Adzan Ashar berkumandang, kami pun melaksanakan sholat ashar lalu berganti pakaian dari batik menjadi kaos dan celana training. Saat itu, karena berpikir ini adalah materi yang melibatkan praktik langsung, saya pun meninggalkan alat tulis saya di kamar.
Saya baru 'ngeh' ketika diharuskan membawa jas hujan model ponco. Ternyata bukan sekadar melindungi tubuh dari hujan, tapi juga untuk mendirikan bivak. Selain mendirikan bivak, kami juga diajari tips-tips memasak di alam bebas.Â
Bagaimana agar nasi tidak gosong dan matangnya merata, cara menjaga api dan alat lainnya agar tetap safety, serta sebelumnya kami juga diajari cara packing carrier yang benar. Saat itu juga saya sadar kenapa pundak saya terasa sakit saat berangkat membawa carrier, beban terberat cenderung saya tumpuk di atas dan bagian depan tas. Dan yang pastinya, carrier saya tidak bisa berdiri tegak karena memang packing-nya yang salah. Ini menjadi note yang sangat penting bagi saya pribadi.
Materi selesai, seri pun menanti.
Dari 23 peserta CA BATAFIA XXV, hanya 1 orang yang membawa alat tulis dan notebook ke lapangan. And well, we should do it!
Setelah ISOMA, ada acara sharing session dengan pendamping kelompok masing-masing. Sekitar pukul 9 malam, kami dipersilakan untuk istirahat malam. Namun sebagian memilih menonton film tentang budaya.Â
Awalnya saya ikut menonton selama beberapa saat, sampai akhirnya buffering melanda. Saya memilih pamit ke kamar menyusul Alfy (Kupang) yang sudah dahulu ke kamar. Niatnya, saya ingin membaca E-book di smartphone saya. Tapi mengingat baterai yang minim, saya pun memutuskan mematikan ponsel sampai hari kepulangan nanti.Â
Melihat Alfy yang sudah terlelap pulas, saya pun ikut bergabung di sebelahnya. Dan tertidur di sampingnya.
