Kamu, yang sendiri merenung dalam kamar, jangan sedih, waktu terlalu berharga untuk disentuh ratapan sedih, bergembiralah karena hujan masih sudi menginjakkan kakinya di bumi.
Kamu, yang sedang sakit, aktifkan status sehatmu segera, hari esok menanti dirimu yang bersemangat dan ceria, pula tak baik jika sakit terus disimpan, buang sakitmu, bangkit dan nikmati makan malammu nanti dengan lahap.
Kamu, yang lagi hepi, bernyanyilah, lantangkan nada indah hatimu dan bagikan kepada orang-orang di sekitarmu, agar nuansa riang canda membalut dingin sore ini.
Dan, Kamu si sibuk, udahan dong sibuknya, hehe. Mohon maaf untuk yang tersindir, ampun ya?
Hey Kamu, hari ini aku belajar kesabaran dan rasa syukur dari seseorang. Sabar, saat posisi hidup kita sedang berada di bawah. Sabar, ketika segala keinginan dan harapan kita belum dikehendaki Tuhan. Sabar, kalau para bapak ibu dosen sedang semangat ngerjain aku dan teman-teman mahasiswa lain dengan sejuta tumpuk tugas akhir. Sabar, jika belum bisa mudik padahal saldo dinyatakan dalam status "awas". Sabar, sabar dan sabar. Ternyata, untuk merangsang rasa sabar itu mudah, Kamu. Dengan banyak bersyukur atas nikmat Tuhan seminggu terakhir. Kedua, flashback aktifitas-aktifitas kita yang selalu dimudahkan dan tanpa hambatan. Ketiga, berfikir sejenak filosofi sebuah kalimat berikut ini: "Dalam keadaan berdiri atau duduk, normalnya pandangan mata lurus sejajar agak ke bawah". Apa artinya? Artinya, dalam hidup hendaknya kita melihat sesuatu tidak selalu berpedoman pada yang lebih di atas kita, lihatlah lebih banyak keadaan serba kekurangan di bawah yang tak seberuntung kita saat ini. Karena roda kehidupan selalu berputar pada porosnya, jadi setiap saat mampu mengubah posisi kita yang kadang di atas, di tengah dan di bawah. Kalau kata teman, ada pepatah tentang ilmu padi, makin merunduk makin berisi.
Menghargai makna hidup dengan lebih banyak memberi. Apa yang sudah Kamu berikan pada orangtuamu? Doa, uang, kebahagiaan, atau kata-kata yang melukai hati mereka? Pengorbanan untuk kawan-kawanmu, uluran tangan lembutmu untuk yang sedang membutuhkan. Sudahkah Kamu memberi sesuatu untuk siapapun?
Mendengarkan nasehat tanpa memandang status sosial, umur dan jabatan si pemberi nasehat. Tuhan memberi satu mulut dan 2 daun telinga pada manusia agar manusia lebih banyak mendengar daripada berbicara. Terkadang, nasehat yang menurut kita tidak akan berpengaruh, jika kita mendekati, berkenalan kemudian membiarkannya masuk dalam dunia logika kita, kesadaran dengan ikhlas akan memenuhi ruang fikir, mengalir dalam darah dan berhembus ke jantung hati kita.
Kamu yang baik hatinya, belajar sabar yuk, karena sang penyabar kekasih Tuhan. ˆ-˜
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H