Berprofesi sebagai seorang ibu rumah tangga dan juga seorang petani adalah pekerjaan yang selalu menghiasi hari-hari dari sosok yang saya banggakan dan yang saya kagumi. Meski mungkin bertani adalah profesi yang dianggap rendah dan sebelah mata untuk sebagian orang. Bahkan, mungkin seseorang itu akan malu dan tercoreng arang hitam di muka jika dirinya berada pada posisi profesi tersebut.
Seperti yang kita ketahui bersama, berprofesi sebagai seorang petani itu tidaklah mudah. Artinya seseorang itu harus berani bersusah payah dan ikhlas untuk menjalankan profesi tersebut. Seperti contoh : harus mau mecangkul, membersihkan rumput, kepanasan, kehujanan, badan yang mulai tua ( sering pegal-pegal ), telaten, ulet, dan harus rela kulit tubuh akan berubah menjadi cokelat dan kurang bercahaya, semua itu ibu saya lakukan setiap saat tanpa ada rasa mengeluh di hati ibu saya. Walaupun sering terjadi gagal panen karna disebabkan : Hama, Kebanjiran, dan juga perairan yang kurang cukup untuk menghidupi tanaman yang di tanam oleh ibu saya.
Namun, hal- hal di atas tidak menjadikan putus asa di dalam hati ibu saya. Ibu saya sangat berbeda yang terkadang membuat saya terjengang dan diam tanpa kata. Ibu saya adalah sosok tauladan, idola, dan juga pemotifasi di dalam keluarga.
Berikut profil dari ibu saya :
Nama : Kartiah
Tempat Tanggal Lahir : Banjaran 13 April 1972
Pendidikan terakhir : Mts Matholiul Ulum Banjaran
Ibu saya adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Ibu saya sejak kecil sudah terbiasa menggantungkan kehidupannya dengan berprofesi bertani dan terkadang ibu saya mencari pekerjaan lain tanpa sepengetahuan ibunya. Ibu saya melakukan seperti hanya untuk membantu atau meringankan beban ibunya, karna pada saat itu sering terjadi musim “Paceklik”hasil dari sawah sering gagal panen sehingga ibu saya harus pintar-pintar mencari uang tambahan untuk mencukupi keluargaanya maupun dirinya sendiri.
Ibu saya sering bercerita kepada saya soal masa mudanya dulu, ibu saya dulu orang yang paling kuat tirakatnya seperti puasa sunnah dan lain-lain. Ibu saya sangat ta’dim kepada gurunya yang bernama K. Sholihin setiap kali ibu saya di suruh puasa, ibu saya langsung menjalankannya tanpa bertanya keuntungan yang akan di dapatkannya. Ibu saya juga mengaji al Qur’an dan kitab-kitab kepada gurunya sampai larut-larut malam. Ibu saya pun tidak mengharapkan apa-apa dari semua itu, ibu saya hanya mengharapkan ridho dari Allah SWT dan supaya kelak mempunya anak yang rajin mengaji dan sering melaksanakan tirakat ( Puasa-Puasa Sunnah ).
Saya sangat terkejut ketika saya di ceritakan cerita yang satu ini, kata ibu saya, dulu ibu saya sangat hobi menyanyi dan lagu yang paling ibu saya gemari adalah lagu dari Bang H. Roma Irama, ibu saya dulu hafal lirik-lirik lagu roma irama dan smapai sekarang kecintaan ibu saya tidak memudar di rumah pun ibu saya sering memainkan lagu-lagu roma irama dan sering ibu saya ikut menyayikannya . Alhamdulillah dari kegemaran ibu saya mulai dari Tirakat ( Puasa ), Mengaji dan juga gemar menyanyi, itu di turunkan kembali kepada anak-anaknya terutama saya sendiri, walaupun saya masih kalah dengan ibuk tapi tanpa usaha ibu di masa muda dulu pasti saya tidak akan menjadi seperti saat ini
Alhamdulillah, dengan ijin Allah saya sangat gemar puasa-puasa sunnah, rajin mengaji, dan gemar menyanyi terutama lagu-lagu sholawatan. Saya sangat bersyukur mempunyai sosok yang kuat dan bisa dijadikan tauladan bagi keluarganya ia adalah SEORANG IBU, ORANG TERHEBAT DI DUNIA INI