Gula merupakan salah satu bahan pokok yang diperlukan oleh seluruh umat manusia dalam kehidupan sehari-hari. Di Indonesia, gula termasuk dalam daftar sembilan bahan makanan pokok rakyat Indonesia. Konsumsi gula masyarakat Indonesia mencapai angka 5,2 juta ton per tahun. Padahal produksi gula yang bisa disediakan produsen dalam negeri, baik oleh BUMN ataupun swasta, hanya mampu mencukupi tidak sampai separuhnya yaitu sebesar 2,1 juta ton pertahun (swa.co.id, 15 Juli 2012). Oleh karena itu, pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk melakukan import gula. Thailand merupakan negara yang dipilih untuk melakukan import gula ke Indonesia. Alasannya, adalah karena biaya pengirimannya yang murah dan kualitas gulanya juga bagus (m.merdeka.com, 15 Mei 2012). Namun, kebijakan tersebut ternyata tidak menjadi solusi untuk permasalahan gula di Indonesia. Hal tersebut malah menimbulkan permasalahan baru, salah satunya adalah harga gula menjadi semakin mahal. Ini dikarenakan dengan melakukan import gula, maka harga yang digunakan adalah harga gula di pasar global yang dijual-belikan dengan kurs dollar. Ketika harga gula yang menjadi salah satu bahan makanan pokok naik, maka kesejahteraan rakyat Indonesia juga terancam.
Ada beberapa hal yang menyebabkan produksi gula dalam negeri tidak mencukupi konsumsi rakyat Indonesia. Pertama, produki gula yang dilakukan sebagian besar masih menggunakan alat-alat kuno yang merupakan peninggalan zaman colonial Belanda. Padahal dengan menggunakan alat tersebut maka produksi gula tidak akan berjalan secara efektif dan efisien sehingga menghasilkan hasil produksi dalam jumlah sedikit. Kedua, penyusutan lahan tebu. Penyusutan lahan tebu tersebut karena digunakan sebagai lahan padi ataupun perumahan. Jika dibandingkan dengan menanam tebu, menanam padi lebih menguntungkan petani. Ini dikarenakan masa panen padi hanya membutuhkan waktu rata-rata 3 bulan, sedangkan masa panen tebu membutuhkan waktu 16 bulan (berdikarionline.com, 5 Juli 2012). Ketiga, kesejahteraan para petani tebu. Para petani tebu selalu mendapatkan hasil dari jerih payah mereka dalam memanen tebu setelah tiga minggu mereka melakukan kegiatan panen. Selain itu, harga yang dipatok oleh pemerintah kepada hasil panen tebu tersebut dinilai tidak sesuai oleh para petani yaitu sebesar Rp 8.100 per kilogramnya (m.merdeka.com, 15 Mei 2012). Jika petani yang mempunyai lahan dan berhak terhadap hasil panennya saja tidak terpenuhi kesejahteraannya, bagaimana dengan nasib para buruh petani tebu yang tidak mempunyai lahan? Bisa dipastikan bahwa kehidupan mereka juga jauh dari kesan “sejahtera”. Keempat, kebijakan import yang dilakukan oleh pemerintah. Selain berimbas pada harga gula di dalam negeri, kebijakan import juga dinilai bisa menghancurkan industri gula dalam negeri. Ketika industri gula terancam keberadaannya, maka nasib petani tebu juga ikut terancam.
Dua dari empat penyebab produksi gula dalam negeri yang tidak bisa memenuhi konsumsi gula Indonesia berkaitan dengan kesejahteraan petani tebu. Oleh karena itu, penulis menawarkan peningkatan kesejahteraan dan pemberdayaan petani tebu sebagai upaya yang dilakukan pabrik gula dalam meningkatkan ekonomi daerah. Jika kehidupan petani tebu sejahtera, maka lahan tebu terus akan berproduksi dan tidak beralih fungsi menjadi lahan pertanian padi atau lahan perumahan. Jika lahan tebu terus berproduksi maka produksi tebu dalam negeri akan terus meningkat dan akan berdampak positif pada perekonomian daerah, bahkan pada perekonomian nasional. Ini dikarenakan apabila produksi gula dalam negeri dapat memenuhi konsumsi masyarakat Indonesia, maka tidak ada lagi kebijakan import yang dilakukan oleh pemerintah. Disinilah peran pabrik gula, disamping peran pemerintah dan masyarakat terkait, sangat diperlukan untuk dapat meningkatkan kesejahteraan para petani tebu.
Upaya peningkatan kesejahteraan dan pemberdayaan para petani tebu bisa dilakukan melalui empat kegiatan. Pertama, peningkatan harga hasil panen tebu. Selama ini harga hasil panen tebu per kilogramnya hampir sama dengan harga hasil panen padi. Padahal, seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa masa tanam tebu membutuhkan waktu yang lebih lama daripada masa tanam padi. Besarnya angka harga hasil panen tebu hendaknya didiskusikan antara para petani tebu, pemerintah, dan pabrik gula sehingga besaran angka tiap daerah bisa berbeda. Ini dikarenakan setiap daerah memiliki kesulitan dan kemudahan tersendiri dalam menanam tebu, tergantung dari kondisi geografis masing-masing daerah. Kedua, pemberdayaan kehidupan rumah tangga para petani tebu. Contoh dari upaya ini adalah pengadaan sumber air yang terdekat dengan kawasan tempat tinggal para petani jika kawasan tempat tinggal mereka merupakan daerah yang tandus. Ini diperlukan karena apabila kehidupan rumah tangga para petani menjadi lebih mudah maka energi yang bisa mereka sediakan untuk bekerja juga lebih banyak. Apalagi jumlah wanita petani tebu hampir sama dengan jumlah pria petani tebu. Ketiga, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan para petani tebu dan anggota keluarganya. Upaya ini diperlukan karena jika kesehatan petani terjaga, atau malah meningkat, maka akan meningkatkan produktifitasnya dalam bekerja. Begitu juga dengan kesehatan anggota keluarga yang menjadi salah satu faktor sejahteranya kehidupan para petani. Contoh dari upaya ini adalah pemeriksaan dan penyuluhan kesehatan gratis kepada petani tebu dan anggota keluarganya, seperti penyuluhan mengenai nilai gizi, kebersihan makanan dan minuman, pola hidup bersih dan sehat yang benar, dan sebagainya. Sedangkan upaya pemeriksaan kesehatan yang bisa dilakukan secara gratis misalnya pemeriksaan tekanan darah. Upaya pemeriksaan dan penyuluhan kesehatan gratis ini sebaiknya bersifat mobile, yaitu mendatangi kawasan tempat tinggal para petani. Ini dikarenakan masih rendahnya kesadaran kesehatan masyarakat petani yang bisa dilihat salah satunya dari perilaku kesehatan para petani yang kurang baik. Keempat, mendirikan pelayanan bagi komunitas petani tebu. Upaya ini dimaksudkan agar para petani tidak memiliki sikap apatis terhadap informasi dan pengetahuan yang baru. Contoh dari kegiatan ini adalah menghubungkan petani dari berbagi daerah agar dapat bertukar informasi mengenai jenis tebu yang unggul, alat yang bersifat efisien dan efektif yang bisa digunakan dalam bertanam tebu, pestisida yang ramah lingkungan, dan sebagainya. Dalam pelaksanaan upaya-upaya tersebut dibutuhkan kerja sama antara pabrik gula, pemerintah, dan masyarakat sekitar agar program dapat berjalan efektif, efisien, dan tepat sasaran.
Jika upaya-upaya tersebut dilakukan maka kesejahteraan petani tebu akan tercapai sehingga produktivitas mereka akan meningkat. Seperti yang telah dijelaskan di atas, jika produktivitas para petani tebu terhadap tanaman tebu meningkat maka perekonomian daerah akan meningkat. Apabila ini terjadi maka peran pabrik gula tidak hanya dapat meningkatkan ekonomi daerah, bahkan bisa meningkatkan dan menyelamatkan perekonomian nasional.
- Tulisan ini dibuat dalam rangka mengikuti lomba karya tulis ilmiah yang dilaksanakan PTPN X -
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H