ingin ketahap selanjutnya” Tanya Siska lagi. Adi Tahu pertanyaanitu akan datang. Dia juga merasa sudah waktunya dia mengakhiri masa lajangnya. Dia sudah tigapuluh tahun sekarang sudah cukup bermain-main. Dia menatap Siska, gadis ini cantik tubuhnya indah. Meski tidak sehebat Lisa di ranjang, Dia menikmati setiap kulit mereka bersentuhan dan yang paling penting dia mencintai Siska. Ahh Lisa, Adi tahu dia mendekati Lisa karena wanita itu mampu membangkitkan gairah terpendam dalam dirinya, mampu membangkitkan macan nafsu dalam dirinya. Tetapi apakah pernikahan itu hanyalah kepuasan seksual semata? Adi Mambutuhkan wanita baik-baik yang mampu menjadi ibu yang baik untuk anak-anaknya.

“Ah, seharusnya aku tidak bertanya banyak” Siska membuyarkan lamunan Adi. Adi tersenyum menggegam tangannya.

“Ibuku sudah bertanya-tanta kapan kau akan melamarmu” Wajah siska memerah. Adi ,memtuskan malam ini dua akan mengakhiri hubunganya dengan Lisa.

***

9 jam sebelum kejadian. Pukul 19.00

“Kenapa kau memintaku datang kesini, Mas?” Lisa menatap Adi penasaran. Dia baru saja melayani klien ke duanya Pak Brato sejam yang lalu. Hal yang paling dibencinya menjadi pelacur adalah berpura-pura orgasme. Sejujurnya dia jijik mendengar teriakan orgasme pria-pria tua yang kaya raya itu.

“Aku ingin Kita berpisah Lis.” Kata Adi tanpa basa-basi.

“Kenapa?” Lisa mencoba tenang. Tadi pagi Adi bilang dia mencintainya

“Aku akan menikah dengan wanita lain” Kata Adi. Lisa tak bisa tenang lagi.

“Jahanam kau, Mas, kau tak pernah bilang kalo kau punya kekasih”

“Kau tak pernah tanya, Lis”

“Kau bilang kau mencintaiku”

“Aku butuh wanita baik-baik, Lis”

“Kau bilang tak apa-apa meski profesiku kelam”

“Ibuku ingin menantu yang baik-baik”

Lisa terdiam, dia tahu keluarga paling penting untuk Adi.

“Siapa wanita itu?” tanyanya kemudian

“Untuk apa kau tahu dia”

“Siapa wanita Itu?”

“Namanya Siska, Dia seorang dokter”

“Bolehku minta nomor handphonenya”

“Untuk apa? Awas kamu kalo macam-macam sama Siska dia tidak tahu apa-apa tentang kita”

“Hanya ingin melihatnya dan menilai dia pantas atau tidak untukmu. Setelah itu aku takkan menganggu hidupmu lagi”

***

Jakarta, 3 jam sebelum kejadian, pukul 00.00

Siska setengah mengantuk di ruang tunggu dokter. Ketika Handphonenya berbunyi. Sebuah SMS masuk

“Siska, datanglah ke Wisma Bougenville di daerah Cikini. Masuklah ke kamar 201. Kalo kau ingin tahu tentang Adi”

Siska menatap SMS itu malas. Ah paling orang iseng. Dia kembali tertidur

***

1 jam sebelum kejadian, pukul 01.00

Adi sedang duduk di depan mejanya ketika sebuah SMS berbunyi.

“Kalo tak ingin Siska tahu semua tentang kita datang ke Wisma Bougenville di daerah Cikini kamar 201”

SMS dari Lisa.

Bangsat, seharusnya dia tahu bahwa pelacur keparat itu seorang psikopat. Dia menyesal memberikan nomor Siska.

***

1 jam setelah kejadian pukul 04.00 pagi

Siska sampai ke wisma itu, dia penasaran SMS kedua muncul.

“Aku Lisa, aku dan Adi berhungan di belakangmu datanglah ke wisma Bougenville agar kau tahu semuanya”

Begitu kamar 201 dibuka, tampak mayat seorang wanita dan Adi yang terkapar.

Dia segera menelpon polisi.

***

24 jam setelah kejadian. Pukul 03.00 pagi

Adi terbangun, Dia tak ada di kamarnya.

“Dimana ini?” tanyanya lemah

“Dokter Siska, tuan Adi sudah sadar” Seorang perawat bersuara

“Ahh kau sudah sadar sayang”

“Kenapa aku ada di rumah sakit sis?”

“Kau terluka Adi, kepalamu dihantam benda keras” Jelas Siska

“Polisi sudah menyelidiki kematian perempuan bernama Lisa itu Di, Mereka membebaskan kau dari tuntututan karena kau memukul kepalanya dengan vas bunga untuk membela diri” Jelas Siska. dan seketika kesadaran Adi datang. SMS dari Lisa, segera pergi ke wisma. Lisa yang terkapar tak berdaya. Tunggu, dia melihat Lisa terkapar tak berdaya. Dia sama sekali tak memukul dengan vas bunga. Dia ingin membantah tetapi urung melihat Siska yang menangis.

“Aku tak menyangka kamu selingkuh dengan pelacur itu Di” isaknya. Adi terdiam.

“Maafkan aku sis, aku mencintaimu Lisa itu kesalahan”

“Tentang hubungan kita, kita bicarakan lain kali saja”

“Maafkan aku Sis”

“Istirahatlah Di, Polisi ingin meminta beberapa keterangan darimu” Siska berlalu.

***

Saat kejadian, Pukul 03.00 pagi

Langkah kedua, hancurkan semua benda di dalam wisma ini. Bikin seperti perampokan.

“Lisa, apakah kau di dalam” Sebuah suara tiba-tiba terdengar. Itu suara Adi, dimatikannya lampu kamar dan segera bersembunyi disamping lemari tangannya memegang vas bunga.

Adi Masuk, pintu tidak terkunci gelap dinyalakan lampu kamar. Lisa tergeletak di lantai tak bernyawa, ada pecahan vas bunga di sekeliling kepalanya. Dia keluar dari persembunyiannya, menghantam kepala adi dengan vas bunga, Adi pingsan.

Rencana berubah, jangan bikin sperti perampokan bikin seperti perkelahian besar. Dia bersyukur dia suka membaca novel detektif.

***

24 jam setelah kejadian, pukul 03.00 pagi.

“Dokter Siska, Tuan Adi sudah sadar” Perawat memanggil Siska

“Sial! Laki-laki brengsek itu sudah sadar, seharusnya dia memukulnya dengan benda yang lebih keras kemarin pagi. Biar dia bisa membusuk bersama pelacur jahanam itu di neraka. Untunglah Wisma jelek itu punya dua Vas bunga.

TAMAT

Depok 3 november 2011

Nb: Belajar bikin cerita pembunuhan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun