Mohon tunggu...
Ai Aini
Ai Aini Mohon Tunggu... -

Perempuan yang suka menulis. Menyukai biru, pelangi, hujan, jingga, dan senja. Pisces.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pada Suatu Lara

4 April 2011   09:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:08 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Butiran bening mengalir dari kedua mata. Deras, tak terkendali. Meluap, meruah dari rasa yang begitu perih. Apa yang terjadi? Adakah seseorang yang bertanya begitu? Tidak, sama sekali tidak. Sudah begitu tidak pedulikah mereka padaku? Entah, aku tidak lagi mau tahu. Tangisku makin sedu sedan. Sepertinya justru menambah luka hati. Sampai seseorang datang mendekatiku. Anakku. "Bunda kenapa? Bunda nangis? Kenapa nangis Bunda?" Pertanyaan beruntun yang menghenyakkanku. Aku terdiam, tak tahu harus menjawab apa. Malaikat kecilku itu dengan tersedu mengusap tiap lelehan air mataku. Aku begitu terharu. "Jangan nangis ya Bunda..." Dia memelukku erat. Dadaku kian menyesak. Air mataku mengalir semakin deras. "Aku ambil tissue ya Bunda..." Aku hanya bisa mengangguk. Dia datang kembali membawa tissue. Mengusap air mataku. Membersihkan wajahku. "Sudah ya Bunda, jangan nangis lagi. Bunda kenapa nangis? Bunda takut? Jangan takut ya Bunda, ada aku disini." Dia berkata seperti itu sambil membelai rambutku lembut. Kata-katamu Sayang, memberikan aku kekuatan yang begitu besar. Ah, malaikat kecilku, harusnya aku yang memberimu kekuatan itu. Tak akan pernah kulupa kisah ini. Ketika malaikat kecil 3 tahunku menenangkan perih hatiku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun