Oleh: AivAtko31
Nyatanya, elok tidaklah baka.Â
Menghirap sehabis kama,Â
palapa terbatas aksa.Â
Bagai pahang yang mengering lalu karam.Â
Dawai-dawai afsun mengentak atma.Â
Astu-astu gemerlap pada amarta.Â
Hingga daksa khianati citta.Â
Mengagungkan elok yang sebatas akara.Â
Membutakan kalbu dan melupakan harsa.
Tergusur mendung hentikan sinapsis bekerja.Â
Terjebak dalam ketidakabadian buana.Â
Hingga pesan kematian tersampaikan oleh mega.Â
Malang, 14 Januari 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H