Mohon tunggu...
Septiani Ayu Candrawati
Septiani Ayu Candrawati Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

sesosok keras kepala yang berjuang menimba ilmu, mencari jati diri, menyambung nyawa di kerasnya bumi Surabaya, demi terjamah hasrat hati untuk menyentuh indah sebuah kemenangan,..

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa Indonesiaku Dahulu Tidak Seperti Ini, Namun Kini Alay Sekali!

31 Juli 2012   05:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:25 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Generasi muda memang telah dianggap memberikan sumbangsihnya terhadap dunia komunikasi di Indonesia, baik dalam bahasa lisan maupun tulisan. Terlihat dari diksi yang mereka gunakan pada saat berbincang dengan sejawat sehari-hari. Loe-gue, beberapa kata kerja yang mendadak lebih populer jika diawali nge-, misalnya: ngelamun, ngerusak, ngerumpi, diakhiri -in, contoh: balikin, bangunin, bilangin, jagain dan sekaligus nge-, -in (ngeramein, ngejelasin, ngeliatin), kosakata pasif yang sengaja lahir dan kemudian aktif di lingkungan anak jaman sekarang, seperti: menonton teve-mantengin teve, melayani-ngeladenin, pulang ke rumah-cabut, cantik sekali-cantik banget, ingin-pengen. Merupakan secuil kerusakan bahasa yang selama ini secara diam-diam telah menjajah tanah air, yang sekali lagi dihasilkan dari kaum muda terlanjur gaul.

Keadaan ini diperburuk dengan maraknya penulis novel yang lebih gandrung menggunakan bahasa sarat keluar jalur EYD, bahkan tak jarang pada halaman sampul novel tersebut bertengger status best seller. Selain itu, seperti bersekongkol dengan sang best seller, kamus SMS gaul juga telah ditelurkan oleh salah satu perusahaan provider di negeri jamrud khatulistiwa ini. Stand up comedy, yang kian memenuhi beberapa channel teve, pula dinobatkan sebagai media penunjang bobroknya tatanan dialek resmi nusantara.

Sebagai sesama umat pribumi selayaknya kita memiliki ketegasan dalam menyikapi ancaman kebahasaan ini. Dimulai dengan kesadaran diri secara penuh untuk mengabdi kepada EYD dan aturan bahasa yang telah disepakati adalah reaksi pertama yang dapat kita gantungkan dalam benak. Setelah diri terbenteng dari virus-virus kealayan, maka tingkat kepercayadirian kita untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar akan bertambah, kemudian hal tersebut dapat menjadi kunci gerbang kita, mengajak lingkungan yang telah tercemar untuk kembali pada keaslian bahasa Indonesia.

Pencegahan agar penyakit bahasa ini tidak mengganas ke anak-anak didik, maka diperlukan kerja keras dari pihak sekolah dan perguruan tinggi. Penyampaian pengajaran dengan menggunakan bahasa Indonesia dan menanggalkan bahasa gaul adalah salah satunya. Bagaimanapun, seperti kata pepatah jawa, guru adalah sosok yang digugu lan ditiru, artinya model pertama yang jadi panutan peserta didik adalah ibu dan bapak gurunya. Jadi, sebagai perantara penyampai ilmu, pendidik diharuskan berbahasa yang resmi dan sopan, agar terbentuk karakter generasi penerus yang sopan dan sadar bahasa.

Diingatkan bahwa bahasa Indonesia sejatinya adalah ciri kepribadian bangsa yang wajib dijaga dan dilestarikan. Apa jadinya jika bangsa ini memiliki bahasa yang diragukan keresmiannya, hanya karena pemuda-pemudi kebanggaan yang terlampau gaul? Gaul boleh, asal tidak mencemari bahasa resmi tanah air tercinta. Mari cintai bahasa Indonesia dengan membiasakan berbahasa Indonesia yang santun!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun