Tugas Gagasan Kelompok
oleh Devina Tria Fandina, kelompok Shankara
Latar belakangÂ
Inflasi, isu ekonomi yang kian terasa di indonesia, menjadi keresahan bagi masyarakat. Inflasi adalah hal yang mengerikan. Kenaikan harga barang dan jasa secara umum ini membawa dampak signifikan, memahami inflasi secara mendalam serta dapat memberikan solusi dan strategi bertahan hidup adalah kunci dalam menghadapi situasi saat ini, dan peran mahasiswa sebagai agen perubahan dan pemikir kritis memiliki potensi untuk berkontribusi dalam meredam inflasi dan membangun ekonomi yang lebih kuat. Mahasiswa menjadi kunci untuk majunya pemahaman masyarakat tentang inflasi.
Sumber-Sumber-sumber inflasi di IndonesiaÂ
1. Jumlah uang yang beredar
Menurut sudut pandang kaum moneteris jumlah uang yang beredar adalah faktor utama yang dituding sebagai penyebab timbulnya inflasi di setiap negara, tidak terkecuali di Indonesia. Sejak tahun 1976 presentase uang kartal yang beredar (48,7%) lebih kecil daripada presentase jumlah uang giral yang beredar (51,3%). Sehingga, mengindikasikan bahwa telah terjadi proses modernisasi di sektor moneter Indonesia. Juga, mengindikasikan bahwa semakin sulitnya proses pengendalian jumlah uang beredar di Indonesia, dan semakin meluasnya monetisasi dalam kegiatan perekonomian subsistence, mengakibatkan memberikan kecenderungan meningkatnya laju inflasi
2. Defisit anggaran belanja pemerintah
Seperti halnya yang sudah umum terjadi pada negara berkembang, seperti Indonesia, anggaran belanja pemerintah Indonesia pun sebenarnya mengalami defisit, meskipun Indonesia menganut prinsip anggaran berimbang. Defisitnya anggaran belanja ini banyak kali disebabkan oleh hal-hal yang menyangkut ketegaran struktural ekonomi Indonesia, yang acapkali menimbulkan kesenjangan antara kemauan dan kemampuan untuk membangun.
3. Faktor-faktor dalam Penawaran Agregat dan Luar Negeri
Kelambanan penyesuaian dari faktor-faktor penawaran agregat terhadap peningkatan permintaan agregat ini lebih banyak disebabkan oleh adanya hambatan-hambatan struktural (structural bottleneck) yang ada di Indonesia. Salah satunya harga bahan pangan. Harga bahan pangan merupakan salah satu penyumbang terbesar terhadap tingkat inflasi di Indonesia. Hal ini antara lain disebabkan oleh ketegaran struktural yang terjadi di sektor pertanian sehingga menyebabkan inelastisnya penawaran bahan pangan. Ketergantungan perekonomian Indonesia yang besar terhadap sektor pertanian, yang tercermin oleh peranan nilai tambahnya yang relatif besar dan daya serap tenaga kerjanya yang sedemikian tinggi serta beban penduduk yang cukup tinggi, mengakibatkan harga bahan pangan meningkat pesat. Umumnya, laju penawaran bahan pangan tidak dapat mengimbangi laju permintaannya, sehingga sering terjadi excess demand yang selanjutnya dapat memunculkan inflationary gap. Timbulnya excess demand (permintaan barang jasa lebih dari kemampuan perusahaan) ini disebabkan oleh percepatan pertambahan penduduk yang membutuhkan bahan pangan tidak dapat diimbangi dengan pertambahan output pertanian, khususnya pangan. Lebih lanjut, menurut hasil study empiris yang pernah dilakukan oleh Sri Mulyani Indrawati (1996), selain harga bahan pangan, kontributor inflasi di Indonesia lainnya berasal dari sisi penawaran agregat adalah imported inflation, administrated goods, output gap, dan interest rate.