Mohon tunggu...
aisyi syarifah
aisyi syarifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Film

Review Film Indonesia Drama Komedi "Ngeri-Ngeri Sedap"

15 September 2024   11:51 Diperbarui: 15 September 2024   12:02 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film mengenai kisah keluarga dari suku Batak dibuat oleh Bene Dion melalui drama-komedi yang dikemas secara natural, yang diperankan oleh aktor-aktor hebat yang sangat terkenal  seperti Arswendy Beningswara Nasution (Pak Domu), Tika Panggabean (Mak Domu), Boris Bokir Manullang (Domu anak ke-1), Gita Bhebhita Butar Butar (Sarma anak ke-2) , Lolox (Gabe anak rum) , Indra Jegel (Sahat anak ke-4). Film tersebut diproduksi oleh Imajinari dan Visionari Film Fund yang dirilis 2 Juni 2022 kemarin.


Film Ngeri-Ngeri Sedap menceritakan tentang keluarga yang harmonis dan sukses membesarkan anak-anaknya. Keluarga tersebut juga menjunjung tinggi adat Batak. Pak Domu digambarkan oleh Bene Dion sebagai orang yang ingin dituruti semua kehendaknya.
Film bermula saat Oppung Domu (Ibu dari Pak Domu) ingin mengadakan acara sulang-sulang pahopu yakni acara pengukuhan pernikahan secara adat batak bagi pasangan yang sudah memiliki keturunan.  Tentunya Oppung ingin acara tersebut dihadiri oleh semua anggota keluarga termasuk anak-anak Pak Domu. Apalagi sudah bertahun-tahun anak-anak Pak Domu tidak pulang ke kampung dengan berbagai alasan.


Pada salah satu adegan dalam film Ngeri-Ngeri Sedap juga memperlihatkan indahnya Danau Toba selama semenit dan diiringi nyanyian bahasa batak juga menampilkan pak Domu yang asyik menikmati alunan gitar di lapo (warung). Adegan selanjutnya menampilkan program televisi yang memperlihatkan Gabe (diperankan oleh Lolox), anak ketiga Pak Domu, yang menjadi pelawak di sebuah acara televisi. Pak Domu malu karena ia ingin Gabe menjadi seorang hakim atau jaksa sesuai dengan jurusan yang diambil saat kuliah.


Suku Batak sangat identik dengan orang-orang yang ahli dan minat dalam profesi yang berurusan dengan hukum. Bahkan, sangat wajar rasanya jika mengetahui bahwa Fakultas Hukum dipenuhi oleh orang-orang berdarah Batak. Juga tidak asing rasanya jika mendengar nama-nama pengacara hebat yang bermarga suku Batak. Dan Pak Domu ingin Gabe untuk menjadi seorang hakim atau jaksa yang hebat, dibandingkan menjadi pelawak ditambah lagi Gabe bergelar sarjana hukum.


Tidak hanya profesi yang dipermasalahkan oleh Pak Domu, Domu sebagai anak pertama juga ikut ditentang. Dikarenakan Domu ingin menikah dengan orang berdarah Sunda. Pak Domu sangat memikirkan omongan warga sekitar yang khawatir tentang orang Sunda tidak mengerti adat istiadat Batak. Apalagi adat Batak mempunyai peraturan mengenai anak pertama laki-laki, yang melanjutkan marga dan adat, seharusnya menikah dengan orang berdarah Batak juga. Pak Domu bahkan sampai mengancam ia tidak mau bertemu dengan Domu jika masih melawan saja.


Anak terakhir Pak Domu yang bernama Sahat juga menjadi korban kekhawatiran Pak Domu. Menurut adat Batak, anak terakhir tidak diperbolehkan merantau, ia harus mengurusi orangtuanya. Akan tetapi, Sahat beralasan tidak bisa pulang ke kampung halaman karena punya usaha di desa tempat ia melakukan KKN dan mengurus Pak Pomo yang tinggal sendirian.


Sarma menjadi harapan satu-satunya Pak Domu dan Mak Domu. Karena menurutnya, Sarma-lah yang akan mengurusinya, karena Sarma bekerja sebagai PNS di kecamatan sehingga tidak perlu merantau. Namun, warga sekitar bertanya-tanya kenapa Sarma belum menikah juga. Tokoh Sarma ini menjadi simbol akan adanya stigma bahwa perempuan seharusnya cepat-cepat menikah agar tidak menjadi perawan tua.


Pak Domu menjadi perlambangan akan orangtua yang terlalu memaksakan kehendaknya disebabkan keinginan nya untuk mengikuti adat istitiadat. Pak Domu akhirnya menyusun strategi supaya anak-anaknya mau pulang ke rumah, yakni berpura-pura ingin bercerai dengan Mak Domu.


Pengambilan masalah tersebut semakin membawa kesan dramatis ketika konflik memuncak. Sangat terlihat bagaimana emosi keempat anak Pak Domu ketika mereka terus menerus dipaksa untuk mengikuti keinginan Pak Domu. Dan juga ketika kebohongan Pak Domu dan Mak Domu pun akhirnya terbongkar yang membuat anak-anaknya merasa tidak mengenali keluarga mereka sendiri.

JPNN.com
JPNN.com
Pada film ini tim produksi melakukan riset yang sangat baik akan kehidupan di lingkungan masyarakat Batak. Seperti isu-isu yang diangkat pada film salah satu nya adalah patriaki. Hal-hal kecil yang ditampilkan seperti penataan rumah dan kegiatan bapak-bapak di Lapo membuat film ini semakin realistis. Logat pemeran pun tidak terkesan dilebih-lebihkan, hal ini bisa jadi disebabkan oleh banyak pemeran yang merupakan keturunan Batak. Pengambilan gambar  yang cukup memukau pada film ini menjadi kelebihan lainnya.Kelemahan di film ini yang paling telihat adalah adanya kurang cerita yang lebih mendalam mengenai setiap karakternya yang membuat penonton sedikit tidak terlalu simpati. Selain itu pada pertengahan film, alur cerita yang disampaikan terkesan sedikit membosankan dengan menampilkan beberapa adegan yang tidak terlalu berkesan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun