Mohon tunggu...
Aisyah Supernova
Aisyah Supernova Mohon Tunggu... Konsultan - man purposes God disposes - ssu

Muslimah | Your Future Sociopreneur ! | Islamic Economic Science Bachelor | Islamic World, Innovation, Technology and Entrepreneurship Enthusiast | Sharing, Writing and Caring Addict | Because i want to see my God one day. It's my ultimate goal...!

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Lika-liku Perjalanan Menemukan Imam Part 1

1 Februari 2022   06:40 Diperbarui: 1 Februari 2022   07:07 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Jujur, menulis ini merupakan hal yang membuat gue harus berpikir berulang kali. Apakah ini berfaedah? Apakah gue gak papa nulis ini. Namun, gue rasa in syaa Allah ada orang atau pembaca yang bakal menemukan manfaat dari tulisan gue ini. Tulisan kali ini mengenai proses gue untuk menyempurnakan separuh dien yang sampai saat ini belum sempurna juga hahaha. Oke, mari kita meluncur..

Jadi, secara singkat, gue itu gak mau pacaran. Bukannya gak ada yang suka sama gue, nyatanya lumayan juga, kalau ditanya berapa banyak pria yang menyatakan perasaannya ke gue. Anehnya, yang baru gue sadar, sampai usia hampir 30 ini ternyata gue gak bener-bener memiliki ketertarikan secara mendalam ke lawan jenis. Suka ya suka-sukaan aja. Gak yang kaya jatuh cinta, jadi melankolis dan sebagainya. Mungkin ini juga yang menjadi alasan gue gampang move on saat ada beberapa pria yang serius mengajak ta'aruf bahkan ada juga yang hampir melamar setelah beberapa kali pertemuan keluarga tapi karena berbagai hal yang secara prinsip tidak sesuai, akhirnya gak jadi ke jenjang pernikahan. Back to the first statement, alasan gue gak mau pacaran ya dosa lah. Selain itu, gue ngerasa rugi aja gitu, kalo gue harus kontak fisik ke lawan jenis yang jelas bukan suami gue ataupun ngeluarin waktu dan pikiran untuk orang yang belum tentu jadi suami gue kelak. Ya, itulah yang mendasari gue gak mau pacaran.

So, gimana cara gue menemukan calon Imam gue? kan gitu pertanyaannya. Caranya ya ta'aruf dan ada juga sih beberapa yang gue coba iseng-iseng berhadiah di aplikasi pencarian jodoh. Kalo ngebahas ini, lucu deh. Rasanya mau ketawa sendiri. To be honest, gue itu hati-hati banget kalau mau memilih sesuatu. Mau ambil kuliah kek, mau beli laptop kek, mau beli hape kek, pasti kudu gue riset dulu, Yes, gue 'pemilih'. Apalagi soal jodoh ya, bagi perempuan, menurut gue ya, rugi banget kalo kita gak selektif apalagi soal prinsip. Kita bakal kehilangan banyak hal dari suami kita kalo ternyata dia bukan orang yang bertanggung jawab. Keperawanan, jelas. Fisik wanita yang sudah melahirkan juga rata-rata susah juga buat dibuat kembali seperti sedia kala secara tampak luarnya aja. Belum lagi masa kita berbakti ke orang tua juga jelas berkurang karena keburu nikah duluan.  Peluang kita untuk mengenyam pendidikan lebih tinggi atau berkembang dalam karir juga mungkin berkurang jika tidak didukung pasangan.

Jadi ya, banyak juga nih cerita dari berbagai ta'aruf dan penjajakan yang gue alami. Aduh lucu-lucu dan unik-unik. Kayaknya kalo gue tulis bisa deh jadi mini novel. Seriusan hahaha. Ada nih ya, yang udah sampe milih apartemen buat ditempati nanti ketika udah kelak dan udah beberapa kali ke rumah, tapi gak jadi. Kenapa? karena ada ketidak-terbukaan yang dilakukan si pria dari awal penjajakan dan baru diketahui kemudian dan itu cukup membagongkan sih buat gue dan keluarga gue. Ada juga pria yang kerjaan oke, pendidikan oke, fisik lumayan lah, tapi posesif parah. Gue gak diperbolehkan komunikasi bahkan punya satu kontak pria pun di hape gue. Walau ya beberapa wanita ada yang oke-oke aja sama hal itu, tapi enggak buat gue. Masa sama guru atau ustadz gue juga gak boleh hehe. Ada juga yang udah jelas-jelas menyatakan dan menunjukan suka, beberapa temen cowok yang gue punya, tapi saat itu ya gue gak peka dan baru sadar beberapa bulan setelahnya baru mikir-mikir lagi.  Ada juga, yang satu orang yang sama mengajukan beberapa kali ta'aruf yang padahal gue udah tolak karena gue tau kelakuannya rada gatel sama perempuan.

Sampe ya, sampe, yang paling bikin berkesan tuh ada dua. Dari total ta'aruf dan penjajakan yang gue alami ada lah di angka 20-an,  yang pertama saat gue diancem mau disantet dan ditunjukan foto kemaluan pria. Sungguh menjijikan. Gue sampe trauma. Bayangin aja, setelah komunikasi cukup panjang, jadilah gue tau kalo si pria ini gak sholat lima waktu. Terus, dia juga bilang kalo ada temennya yang berubah setelah punya anak dan blablabla. Ya, gue gak mau dong menerima seseorang yang gue gak ada kepastian dia bakal berubah apa enggak ye kan.. nyatanya, dari puluhan pasangan yang gue liat, hanya mungkin 20% yang berubah sisanya 80% gak berubah walau setelah menikah yang ada makin keliatan belangnya. Setelah nanya-nanya beberapa hal ke gue, si cowok ini ya saking ngebetnya siap selang sekitar dua bulan datang melamar. Nah, dari percakapan ini, gue jadi tau juga kalo si cowok ini ternyata juga belajar kebatinan di padepokan dsb lah yang gak sejalan banget sama prinsip gue. Dengan sopan gue minta maaf bahwa sepertinya kita gak cocok, dan... dia gak terima. Dia ngancem gue untuk dia santet dengan menyebutkan nama, usia dan asal gue. Gak lama dia mengirim gambar kemaluan pria dengan kata-kata yang gak pantes banget. Abis itu, gue trauma banget. Gue langsung hapus identitas gue di salah satu aplikasi pencarian jodoh khusus Muslim. bayangin, ada orang kaya gitu di aplikasi yang dikhususin untuk Muslim. Tapi ya, namanya orang beragam lah ya jenisnya dan ada aja orang gak bener dimanapun..

Nah, kedua nih. Ini terjadi saat gue mengikuti kelas pra-nikah di salah satu institusi paling oke untuk soal pra-nikah. Di sana, singkatnya, setelah kelas, ada seorang pria mau berta'aruf sama gue. Pria ini wajahnya ganteng, etikanya juga sepertinya baik, dan ada satu hal yang gue gak sanggup sepertinya untuk menerimanya. Ternyata, pria ini mengalami penyakit serius yang intinya, penglihatannya hampir buta. Saat itu, perasaan gue bener-bener campur aduk. Hati kecil gue pengen menerima pria ini, karena dia terlihat shalih dan masih mau berusaha untuk kondisinya yang pastinya berat untuk dijalani. Gue minta pertimbangan ke orang tua dan kakak-kakak gue. Mereka bilang, gue mungkin gak akan sanggup. Karena tidak bisa melihat itu sulit untuk dijalani, apalagi kalau gue nanti kurang sabar jadinya gue durhaka ke suami. Gue istikharah juga dan hasilnya juga memang cenderung gak klop den beliau ini. Akhirnya, setelah pertimbangan sana-sini, gue menyatakan tidak siap melanjutkan dengan pria tersebut. Baru kali ini, gue menolak pria sampe nangis. Gue merasa bersalah dan gak tega banget. Gue sebelumnya kalo gak lanjut ta'aruf atau penajajakan ya biasa aja, move on juga gampang banget. Toh gue gak ngapa-ngapain juga. Tapi kali ini beda. Gue sampaikan bahwa bukan dia yang kurang, tapi gue yang kurang bagus karena gue khawatir jadi istri yang gak berbakti kalau gue kurang sabar ke beliau. That was a sad moment for me..

Panjang juga ya wak tulisan gue, hehe. Oke, sebenernya yang gue mau jadi Imam gue itu gak muluk-muluk kok. Cukup yang takut sama Allah SWT, menjaga shalatnya, tanggung jawab, gigih dan mau menyepakati perjanjian pra nikah yang gue ajuin. Untuk fisik, asal bersih, rapih dan lebih tinggi dari gue aja cukup. Kalau ganteng, ya bonus sih alhamdulillah hahaha. Banyak loh yang suka sama gue dan ganteng, tapi ya beragam juga karakternya hahaha.  Kalau persyaratan gue yang cuma segitu doang, tanpa embel-embel mesti punya rumah, gaji gede dsb dibilang muluk. Gue bingung aja sih.. karena setidaknya syarat-syarat itu juga gue udah terapin untuk diri gue sendiri. Jadi wajar aja kan ya gue mensyaratkan hal yang basic kaya gitu. Namun, nyari orang yang takut sama Allah itu ya susaaah. Tapi ya pasti ada kan..

Sebenernya sempet ada pergolakan batin saat beberapa temen gue dan sepupu udah ada yang menikah duluan dari gue. Apa gue gak baik ya sampai gue belum menikah? Apa gue ini banyak dosa ya sampe belum nikah? dan sebagainya.. Berbagai masukan dan ilmu yang gue timba, sampailah gue pada kesimpulan, jodoh pasti datang tepat waktu. Menikah bukan soal 'dulu-duluan', tapi soal 'baik-baikan' dalam menikah. Apakah yang belum menikah lebih hina dari yang sudah menikah? enggak kan. Atau sebaliknya, yang sudah menikah lebih mulia dari yang belum menikah? enggak juga kan.. tergantung individu masing-masing juga kan..

Doa terbaik gue panjatkan. Ikhtiar terbaik yang gue bisa gue lakukan. Entah gue bakal menikah duluan atau keburu meninggal, kita gak pernah tau. Semoga Allah SWT menjaga para muslim dan muslimah yang mencoba menjaga dirinya hingga saat akad terucap dan hanya berlabuh hatinya pada pasangan sah-nya.  Semoga pengalaman pada tulisan gue ini bisa diambil pelajaran dan menjadi penguat untuk para single di jalan Allah. ceileh. Semasih single, banyak banget hal positif, amal shalih yang bisa kita lakukan. So, don't too worry. Tugas utama kita itu untuk beribadah pada Allah SWT, dan menikah salah satunya. Tapi bukan berarti kalo belum menikah lantas jadi gak bisa beribadah, ya bisa dong. Kan all aspects of our life should be dedicated to Allah. So, smile please cause Allah always knows the best for us..! Keep on moving guys..!


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun