Mohon tunggu...
Ajat Sudrajat
Ajat Sudrajat Mohon Tunggu... -

Saya seorang anak petani

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kapan Bisa Sejahtera?

10 Maret 2014   21:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:05 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh Ajat Sudrajat, Peminat kajian HAM  dan Politik

Indonesia, adalah Negara yang sangat kaya akan keadaan alam yang dikandungnya, Negara yang kaya akan budaya, dengan beragam suku dan bahasa. Begitu banyak daerah-daerah wisata yang berkelas, dan banyak dikunjungi para turis mancanegara. Dan dengan kekayaan alamnya, rakyat Indonesia selayaknya sudah bisa hidup sejahtera dan mendapat kehidupan yang layak dan terbebas dari kemiskinan.

Akan tetapi pada kenyataannya, ternyata rakyat Indonesia jauh dari kata sejahtera, dan bahkan tahun demi tahun keadaannya semakin buruk. Potret kemiskinan dapat dijumpai dengan mudah, kemiskinan ada dimana-mana, di setiap pelosok daerah maupun di kota-kota besar begitu banyak rakyat miskin, begitu merajalela nya kemiskinan di Negara yang kaya ini.

Saya akan bercerita sedikit tentang kisah nyata yang saya alami di salah satu kota besar di Indonesia. waktu saya dan teman-teman saya sedang makan di sebuah tempat makan lesehan pinggir jalan, di daerah Kota Yogyakarta. Waktu itu teman saya sedang mencari orang yang dikategorikan miskin, baik itu pemulung atau pun pengemis. Dan kebetulan sekali setelah selesai makan ada dua orang anak perempuan yang memberi amplop kosong dengan bertuliskan “tolong kami, buat beli  makan”.

Kemudian teman saya menghampiri mereka, lalu memberikan beberapa pertanyaan. Dan diawali dengan pertanyaan, “siapa yang menyuruh kamu mengemis de? Apa ada orang yang menyuruh kalian?”, karena usia mereka yang masih anak-anak mereka pun menjawab dengan polos nya. “bapak kami yang menyuruh kami untuk mengemis”. “Bapak kalian kerja apa, kalian ke sini naik apa?” Tanya teman saya, mereka pun menjawab, “bapak kami tidak kerja, bapak kami ada di rumah, kami ke sini diantar bapak naik sepeda motor, kadang kami naik sepeda berdua”. Lalu teman saya bertanya lagi, “berapa penghasilan kalian per-hari?”, “saya bisa dapat Sembilan puluh ribu, bahkan lebih. Dan adik saya pendapatannya di bawah saya, dan bapak kami selalu menyiksa kami saat kami tidak mau bekerja”. Jawab mereka. Mereka  tidak sekolah, dengan alasan karena keterbatasan ekonomi.

Begitu menggelikan, sungguh tidak merata nya perekonomian di Negara ini. Penghasilan pengemis lebih besar dari penghasilan buruh biasa, sehingga semakin banyak orang yang rela berpura-pura jadi pengemis. Dan begitu tega seorang bapak menyuruh anaknya bekerja mengemis di jalanan, sedangkan dia sendiri hanya duduk di rumah menunggu uang setoran hasil kerja anaknya. Kenapa hal semacam ini bisa terjadi di Indonesia? Padahal Indonesia adalah Negara yang kaya. Ada faktor-faktor yang menjadikan alasan kenapa hal ini bisa terjadi. Diantaranya faktor pendidikan, ekonomi, ketidakseriusan pemerintah dalam menangani kemiskinan negaranya, dan hubungan yang tidak harmonis antara pemerintah dan rakyatnya.

Itulah akibat dari orang yang tidak punya pendidikan, mereka kesulitan mendapatkan pekerjaan yang layak dan berpenghasilan cukup, sehingga mereka ada yang terpaksa dan ada juga yang sengaja berprofesi sebagai pengemis dengan alasan penghasilan pengemis lebih besar dari seorang buruh biasa, dan bahkan seorang ayah pun tega mempekerjakan anaknya jadi pengemis seperti contoh di atas tadi.

Orang yang tidak punya pengalaman atau tidak berpendidikan sulit mendapatkan pekerjaan yang layak, dan berpenghasilan cukup. Mereka tidak punya jaminan untuk mendapatkan kehidupan yang layak dan sejahtera. Karena faktor ekonomi juga yang menyebabkan mereka tidak bisa mendapatkan pendidikan, tidak meratanya perekonomian Negara sehingga menyebabkan rakyat yang kaya akan semakin kaya dan yang miskin akan semakin miskin. Lihat saja dari tahun ke tahun semakin banyak rakyat yang pengangguran, semakin banyak keluarga miskin, semakin banyak anak-anak yang putus sekolah. Padahal pemerintah sudah menjamin dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor. 20 tahun 2003, BAB IV tentang Hak dan Kewajiban Warga Negara, Orang Tua, Masyarakat, dan Pemerintah, pada Bagian Kesatu “Hak dan Kewajiban Warga Negara” pada pasal 5, dan pasal 6:

Pasal 5

1)Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan      yang bermutu.

2)Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau social berhak memperoleh pendidikan khusus.

3)Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus.

4)Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.

5)Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat.

Pasal 6

1)Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar.

2)Setiap warga negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan. tentang jaminan mendapatkan pendidikan dan pemerintah juga bertanggung jawab terhadap rakyat-rakyat yang terlantar.

Pemerintah harus benar-benar serius dalam menangani masalah kemiskinan. Pemerintah harus bisa membuktikan janji tersebut, memfasilitasi agar rakyat-rakyat di pedalaman, pelosok-pelosok desa, dan juga di pinggiran kota agar mendapatkan hak-hak mereka untuk mendapatkan pendidikan dan hidup layak. Dan kita juga tidak seharusnya menyalahkan pemerintah terus menerus. Rakyat juga harus bisa memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang ada atau program-program pemerintah yang sudah ada.

Harus ada kerja sama, interaksi atau komunikasi yang baik antara pemerintah dengan rakyatnya, terutama rakyat-rakyat yang miskin, rakyat terlantar, dan para pengemis. Sehingga bisa tercipta keadaan Negara yang harmonis, damai, tidak saling menyalahkan, dan tidak saling menjatuhkan. Memang sungguh sangat mengkhawatirkan keadaan Negara ini, Negara yang kaya akan hasil alam dan  kaya akan budaya, suku dan bahasa. Jangan biarkan Negara yang kita cintai ini hancur karena ego para pemimpinnya, dan karena kemiskinan rakyatnya. Lalu kapan Negara ini bisa sejahtera? Indonesia sudah merdeka dari penjajahan selama hampir 69 tahun, tapi Indonesia belum merdeka  dari kemiskinan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun