PERAIH MIMPI
Teruntuk negriku
Dari buih yang ingin mejadi ombak.
Saat umurku menginjak 16 tahun, aku berpikir untuk menjadi seorang yang bermanfaat, tidak hanya untuk diri sendiri, tapi juga bagi lingkungan sekitar dan negriku Indonesia.
Mungkin aku hanyalah buih yang ingin menjadi ombak di lautan. Namun aku percaya, aku bisa menjadi ombak jika aku mau. Menjadi ombak yang membawa pelaut berlayar mengarungi samudra.
Apa sih yang aku cita-citakan untuk negeriku Indonesia?. Aku ingin negeriku menjadi negara yang maju, namun bagaimana caranya memajukan Indonesia?. Menurutku, untuk dapat memajukan Indonesia, yang diperlukan adalah kontribusi/partisipasi dari seluruh warga negara Indonesia dalam bidang pendidikan. Dimulai dari pendidikan usia dini, hingga pembentukan karakter yang bukan hanya menjadi tugas guru di sekolah. Tetapi utamanya adalah tugas orang tua sebagai tempat pertama seoarang anak mendapatkan pendidikan yang akan mempengaruhi pendidikan maupun karakter seorang anak.
Konstribusi yang ingin kupersembahakan untuk negriku adalah konsep pendidikan tentang pemerataan pendidikan bebas namun terarah. Aku ingin menyuarakan aspirasi-aspirasiku dan temanku sebagai siswa, mengenai kebebasan siswa dalam menentukan jalan hidup, bukan maksudku menyalahkan sistem yang sudah ada.Â
Aku hanya menyalurkan aspirasi kami, bahwa setiap anak mempunyai minat bakat atau kecerdasaan sendiri. Anak tidak boleh didoktrin atau mengecap anak bodoh, Karna nilai matematikanya dibawah nilai rata-rata atau nilai bahasa Indonesianya tidak sampai angka 8. Doktrin atau cap itu yang mematahkan semangat anak yang berujung. keputusasaan yang berakibat anak merasa dirinya gagal.
Pendidikan karakter, adalah suatu pendidikan yang perlu diterapkan tak mengenyampingkan mengenai doktrin-doktrin yang sudah aku cantumkan, bahwa di Indonesia seringkali hanya mengedepankan nilai akademik, bahwa orang yang punya nilai matematika bagus itu penting.
Seharusnya pendidikan memberikan kebebasan anak untuk berpikir dan menentukan pilihannya.Â
Selain itu aku juga ingin menyuarakan mengenai corak pendidikan kita yang masih cenderung hanya menyelenggarakan berdasarkan kebutuhan tenaga kerja, dengan alasan kita mempunyai SDM yang banyak. Tapi justru tujuan ini menjadi bom waktu karna pelajar sudah terkonstruksi hanya belajar untuk cari kerja bukan esensi dapat ilmu pengetahuan sehingga ketika diminta membuat inovasi sendiri dan membuat pembangunan sendiri tidak bisa, karna apa? Karna kita sudah sering didekte dari awal sampai akhir.
Penilaian pendidikan yang berorientasi kerja. Menjadikan kita bermental karyawan. Kenapa bisa dikatakan berorientasi kerja? Nilai yang dikembangkan semuanya harus sempurna, seakan orang yang pintar menggambar buruk dari pada orang yang pintar matematika. Kecerdasan tidak diukur dari nilai matematika bagus.Â