Mohon tunggu...
Sayekti Rahayu
Sayekti Rahayu Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Gizi tingkat 2 Poltekkes Kemenkes Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sajak Pesimisme dari Aku untuk Aku

17 Juni 2012   15:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:52 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seberapa kuat keinginanmu untuk menggapai mimpi yakinlah bahwa masih ada yang lebih kuat pula untuk menggagalkan mimpimu itu. Jadi jangan pernah menyerah untuk mengapai mimpi jika tak ingin di gagalkan.

Lakukan semua hal di atas rata – rata agar jika sewaktu waktu kamu tidak mendapatkan hasil yang diinginkan kamu bisa mengingat bahwa ada sebuah perjuangan hebat yang pernah kamu lakukan untuk semua hal tersebut. Sekali lagi YAKINLAH.

Bila itu semua tak cukup untuk mengingatkanmu, maka bersimpuhlah dihadapan-Nya. YAKINLAH itu adalah hal paling mujarab di bandingkan apapun. YAKINLAH semuanya akan teratasi dengan baik,selagi kamu mengawalinya dengan baik,memprosesnya dengan baik,dan mengakhirinya dengan baik.

Pagi cerah, siang mendung, sore kelabu, malam...
Setiap orang berhak bahagia kan ?
Bahagia dengan caranya masing -  masing.
Tapi  kasihan ya aku...Aku tak tau bahagia itu seperti apa
Mimpi...pernah aku bermimpi,tp seperti biasanya itu hanya sekedar mimpi.
Apa yang aku alami sekarang ini karena aku tidak punya mimpi ya ?
Kujalani hidupku seperti biasa. Sangat biasa.
Ini adalah hidupku. Ini adalah jalan hidupku.
Pura – pura bahagia di saat perasaan ku yang sesungguhnya sedih adalah hal yang sangat biasa aku lakukan.

Mengawali dengan kekaguman
Kemudian mulai bermimpi
Tak ada hasil
Sekian
Kemudian hening
Mengawali dengan kekaguman
Bermimpi lagi
Nihil
Sekian
Hening lagi
Ini tentang keputusasaan yang tk kunjung berakhir : pesimisme
Tapi aku sudah tahu apa penyebabnya yaitu : di pertengahannya
Aku bermimpi dengan maximal tapi tak memprosesnya dengan maximal pula. Tak ada maksud untuk tak memaximalkan,hanya saja terkadang aku juga jenuh untuk memprosesnya. Ini adalah kesalahan yang dengan sengaja kubuat sendiri.
Aku harus bisa. Pasti bisa. Karena merekapun bisa.
Kalo di tanya : apa kesukaan mu ? apa cita – cita mu ? apa ? apa ?? apaa ?!
Aku tidak tau untuk apa aku hidup. Ini tentang kegalauan. Apa hidup untuk mati. Apa hidup untuk bahagia. Apa hidup mencari surga. Apa hidup untuk menunggu. Apa hidup untuk mencari. Apa hidup untuk menggantungkan diri. Apa hidup hanya tidur-duduk-berdiri-berjalan-makan-minum-buang air besar-buang air kecil-menonton tv-berbicara-berdebat-dan tidur lagi.
Ini hanya menurutku...
Bahagia melihat seseorang bahagia itu...
Seperti mencium bau kentut tapi kita tetap tersenyum. Ini adalah salah
Bila melihat seseorang bahagia melihat orang lain bahagia artinya orang tersebut telah paham.
Menangis melihat seseorang menangis sudah biasa terlihat tapi melihat orang benar – benar bahagia ketika ada yang lain bahagia itu sulit sekali rasanya. Yang ada menagis ketika melihat orang lain bahagia. Kenapa dia bisa bahagia tapi kok aku tidak. Itu pasti kata – kata yang ada dibenaknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun