Mohon tunggu...
Oktavia Ningrum
Oktavia Ningrum Mohon Tunggu... Mahasiswa - AivAtko31

Manusia biasa, sering salah dan serba salah. Wattpad @AivAtko31

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tragedi Kanjuruhan: Usut Tuntas yang Tak Kunjung Usai

18 Maret 2024   09:02 Diperbarui: 18 Maret 2024   09:04 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Area Kajoe Tangan Malang (Unsplash/aldrinrachmanpradana)

Satu tahun lebih terlewati setelah kejadian kelam dunia persepakbolaan Indonesia, tragedi Kanjuruhan. Sabtu, 1 Oktober 2022 tercatat sebagai sejarah kelam dunia sepak bola. Kepolisian Republik Indonesia mengumumkan sebanyak 135 orang tewas dan 587 orang luka-luka. Jumlah korban yang tidak bisa dianggap sedikit. Bahkan dunia sepak bola internasional turut berbelasungkawa dan menyoroti kasus ini. 

Bagi mereka yang hanya melihat lewat kanal berita dan media online, kejadian itu seolah terlewati begitu saja. Tapi bagi sebagian orang, kejadian itu masih menjadi trauma yang tak hilang meski tahun terus berganti. 

Banyaknya nyawa yang melayang karena terinjak-injak massa, sampai kesulitan mendapat oksigen akibat gas air mata dalam ruangan. Meski banyak media yang menyuarakan tentang keadilan, kasus ini seolah surut begitu saja tanpa adanya penyelesaian. Bahkan Najwa Shihab turut menyatir, "Semua ada di Malang, kecuali keadilan".

Di tahun-tahun sebelumnya, masih banyak aktivitas demo usut tuntas akan tragedi Kanjuruhan. Mulai dari baliho usut tuntas hingga para sukarelawan yang turun ke lapangan untuk menyuarakan. Namun seperti yang bisa dilihat di kenyataan umum, suara-suara kian lirih hingga memudar dan hening seiring waktu. Belum lagi pemilu merebut atensi publik hingga menenggelamkan topik yang lain. 

Tragedi Kanjuruhan menjadi sejarah memilukan dunia persepakbolaan Indonesia yang tak akan terlupakan diingatan para pencinta sepak bola. Terutama bagi para keluarga korban dan orang-orang terdekat. 

Mereka yang merasakan duka bukan tak bersuara. Rasa skeptis yang muncul pada pemerintah membuat mereka enggan mengingat kejadian tragis itu. Belum lagi tak adanya tanggapan dan pengusutan lebih lanjut akan tragedi ini membuat semangat memperjuangkan kian luruh. 

Tidak adanya angin segar keadilan, membuat banyak saksi mata dan keluarga korban lebih memilih bungkam daripada mengorek luka dengan menceritakan kembali. Jika membahas lebih lanjut akan keadilan di Indonesia, kita akan melihat kasus-kasus serupa tentang keadilan yang pasang surut seolah tak kunjung ada penyelesaian.

Seperti kasus HAM Munir yang terlewati berpuluh tahun dan masih penuh misteri hingga kini. Akankah kiranya tragedi Kanjuruhan juga akan bernasib sama? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun