Mohon tunggu...
ajay santoso
ajay santoso Mohon Tunggu... -

Laki-laki Jombang,02 Pebruari 1976 Jl.anggrek 30 Mojowangi, Mojowarno, Jombang, JATIM, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bahasa Tubuh

13 Januari 2010   15:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:29 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Di dalam bis, diam diam saya memperhatikan orang yang baru duduk di sebelah
saya. Yaitu seorang laki laki berbadan besar seperti kebanyakan preman.
Pertama saya melihat mata nya, kemudian wajahnya baru saya memperhati
kan pakaian nya.Di situ saya mulai menilai karakter orang itu, pada hal saya
bukan spiciater atau peramal.Dan beberapa detik kemudian saya ambil kesimpul
an orang yang duduk di sebelah saya saat ini adalah orang yang kurang baik.
Saat itu juga saya mengambil sikap untuk menjauhinya, yaitu dengan sikap tidak
untuk mencoba bicara atau sekedar bertegur sapa sekalipun.Malah saya memasang
wajah yang kurang besahabat dan memalingkan muka dan memasang wajah yang seki
kiranya kurang bersahabat pula.

Mengapa saya bisa menilai orang itu tidak baik sehingga saya mengambil sikap
untuk tidak mencoba bicara atau bertegur sapa bahkan memalingkan muka ?
Jawaban nya adalah ;
Pertama, ketika datang, tanpa ucapan permisi dia langsung duduk di sebelah saya
yang memang sedang kosong, sehinnga saya merasa tersinggung.
Kedua, saya melihat matanya yang kurang bersahabat atau seperti sedang marah.
Ketiga, wajah nya kusut dengan keringat dan berminyak, rambutnya juga acak
acakan dan kusut.
Keempat, pakaian yang di kenakan tidak rapi dan kelihatan kotor.
Kelima, badan nya yang besar seperti potongan seorang preman dengan bau badan
karena keringat nya membuat aroma yang kurang sedap.

Dalam hati ada rasa benci terhadapnya, tetapi aneh nya saya terus memperhatikan
orang itu dengan sesekali meliriknya. Ternyata orang itu melakukan hal yang sama,
karena sesekali pandangan kami bertemu. Ketika pandangan mata kami saling bertemu
saya langsung pura pura melihat sesuatu yang lain yang sekiranya tidak memandang
kearahnya. Ternyata dia juga melakukan hal yang sama, kebetulan saya yang duduk di
jendela, orang itu pura pura melihat keluar jendela.
Saya masih bertahan dengan memasang wajah yang sekiranya kurang bersahabat tadi.
Demikian orang itu, wajah nya sangar memerah dan minyak di kulit wajahnya tidak juga
di lap atau di bersihkan, keringatnya pun bau menyengat.

Saya pun pura pura enjoy dengan situasi tersebut, dan mencoba tidak lagi memperha-
tikan orang tersebut, yaitu dengan menyanyi di dalam hati. Entah kenapa, walau saya
mencoba tidak untuk memperhatikan orang itu, walau dengan sudah mulai meyibukan pi-
kiran dengan membayangkan aku benyanyi di sebuah ruang karaoke yang mengasyikan,
sehingga tanpa sadar kakiku bergoyang goyang seakan aku sedang berjoget mengikuti
irama lagu yang aku nyanyikan dalam hati, tetapi saya masih sesekali melirik nya.
Dan sekarang saya melihat pandangan mata orang itu berubah, tidak seperti orang
marah lagi. Wajah nya juga berubah tidak tegang seperti orang yang marah, walau masih
berminyak.
Dari sikap duduknya yang kaku tadi kini dia terlihat lebih santai walau tidak bersan-
dar.Kemudian dia merogoh saku belakang kiri celananya dan ternyata dia mengambil sapu
tangan yang kemudian dia menyeka wajahnya. Dengan begitu, tanpa sadar saya memandang
nya dalam beberapa detik, dan " Maaf...", katanya dengan tersenyum . Saya pun membalas
dengan senyuman. Kemudian dia mulai mennanyakan tujuan saya, dari mana dan bla bla bla.
Terjadilah percakapan yang kemudian menuju perkenalan.

Nah, dari situ saya mencoba menganalisa kenapa orang tersebut berubah, dari sorot mata
yang tidak lagi seperti marah, yang kemudian di ikuti dia tampak santai dan juga  kemu-
dian dia menyeka keringat di wajahnya.
Mungkin, terjadi karena mimik wajah saya yang tidak lagi saya tekuk karena merasa tidak
suka kepada nya. Kemudian dia terpengaruh oleh gerakan gerakan kaki dan anggukan ang-
gukan kecil yang saya lakukan mengikuti irama lagu dalam hati waktu itu.
Karena penasaran, saya pun menemui orang itu yang sekarang sudah menjadi teman. Kami pun
diskusi. Dari diskusi kecil tersebut saya ambil kesimpulan, gerak gerik kita ternyata
bisa mempengaruhi orang sekitar kita. Saya akui sebelum orang itu datang, waktu itu
saya sedang dalam keadaan tidak nyaman dengan kepengapan dalam bis itu, sehingga tanpa
sadar wajah saya tampak seperti orang marah.
Saya ambil contoh pada diri sendiri, yaitu ketika melihat orang dengan keadaan wajah
atau pandangan mata yang kurang besahabat, maka saya akan mencoba menjauhi nya atau
mengganggunya. Maka yang terjadi pada orang itu, ( anggaplah namanya Arief ) melakukan
hal yang sama, yaitu tidak mau mengganggu saya yang dalam keadaan seperti orang marah.
Dan mungkin, Arief yang baru masuk waktu itu sedang pula dalam keadaan marah akibat
lama menunggu bis, yang di tambah terik matahari yang panas, sehingga waktu pertama
duduk di sebelah saya dengan wajah yang di pasang seperti orang marah.

Perubahan pada diri saya yang enjoy tenang dan seperti menikmati suasana, membuat pan-
dangan orang yang melihat saya berbeda, yaitu tidak sedang keadaan seperti orang marah,
maka mempengaruhi orang tersebut ikut tenang karena merasa tidak terancam, karena tidak
takut lagi bila melakukan kesalahan kecil, misal menegur sapa, karena orang cenderung
melakukan hal yang sama seperti lawan nya, misal wajah lawan sangar tidak bersahabat
kita juga cenderung meniru, sebagai alih perasaan kita yang sebenarnya takut.

Dari rerentetan tadi bisa di simpulkan, bila mana kita memasang wajah ramah ceria dan
bersahabat, maka orang di sekitar kita menganggap kita bukan hal yang mengancam, malah
sosok teman yang mungkin bila di butuhkan akan bisa di mintai tolong.
Maka dalam segala situasi dan tempat, saya pun mencoba bertingkah enjoy dengan wajah
yang ceria dan ramah, senyum tersimpan asal tidakseperti orang gila dengan senyum senyum
sendiri. Tingkah laku juga tidak berlebihan yang bisa mengundang ketidak sukaan pada kita.                  Misalnya waktu kita memandang seseorang dengan terus menerus, orang juga merasa risih, jadi            jangan juga memandang seseorang berlebihan, kalau tidak mau di lempar sandal......
Singkat kata, dalam bermasyarakat orang akan membaca bahasa tubuh kita walau semua tidak
pernah bejalar ilmu spiciater sekalipun. Begitu juga dalam mengawali hubungan, orang akan
menilai terlebih dulu tingkah laku kita, karena tingkah laku kita menggambarkan kepriba-
dian kita atau karakter kita..
itu yang banyak orang menyebutnya membaca bahasa tubuh..

13 Januari 2010

ajay.santoso@yahoo.co.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun