Masih sering terdengar orang-orang mengatakan "buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau cuma jadi ibu rumah tangga".
Hal ini pun masih sering dipertanyakan oleh orang yang menempuh SMA, padahal anak SMA harusnya sudah punya pemikiran yang lebih kritis sehingga tidak layak mempertanyakan hal yang seolah-olah merendahkan pendidikan.Â
Tidak sedikit pula anak-anak yang terpaksa menghentikan pendidikan (faktor biaya, dll), hal ini tidak lepas dari sekolah yang katanya "gratis" tapi masih saja melakukan penarikan finansial di beberapa hal sehingga menyulitkan yang memang kurang dari segi finansial.
Sebelum menyalahkan pihak lain, harus diidentifikasi dahulu untuk apa penarikan tersebut. Apakah penting atau hanya untuk terlihat lebih 'keren', dan tentunya pihak pendidik dan sekolah lebih tahu mana yang menjadi primer dan tidak.
Beranjak pada sumber dana dari pemerintah, masih perlunya dipertanyakan apakah dana tersebut sampai dengan selamat tanpa kurang apapun atau terjadi kebocoran karena melalui banyak tangan yang menjadi distributornya? Jika iya, maka masih banyak orang yang tidak punya kesadaran tentang ilmu dan pendidikan.Â
Banyak juga yang mengurus bantuan padahal mampu dari segi finansial, itu secara tidak langsung juga merebut hak orang-orang yang memang tidak mampu.
Namun seringkali orang-orang seperti ini berpikir "Saya juga bayar pajak, daripada dihabiskan oleh koruptor mending saya ambil lagi."
Dan hal ini kembali lagi pada kurangnya kesadaran masyarakat dan kesadaran pemerintahan. Keduanya yang harusnya bekerja sama dalam menjalankan negara yang damai malah saling tuduh, tidak percaya, dan tidak cukup kesadaran.
Termasuk masalah para pengangguran, guru yang tidak sesuai (mungkin karena asal punya pekerjaan dan bukan passion), dan pandangan sebelah mata tentang anak berkebutuhan khusus itu juga bukti dari kurangnya kesadaran dan wawasan masyarakat.Â
Maka edukasi itu perlu, namun seringkali egoisme pada diri manusia membuat ilmu menjadi alat untuk membodohi dan bukannya membimbing. Ini terjadi karena tidak selarasnya ilmu pengetahuan  dan nilai moral (religius) pada diri manusia.
Maka sangat penting menyelaraskan keduanya, karena kembali pada "padi semakin berisi semakin merunduk" tapi kenapa justru "banyak" yang menempuh pendidikan semakin tinggi semakin pongah.Â
Maka, apa sebenarnya hakikat ilmu itu? Apa itu hakikat pendidikan? Dan yang terakhir apa hakikat dari hubungan sosial? Kenapa hubungan sosial yang seharusnya baik malah menjerumuskan pada keapatisan pada yang lain, iri, dengki, dll.
(Apakan hubungan sosial yang baik itu sebatas terlihat supel namun penuh ego dan keapatisan dibaliknya)