Mohon tunggu...
Listya Ayu Widarranti
Listya Ayu Widarranti Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswi Ilmu komunikasi .

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lagi-lagi Angkotan kota

17 Januari 2012   02:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:47 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hampir sepanjang jalan cileunyi sampai cicaheum , berisi angkotan kota dengan tujuan yang hampir sama . ya , Cicaheum . Tapi jumlah angkotnya sendiri melebihi jumlah penumpang . Lagi - lagi ini soal kemacetan di kota Bandung . Saya mahasiswi yang berkuliah di Jatinangor, yang hampir 2x seminggu menghabiskan wkatu di kota Bandung untuk sekedar mencari referensi kuliah, buku , dan semacamnya karena Jatinangor kota yang kecil yang belum mampu menyediakan fasilitas semacam itu .

Namun , setiap saya berangkat ke kota Bandung , melewati jalan Cibiru maupun Soekarno hatta, hambatannya SATU . Macet dan angkot gila yang berkeliaran. Yang membuat saya tidak habis pikir , mengapa dengan 1 tujuan harus ada puluhan angkot ? 1 angkotan pun hanya berisi maksimal 5-7 orang , begitu setiap angkotnya . Benar- benar tidak efisien .  Selain polusi karena angkotan kota memakain Bahan bakar campuran abal-abal , angkotan kota yang jumlahnya berlebihan ini mengundang kecelakaan . Angkotan kota yang ada di sana selalu mengambil jalur kanan, padahal penumpang mereka di jalur kiri , Bisa dibayangkan apa yang terjadi saat motor ada di samping angkotan kota di jalur kiri ,dan angkotan kota tiba-tiba mengambli jalur motor dan "duar" . Kecelakaan singkat tidak dapat dihindari . Ini sudah sangat sering terjadi , dan angkotan kota selalu tidak mau disalahkan karena jalur kiri adalah miliknya . Lalu kalau jalur kiri miliknya, kenapa dia berada di jalur kanan ?

Pemkot Bandung sewajibnya lebih sensitif pada hal ini , Kurangi setidaknya jumlah angkot dengan tujuan dan arah yang sama . Lagian apa gunanya dengan ara yang sama dan jumlah terlalu banyak ? Jumlah angkot kini berbanding terbalik dengan jumlah penumpangnya sendiri . Dapat juga cari solusi lain dengan pengadaan Bis trans sebagai solusi pengurangan angkot . 1 bis bisa mewakili 3-4 angkot, itu membantu sekali untuk mengurangi jumlah angkot . Sediakan juga jalur khusus / halte tempat berhenti bis atau angkot . Sehingga Angkot tidak sembarangan bisa berhenti / ngetem dimanapun mereka mau . Kemacetan yang terjadi , disebabkan pula oleh hal ini .

Solusi terkahir yang saya pikirkan , dengan mensejahterakan supir angkot . Mungkin jika mereka sudah sejahtera, mereka tidak perlu menjadi supir angkot . Mereka akan bekerja , membangun usaha, meluaskan lapangan kerja , dan supir angkot berkurang , angkot berkurang , kemacetan berkurang , polusi berkurang . Indahnya BANDUNG :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun