Tepat 28 Oktober 1928. Beberapa puluh tahun silam telah terjadi peristiwa histors yang pasca kemerdekaan diperingati setiap tahunnya. Ya, kita sama-sama tahu, hari itu adalah peringatan Hari Soempah Pemoeda. Edjaan Doeloe emang asik ya buat diketik dan dibaca. hehe..
VOC yang merupakan Company raksasa Eropa bahkan Dunia nyatanya telah menjajah Indonesia selama ratusan tahun. Kurang lebih sekitar 3,5 abad lamanya. Jadi, ya, faktanya yang menjajah kita bukan negara tapi ya perusahaan. Kapitalis kebablasan yang awalnya mau membeli komoditas jadi kebablasan mencaplok sumber daya alam dan manusianya ratusan tahun lamanya. Semua kekayaan dikeruk, bukan cuma komoditas pertanian tapi juga mineral pertambangan.Manusianya bukan cuma dijajah kemerdekaan berIslamnya, tapi bahkan 'rasa menjadi manusia merdeka seutuhnya dan berdaulat' juga dipreteli. Lihatlah akta kelahiran Indonesia, ada kode-kode tertentu warisan Belanda yang menjadi penanda apakah kita dari golongan paking tinggi yaitu bangsa Eropa, kelas dua yaitu Arab, China dan India atau ketiga yaitu Pribumi. terbawah.
Kerja paksa dan pemerkosaan seakan jadi barang biasa di era penjajahan. Lihatlah Dipenogoro, Cut Nyak Dhien dan berbagai pahlawan tanah air lainnya yang merupakan perwakilan kesultanan yang saat itu berdaulat untuk memerdekakan Nusantara. saat itu, karena ratusan tahun lamanya dijajah, bahkan bangsa kita menjadi begitu rendah diri baik secara materialis maupun mentalnya. kalian tau, bahkan orang Jawa saat itu harus berjalan hingga mengesot jika ada orang Belanda di depannya.
Ternyata hal itulah yang merupakan titik balik perjuangan awal kemerdekaan. HOS Tjokroaminoto, Sang Guru Bangsa, berpidato dan menyadarkan lintas kota, provinsi bahkan pulau. dihadapan puluhan ribu tanpa sound system, berpidato lantang bahwa kita adalah sama-sama manusia. merdeka. tidak seharusnya merasa rendah diri dan direndahkan. perjuangan terus bergulir, gerilya di mana-mana hingga Soempah Pemoeda tumpah. ya, sudah saatnya bersatu. kita memiliki rasa yang sama. kita satu dalam bangsa, bahasa, dan tanah air. .
Benang merah yang kudapatkan dari Hari Sumpah Pemuda, adalah bagaimana menyamakan visi untuk mencapai cita-cita bangsa kita. Sampai saat ini, tentu kita masih merasakan penjajahan dalam bentuk modern, di mana hedonisme, materialisme dan kapitalisme mendominasi kita. Ketimpangan dan kemiskinan, kerusakan moral dan hukum yang multidimensi kita hadapi sekarang. Ancaman perpecahan jelas di depan mata. Ini bukan lagi penjajahan fisik, namun penjajahan pemikiran yang menjadikan bangsa kita semakin individualis, egois, beringas, pongah, abai dan hanya mementingkan keuntungan pribadi juga syahwat badani. Â
'Baldatun Thoyyibatun wa Rabbul Ghafur', Negeri yang Tuhan Maha Esa lindungi, berkahi dan ampuni karena masyarakatnya tunduk patuh kepada Tuhan Alam Semesta, menjaga manusia, hukum, alam, hewan dan seluruh potensi di dalamnya senantiasa dalam harmoni indah. Tiada saling mendzalimi, tiada saling menjatuhkan, tiada hukum yang tumpul ke atas dan tajam ke bawah.. Saling bersinergi dalam kebaikan dan keadilan. Mencapai kesejahteraan bersama. Ya, visi yang masih sama dengan Para Pahlawan kita ratusan tahun silam.. Bukankah saat ini kita memiliki rasa yang sama? Sama-sama tertindas, sama-sama dikesampingkan dan sama-sama dibungkam kebebasannya? Bukankah ini saatnya menggelorakan kembali spirit Sumpah Pemuda kawan...?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H