Mohon tunggu...
ayudya loka
ayudya loka Mohon Tunggu... -

simple person

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Stasiun

30 Maret 2011   13:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:17 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tak sabar rasanya untuk sampai di Stasiun Purwokerto, bukan karna hari ini aku pulang kampung tapi karna hari ini aku akan bertemu sahabat baikku. Sahabatku udah nunggu dari jam 10 padahal jadwal keretanya datang jam 12. Entah apa yang dia lakukan disana sampai dia betah berada di stasiun.

Akahirnya, kereta yang aku tumpangi sampai di Stasiun Purwokerto. Lega rasanya. Setelah turun dari kereta, mataku menyapu sekeliling stasiun, tak kutemukan sahabatku itu. Ku raih handphone dan mencoba menghubunginya. Ternyata sahabatku itu sedang asyik dengan sebatang rokok dan secangkir kopinya. Ku hampiri dan tersenyum menyapanya.

Aku (A): betah banget di stasiun?

Sahabatku (S): coba sejenak kamu rasain, betapa indahnya disini.

Akupun mengikuti perintahnya, sejenak aku mengamati sekeliling stasiun, sambil melihat orang yang berlalu lalang disini. Melihat para penumpang kereta dan para penjual makanan yang sibuk menjajakan dagangannya dengan ekspresi yang berbeda-beda. Aku merasakan suasana yang beda disini ditambah lagi angin sepoy-sepoy yang membuatku tak ingin beranjak dari sini.

(S): Lihatlah pedagang-pedagang itu, mereka pantang menyerah mencari nafkah untuk anak-anak mereka. Apakah kamu pernah berpikir tentang orang tua kamu yang bekerja susah payang untuk menyekolahkanmu? Lupakan kekecewaanmu dan buatlah bangga orang tuamu.

Aku tetap asyik memperhatikan orang-orang itu, dan sejenak teringat kedua orang tuaku.

(S): Klo kamu belum bisa melupakan kekecewaanmu, detik ini juga bersyukurlah dengan semua nikmat dari Tuhan. Dengan bersyukur, perlahan-lahan kamu akan ikhlas dan menjalani kekecewaanmu dengan baik. Dan kekecewaan itu akan berubah jadi sebuah kebanggan buat orang tuamu.

Tiba-tiba ada seorang laki-laki menghampiri kami berdua, ternyata dia adalah teman sahabatku. Dan ku tau ternyata orang itu "gagu" tapi dia berusaha berkomunikasi denganku selayaknya orang normal. Sepuluh menit kemudian dia pergi meninggalkan kita.

(S): seseorang yang hidup dengan keterbatasan seperti itu bisa hidup bahagia, tapi kenapa kamu ga bisa?

"yah, orang seperti dia aja bisa hidup bahagia dalam segala keterbatasan, tapi kenapa aku ga bisa?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun