Mohon tunggu...
Aisyah Supernova
Aisyah Supernova Mohon Tunggu... Konsultan - man purposes God disposes - ssu

Muslimah | Your Future Sociopreneur ! | Islamic Economic Science Bachelor | Islamic World, Innovation, Technology and Entrepreneurship Enthusiast | Sharing, Writing and Caring Addict | Because i want to see my God one day. It's my ultimate goal...!

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Being A Waitress: Pengalaman Menjadi Seorang Waitress

17 Januari 2023   17:10 Diperbarui: 17 Januari 2023   17:19 1006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kali ini gua mau berbagi pegalaman gua saat menjadi seorang waitress di usia awal 20an. Kerja gua semacam freelancer, jadi gua masuk pas weekend. Kalau gak salah waktu itu gua lagi pas skripsian. 

Cafe tempat gua kerja ada di Tangerang Selatan. Konsepnya keren deh, ada tempat bekuda di cafe tersebut dan makanannya juga enak-enak.. Gaya klasik Cowboy gitu..

Singkat cerita, gua yang selama ini cuma pernah ngeliat waitress doang tanpa pernah merasakannya mendapatkan segudang pengalaman dan pelajaran yang berharga banget di hidup gua. 

Gua harus stand by dari pagi buat siapin ruangan cafe. Nah cafe tempat gua kerja ini kayaknya zaman itu viral deh karena yang dateng kaya gak abis-abis. 

Berasa gua kaya jadi pemain di game 'Dinner Dash' cuma bedanya betis gua rasanya berkonde dan badan gua kaya remuk pas malem wkwk. Cuapek puol Subhanallah Alhamdulillah.. Bersyukur karena saat itu gua masih belia dan energik (emang sekarang gua lansia? wkwk). Ternyata jadi waitress secapek ini toh?

Gua juga belajar bagaimana mengontrol emosi saat lelah dan ada customer super rese. Gua pernah gak sengaja pecahin gelas atau piring gitu saat mengambil piring kotor customers karena rada grogi dan keburu-buru. Terus juga yang ngomong ngeselinnya tuh udah Nenek-nenek gitu. Sombong gitu berasa gua lebih rendah derajatnya karena gua kerja jadi waitress. 

Seinget gua saat itu gua liatin balik dengan sorotan tajam mengancam jiwa (wakakak) yang intinya seolah gua ngomong 'anda gak usah sombong dan angkuh hanya karena anda pembeli di sini..'. Tanpa banyak kata, gua beresin lah itu. Syukurnya saat itu tim gua baik dan mereka gak menuntut ganti rugi.

Dari menjadi seorang waitress, gua belajar untuk memandang profesi apapun dan siapapun dia menjadi setara. semua profesi bagus dan berguna selama tidak melawan hukum Maha Pencipta. 

Gua juga sangat mengupayakan untuk mengatakan 3 kata sakti yang disukai semua jenis ras manusia dan semua bangsa ; 'maaf', 'tolong' dan 'terima kasih'. Gua juga menghargai dan gak gampang ngeluh kalau waitress rada lama nganternya karena tau hecticnya kitchen. Ternyata, jadi waitress tidak semudah seperti main di Dinner Dash ya wak wkwk.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun