Mohon tunggu...
Oktavia Ningrum
Oktavia Ningrum Mohon Tunggu... Mahasiswa - AivAtko31

Manusia biasa, sering salah dan serba salah. Wattpad @AivAtko31

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Akara Kematian

17 November 2021   20:07 Diperbarui: 17 November 2021   20:14 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Oleh: AivAtko31

Nyatanya, elok tidaklah baka. 
Menghirap sehabis kama, 
palapa terbatas aksa. 
Bagai pahang yang mengering lalu karam. 

Dawai-dawai afsun mengentak atma. 
Astu-astu gemerlap pada amarta. 
Hingga daksa khianati citta. 
Mengagungkan elok yang sebatas akara. 

Membutakan kalbu dan melupakan harsa.
Tergusur mendung hentikan sinapsis bekerja. 
Terjebak dalam ketidakabadian buana. 
Hingga pesan kematian tersampaikan oleh mega. 

Malang, 14 Januari 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun