Aku membaringkan tubuh di pasir yang masih terbilang kering, menatap langit bertabur bintang di atas sana. Aku mulai nyaman di posisi ini. Dengan berbantal kedua tangan, serta deburan ombak yang seirama, mataku ikut terpejam menikmati alunan lagu alam.
Suara riuh tawa dan langkah kaki berlarian mengusik tidurku. Aku mengusap wajah, melihat jam tangan yang melingkar di lengan kiriku. Setengah tujuh. Ternyata aku ketiduran cukup lama. Aku masih betah duduk berlama-lama di sini sambil menggambar abstrak di pasir.
Aku sudah bersiap untuk pulang, namun urung karena kulihat banyak anak berkeliaran di pantai sembari menenteng buku. Wah, apakah minat baca Indonesia melesat cepat?Â
Karena tertarik, aku menghampiri anak-anak itu. Kami terlibat perbincangan cukup serius, hingga salah satu anak mengatakan sesuatu padaku.
"Aku harap, virus covid-19 segera pergi. Sangat rumit belajar lewat daring. Tidak semua anak mempunyai hp untuk belajar, dan banyak dari orang tua kami kehilangan pekerjaan karena wabah ini. Hanya untuk mendapat sinyal, kami harus ke pantai. Bahkan terkadang harus naik ke pohon untuk mengirim tugas."Â
Aku terdiam, diam-diam mengamini dalam hati. Jujur, aku malu pada anak-anak ini. Mereka masih semangat belajar di tengah keterbatasan yang ada, tapi aku malah sibuk menggalau tanpa mematuhi protokol kesehatan.
"Ini masker buat kakak. Aku punya banyak. Setidaknya dengan menaati protokol kesehatan, artinya kita ikut memutus rantai penyebaran virus Covid-19. Dan semoga dengan seperti ini, semuanya lekas pulih." Aku mengusap kepala anak perempuan bernama Mega itu, lalu mengucap terima kasih.
"Aamiin. Tapi ada sedikit ralat. Bukan virus Covid-19, karena Covid-19 adalah nama penyakit yang disebabkan virus corona. Belajar yang rajin ya, mulai sekarang kakak bakal ikutin protokol kesehatan, kamu juga jaga kesehatan ya."
Aku pamit pulang, mereka membuatku malu. Setiap insan adalah pemimpin bagi diri sendiri. Yang artinya, ia harus siap memimpin dan dipimpin. Tidaklah bijak jika pemimpin melanggar aturan yang dilakukan demi kebaikan bersama. Dan seorang pemimpin tidak lemah hanya karena patah hati.Â
Terlalu banyak hal penting yang harus diperhatikan. Tidak melulu rasa sakit. Semua hanya tentang waktu, tinggal menunggu perihnya berlalu. Yeah life must go on...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H