...Keberanian tak selalu meraung. Pemberani tak selalu bersinar...
'Children of Blood and Bone' merupakan novel bergenre fantasi karya Tomi Adeyemi, seorang novelis berdarah Nigeria-Amerika. Novel setebal 560 halaman ini diterbitkan pada 2018, dan kemudian diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia atas Elex Media Komputindo pada 2019 oleh Airien Kusumawardani sebagai pengalih bahasa. Children of Blood and Bone sendiri merupakan serial pertama dari trilogi legacy of Orisha. Novel ini menceritakan tentang kisah perjuangan Zelie Adebola, diviner dengan rambut putih lurus berkulit cokelat.
Perjuangan Zelie mengembalikan sihir dan kedamaian Orisha, berawal dari pertemuannya dengan seorang putri bernama Amari. Kebencian pada Raja Orisha serta pesan dari pelatihan seni tongkat telah membawanya pada sebuah risiko besar menyelamatkan Amari, sang pencuri perkamen sihir. Aksi pengejaran keduanya telah membawa kapten kerajaan orisha turun tangan, Inan yang merupakan pangeran mahkota itu sendiri. Namun tabrakan di antara kekacauan yang ditimbulkan Zelie telah memerangkap Inan menjadi seorang maji connector. Kelembutan hati Zelie lenyap ketika mengetahui identitas Amari yang sebenarnya, namun Tzain--kakak Zelie--telah memutuskan membawa Amari ikut serta setelah semua kekacauan yang mereka ciptakan. Naas, pengejaran keduanya ternyata telah sampai sejauh rumah Zelie. Kebakaran desa menewaskan hampir seluruh penduduk di dalamnya, dan saat itu juga Inan menyadari sihir pada dirinya.
Ketiganya pergi, menjauh dari pengejaran sekaligus menuju ramalan mama Agba. Ritual pengembalian sihir. Semua tak mudah, setiap perjuangan membutuhkan korban. Dan para diviner terus menerus menjadi korban pembantaian orisha yang membenci sihir. Kegoyahan hati Zelie mengacaukan segalanya, korban yang lebih banyak, cinta untuk Inan, dan juga kematian Baba. Amarah membantai para prajurit Orisha, Amari membunuh ayahnya, dan Zelie melakukan penumpahan darah demi mengembalikan sihir setelah pengkhianatan Inan.
Novel ini menarik, ditulis dengan penuh juang dan simpati. Sosok perjuangan Zelie untuk diviner adalah wujud fiksi dari adanya kasus pembantaian anak-anak berkulit hitam. Membacanya akan menghadirkan kesadaran akan kasih yang berusaha disampaikan penulisnya terhadap sesama manusia. Pemilihan cover juga sangat menarik begitupun dengan keseluruhan alurnya. Cukup disayangkan penggunaan ukuran font sedikit menyulitkan mata karena terlalu kecil serta beberapa mantra dan bahasa asing lolos dari penerjemahan.
Secara keseluruhan novel ini menarik dengan kisah dan juga perjuangannya. Ada beberapa sikap yang memang kurang berkenan di hati, namun itu cukup realistis dengan kehidupan nyata. Dengan genre fantasi, novel ini telah berhasil membangun wilayahnya sendiri meski beberapa kali menyentil isu politik secara terang-terangan. Kisah ini mungkin akan cocok bagi para pemerhati lingkungan dan sosial.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI