Kenapa Ada Pejabat / Tokoh Muslim yang Bicara Ngawur Soal Islam ?
Beberapa hari yang lalu, Alhamdulillah saya berkesempatan untuk menghadiri salah satu majelis ta'lim yang mana diisi oleh seorang Ulama dan Dai ternama yang kiprah dakwahnya biidznillah telah membuat ribuan orang bersyahadat memeluk Islam. Bukan ulama atau dai yang ngartis ya. Identitas beliau sengaja saya rahasiakan. Demi keamanan beliau.
Dalam tema yang membahas tentang antisipasi Kristenisasi di Indonesia, beliau menceritakan pengalamannya. Beliau pernah mendapatkan beasiswa ke Amerika Serikat. Pada saat itu, mereka yang mendapatkan beasiswa diberikan kesempatan menginap di hotel elit. Kalian tahu, ternyata hotel elit itu dilengkapi wanita bule cantik dan (maaf) sudah tanpa busana yang siap menemani selama lima hari di kamar hotel tersebut dan masing-masing telah disediakan. Beliau, begitu membuka pintu hotel dan melihat ada cctv, beliau langsung mundur dan mengurungkan niat untuk menginap di sana. Beliau langsung mencari tempat lain.
Nah, dari strategi tersebut lah, salah satu cara jitu untuk membungkam mulut pejabat atau tokoh Muslim untuk berbicara Islam dengan kebenaran. Justru sebaliknya, mereka harus membicarakan Islam sesuai pesanan 'penjebak' mereka. Daripada video (maaf) mesum mereka beredar pada khalayak?
Dalam seminar lainnya, saya pernah dapati juga bahwa pada tahun 2000-an awal, saat IAIN hampir se-Indonesia berubah nama menjadi UIN, lebiralisasi terjadi besar-besaran. Beasiswa studi Islam bukannya ke timur tengah namun ke negara-negara barat. Belajar Islam bukan dari sumbernya. Ibarat mau memetik kelapa di Eropa. Sungguh tidak nyambung. Bahasa simpelnya, 'cuci otak akbar'. Ini saya dapati juga dari mahasiswa dan dosen kampus terkait yang mengaku bahwa mereka yang 'lurus' sangat dibatasi geraknya bahkan dibredeli.
Belum lagi, gelontoran uang bernilai miliaran dollar untuk kampanye berbagai kebijakan dan gaya hidup liberal atau yang jauh dari Islam dan tentu saja, merekrut pejabat dan  tokoh-tokoh Muslim untuk mendukung mereka. Jadi bukan berdasarkan Alloh SWT dan Rasul Nya mereka berbicara, namun atas dasar uang dan jabatan.
Naudzubillahimindzalik.
Wallahu 'alam bishshawab
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI