Mohon tunggu...
Ninik NR
Ninik NR Mohon Tunggu... Lainnya - None

belajar nulis

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Puisi Tentang Mama

21 Juni 2011   13:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:18 797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang anak akan memulai belajarnya. Disiapkan buku-buku yang akan dipelajari. Menyalakan lampu belajar danmembolak-balik halaman dihadapannya.

Owh.. dia lupa laporan pada Mamanya kalau dia memperoleh nilai 85 untuk puisi yang dia buat tentang Mama. Nilai itu, nilai tertinggi di kelasnya.

“Ma... Ma... Mama...”, dia berlari dari kamar menuju ruang tengah, tempat Mamanya asik menonton sinetron.

“Ya sayang... ada apa?”, jawab Mamanya tanpa mengalihkan pandangan dari televisi.

“Ini Ma... Gita Cuma mau kasih tahu. Tadi Gita dapat 85 loh Ma waktu buat puisi. Nilai tertinggi di kelas. Hebatkan Ma...”, semagat Gita dengan laporannya.

“Hmm... terus matematikanya dapat berapa? Tadi ada pelajaran matematika juga kan?”, tanya Mama masih asik dengan sinetron.

“Em... iya Ma. Ada. Matematikanya dapat 60”, jawab Gita sedikit takut.

Mama berpaling daritelevisi, menatap Gita.

“Nulis puisi 85, matematika 60... begitu kamu bangga, Git?”, tanya Mama sedikit tinggi.

Gita tunduk dan menggeleng, tanda tak bangga. Tak bangga karena Mama tak bangga jika nilai matematika lebih rendah dari nilai apresiasi puisi yang dia buat tentang Mama.

“sudah sana... masuk kamar! Belajar lagi yang benar!”, suruh Mama.

Gita kembali ke meja belajarnya. Membuka halaman yang memuat puisi buatannya. Membacanya dengan linangan air mata sedikit kecewa dan sakit hati.

MAMA

Mamaku purnama yang menjagaku dikala ku sedang terbang ke awan mimpi

Bintang yang menerangi jalan gelapku meraih cita

Selimut yang menghangatkan dikala ku resah

Sandaranku yang menopang disaat bimbang

Mamaku anggun memesona

Tanpa rias dia cantik hatinya

Mengajariku semua cinta

Memberi dan menyayang selamanya

Mamaku juga mamamu berhati mulia

Tak pernah kata sia terluap dari bibirnya

Semuanya nasihat yang menjadi semangat

mama adalah segalanya

Gita bergumam diakhir barisnya,’mungkin itu Mamaku, Mama khayalanku’.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun