Mohon tunggu...
Angelina R
Angelina R Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Warga Negara Indonesia yang baik hati dan tidak sombong...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Batu Berujung Maut

27 Januari 2012   17:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:22 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam menyerbu. Langit pekat, tak ada bulan apalagi bintang. Jangkrik jantan bernyanyi semangat, berharap sang betina mendengar sehingga mereka tak sendiri lagi melewati malam. Danu berjalan menembus pekat malam dengan semangat, nyanyian jangkrik yang terdengar dari seluruh penjuru hutan terdengar bagai lagu patriotisme di telinganya. Matanya yang hitam sepekat malam berbinar penuh gairah, dadanya dipenuhi gelora semangat yang tak dapat dia jelaskan. Malam ini malam luar biasa. Malam ini malam pembuktian. Malam ini untuk pertamanya dia menjadi laki-laki sejati.
Tidak dipeduliknnya kakinya yang sakit, tergores ranting kayu sepanjang jalan setapak yang membelah hutan yang terletak di ujung paling selatan kampungnya. Hutan yang tak ada satupun dari penduduk kampungnya berani menjajakan kaki, hutan yang desas-desusnya angker. Tetapi dia ingin menjadi Sejati. Akan dia lakukan apapun untuk menajdi sejati. Dan sejati membuat dia tak mempedulikan desas-desus keangkeran hutan ini. Hutan ini adalah jalan satu-satunya menuju Ki Bolong. Dukun sakti yang dia ketahui dari Joko sobatnya, dukun yang mampu membuat alat kelamin membesar dua kali lipat.

Danu tersenyum sumringah, dia menyentuh selangkangannya, merasakan sesuatu yang besar di sana. Sesuatu yang besar yang dibayar lima juta dan duapuluh empat jam telanjang diolesi ramuan. Ahh, uang lima juta tak berarti baginya, Ayah Danu orang terkaya di kampung mereka. Ayahnya memiliki sawah dan ternak yang banyak dan untungnya, Danu itu anak satu-satunya. Akhirnya dia bisa menjawab pertanyaan yang melanda orang sekampung; Mengapa dia belum juga menikah padahal usianya sudah kepala tiga? Danu menyentuh lagi alat kelaminnya yang dulu hanya sebesar jari tangan jempol orang dewasa itu. Joko benar, Ki Bolong memang hebat. Dia kembali tersenyum sumringah, dengan alat kelamin sebesar ini, dia akhirnya memiliki keberanian mengajak Surti pacarnya menikah dan kawin tanpa harus malu benda kecil miliknya yang telah tigapuluh tahun melekat di selangkangnya. Dia telah menjadi lelaki sejati.

Danu tersenyum melangkah penuh semangat.Dia bahagia. dia begitu bahagia sampai-sampai tak menyadari seseorang yang mengikutinya dari belakang.
“Bruk”tiba Sebuah batu sebesar bola tenis mendarat di kepalanya. Danu terjungkal jatuh ke tanah.
***
Danu tewas! Kabar kematian anak Yusuf orang terkaya di kampung mereka membuat Joko kaget bukan kepalang. Danu sahabatnya sejak kecil, Danu yang tiga hari lalu pamit hendak pergi Ki Bolong, Danu yang sangat mencintai Surti kekasihnya, Danu sahabat terbaiknya.

“Sangat mengerikan” Kata Paijo pembantu yang pertama kali menemukan mayat Danu ketika Joko bertandang ke rumah Danu. Mata Danu tergelatak tak berdaya di depan pintu rumah. Seseorang meletakkan mayatnya di situ.

“Joko, tolong urus kematian Danu” hanya itu kata Yusuf ayah Danu sebelum akhirnya pria renta itu menghilang. Joko tahu Yusuf menderita. Setelah kematian istrinya, kini dia harus kehilangan anak laki-laki satunya. Dan Joko terkejut begitu mendapati mayat Danu. Alat kelaminnya hancur
***
Ki Bolong Tewas! Kabar kematian dukun yang mampu memperbesar kelamin itu Joko dengar sekali lagi dari Paijo yang tiba-tiba datang ke rumahnya dua minggu setelah mayat Danu dikubur

“Ki Bolong dibunuh orang suruhan tuan Yusuf, Mas” Kata Paijo pelan

“Darimana kau tahu?”
“Sekarang tuan Yusuf di tahan dikantor polisi, Mas. Ini ada surat dari beliau” Kata paijo sebelum kemudian berlalu. Joko menatap surat pemberian Paijo penasaran. Dan terkaget waktu membaca isinya.
“Joko, terimakasih sudah memberitahukan kepadaku perihal keinginan Danu putraku memperbesar alat kelamin di Ki Bolong. Laki-laki itulah yang memotong alat kelamin Danu. Aku telah membunuhnya Joko dan sekarang aku telah menyerahkan diriku ke Polisi. Aku ingin menghabiskan sisa hidupku di penjara, tak ada lagi yang tersisa di hidupku. Semuanya telah pergi. Tolong urus semua sawah dan ternakku. Hanya kau yang kupercayai”
Isi surat yang siangkat, yang mengaggetkan Joko.
***
Malam menyerbu, Joko melangkah cepat menyusuri jalan kecil yang membelah hutan angker di ujung selatan kampung. Dia menggenggam erat sebuah bungkusan. Perlahan kengan-kenangan itu muncul
“Joko, saya ingin memperbesar kemaluan. Surti minta dikawini” Suara Danu.
“Pergilah ke Ki Bolong dukun memperbesar alat kelamin”
“kau tahu, dimana rumah ki Bolong?
“yah aku tahu”
“Kasih tahu alamatnya”
“Baiklah”
“Terima kasih Joko”
Joko tersenyum mengenang ucapan terima kasih, Danu.
“Joko, kau tau siapa yang membunuh Danu ?” Itu suara Yusuf
“Danu, sebelum kematiannya bilang pergi ke Ki Bolong , Pak. Dia memperbesar Kemaluan di sana”
“Keparat, jangan-jangan kematian Danu karena obat pembesar kemaluannya” Yusuf murka
“Sepertinya, obat yang diberikan Ki Bolong membuat kemaluan Danu hancur, Pak”
“Kau tau di mana rumah ki Bolong?”
“Iya saya tahu”
“Terima kasih, Joko”
Lagi Joko tersenyum mendengar ucapan terimakasih Yusuf.
Dasar anak dan ayah sama-sama bodoh, Pikir Joko Sinis. Dia segera mempercepat langkah kakinya. Setelah sampai di tengah hutan, Joko mulai sibuk menggali. Ketika lubang sudah cukup dalam, Joko mengeluarkan bungkusan ditangannya. Bungkusan berisi sebuah batu yang telah di cuci bersih. Batu sebesar bola tenis yang dia gunakan untuk menghancurkan kepala dan kelamin Danu.
Tamat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun