Mohon tunggu...
Aizul Istiqomah
Aizul Istiqomah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Peradaban

Yakin usaha sampai

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mereka Akan Membenarkan Ketika di Posisi yang Sama

28 September 2020   14:14 Diperbarui: 28 September 2020   14:20 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
apps.facebook.com/kuistempramen


Sebuah realita tak akan jauh dari lakon-lakonnya yang dengan asik memainkan drama yang dijalankan sesuai skenarionya. Sebut saja Melani, seorang anak pertama dan melankolis yang memiliki idealisme mungkin berbeda dengan manusia seumurannya. Bisa melakukan yang mau ia lakukan tanpa melibatkan orang diskitarnya dan Ia ingin orang sekitarnya tidak tahu kesulitan-kesulitan yang dihadapinya, yang ia mau orang sekitarnya bisa melihat ia ketika sudah berhasil bukan ketika ia merangkak kesulitan. Karena baginya tak perlu kesulitan itu ia ceritakan, orang hanya akan tepuk tangan mendengarnya bukan mengulurkan tangan untuk membantunya. Melan anak pertama dari tiga bersaudara, ia meyakini setiap orang itu unik dan berbeda maka dari itu ia dan dua adiknya memiliki perbedaan karakter yang begitu menonjol. Tapi ia tidak bisa dengan idealismenya menonjolkan diri untuk mengalahkan adik-adiknya, ia hanya tampil dengan seorang Melani dengan sederhana dan keunikan karakternya, adik-adiknya pun demikian dengan karakternya masing-masing. Ketika ada quotes anak pertama memiliki beban yang berat karena harus bertanggung jawab atas adik-adiknya dan atas keluarganya, bagi Melani beban berat itu tidak hanya bagi anak pertama saja tapi untuk anak kedua dan ketiga juga walaupun posisi Melani sebagai anak pertama. Dimana beban bagi anak kedua bagaimana ia menjaga keutuhan dari kakak dan adeknya juga menjaga keharmonisan bersaudara, bagi anak ketiga beban berat dalam menjaga keseluruhan saudara-saudaranya juga keharmonisan seluruh anggota kelurga. Dalam keluarga biasanya diasumsikan anak ketiga lebih dekat dengan orang tuanya sehingga anak ketiga memiliki tanggung jawab yang besar juga dalam menjaga silaturahmi antar suadara/kakak-kakaknya dengan orang tuanya. Kembali ke sosok Melani seorang melankolis juga introvert diantara adek-adeknya yang ekstrovert, Melani selalu mencoba membantah bahwa dirinya seorang melankolis dan introvert dengan bergaul kesana kemari mengurangi rasa malu nya dan memunculkan ke percayaan dirinya saat berada diluar lingkungan keluarga. Dengan berinteraksi dengan orang baru dan lingkungan baru, menurut pengakuan Melani ia merasa bersyukur diberikan kekuatan untuk bisa menembus keterbatasan yang dimilikinya. Ia mencoba masuk dilingkungan dan orang baru yang mereka semua tidak mengetahui karakter Melani seorang Melankolis, dan mungkin ketika Melani bercerita mengenai karakternya orang sekitar tidak akan percaya bahwa dirinya seorang Melankolis. Lingkungan-lingkungan yang ia temui ada kalanya kurang bersahabat dengannya bukan wilayah atau lokasinya melainkan orang-orang yang berada dilingkungan itu yang sepertinya berbeda dengannya. Tidak seperti orang kebanyakan yang merasa langsung nyaman dengan lingkungan baru dan orang baru, Melani justru mudah nyaman dengan lingkungan tapi tidak dengan orang baru ia harus mencoba beradaptasi lebih dengan orang baru. Ia ditempat baru merasa tidak ada orang yang bisa mengerti dan memahaminya, tidak ada yang bisa se frekuensi dengannya.

Kehidupan Melani memang seperti kehidupan manusia pada umumnya kebahagiaaan selalu meliputinya, karena Ia yakin tak ada kebahagiaan yang muncul setelah rasa syukur. Dengan kondisi seperti apapun ia selalu mencoba mensyukurinya sehingga kesedihan tak terlihat oleh kebahagiaan itu. Sederhana dan selalu menikmati alur kehidupan yang ia jalani atas kehendak dan Ridho-Nya, meyakini setiap kejadian pasti ada pembelajaran dibaliknya. Diberikan keluarga yang religius dan lingkungan yang agamis menjadi kenikmatan dan kesyukuran Melani tersendiri yang tak ternilai harganya. Hanya saja, lingkaran persahabatan Melani yang ia rasa kurang sempurna ketika persahabatan akan hancur ketika ada orang baru, ia termasuk orang sangat menghargai sebuah ikatan, khususnya ikatan persahabatan. Pernah suatu ketika Melani memiliki sahabat kecil yang sudah sangat dekat hingga melakukan apapun selalu bareng dan ia merasa sahabat kecilnya merupakan sahabat sejati, tapi semakin tumbuh dan berkembang menjadi seorang remaja dengan perbedaan pilihan lokasi sekolah yang menjadi ia terpisah dan menemukan orang baru yang akan menjadi sahabat barunya. Dan itu menjadikan ia jauh dengan dia dan tidak pernah melakukan hal-hal yang biasanya bareng ini dilakukan bareng dengan orang yang berbeda, Melani dengan teman barunya dan sahabat kecilnya dengan teman barunya. Tapi walaupun sudah jauh Melani merupakan orang yang tidak mudah melupakan orang-orang terdekatnya atau pernah menjadi orang terdekatnya. Karena bagaimanapun mereka sudah pernah menjadi bagian dalam mengisi masa-masa itu, ia tak habis pikir mengapa ada orang yang melupakan ikatan  yang sudah dirangkai dengan susah payah hanya demi orang baru. Mungkin itu hanya versi Melani, berbeda dengan versi sahabat kecilnya. Bagi dia sahabat ya sahabat entah orang lama atau baru. Ia selalu berada dilingkungan yang seperti itu, diantara orang yang kurang respect dengan ikatan yang dirangkai dengan susah payah. Melani tak memikirkan itu, selagi keluarganya selalu berada disampingnya dalam segala kondisi.
Menurutnya, selagi ia masih bisa menjaga ikatan itu kenapa harus memohon orang lain untuk kekeuh menjaga. Yang dilakukaannya baik untuk orang lain, biarkan orang lain berasumsi baik atau tidak untuknya, yang bisa ia lakukan, lakukan. Yang tidak bisa ia lakukan, tinggalkan.
Menurut pengarang, orang akan membenarkan ucapan/tindakan kita ketika ia berada sama diposisi kita dan akan menyalahkan ucapan/tindakan kita ketika berbeda posisinya dengan kita.
Maka, kita diharuskan memiliki pengalaman/kesan yang bermacam-macam, agar bisa merasakan ketika diposisi orang lain.
Tidak perlu menunggu orang lain memperlakukan kita dengan baik, cukup kita yang mulai memperlakukan dengan baik orang lain. Karena bisa jadi orang lain tidak tau cara memperlakukan orang lain dengan baik, maka dari itu mari kita ajari dengan kita memulainya terlebih dahulu. Hahha

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun