Baru-baru ini, sektor peternakan Indonesia sedang mengalami sebuah permasalahan, yakni PMK. Wabah ini pertama kali ditemukan di Gresik, Jawa Timur pada tanggal 28 April 2022. Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) merupakan salah satu penyakit yang menyerang hewan ternak, terutama sapi. Penyakit ini disebabkan oleh Aphthovirus yang berasal dari famili Picornaviridae. Dalam bahasa Inggris, PMK dikenal dengan nama Foot and Mouth Disease (FMD).
Sebelumnya, penyakit yang serupa juga pernah dialami Indonesia pada tahun 1887. Beberapa ahli memang sudah memprediksikan bahwa kasus PMK akan kembali lagi ke Indonesia. Hal ini dikarenakan produksi hewan ternak sebagian besar diimpor dari negara yang belum terbebas wabah PMK.
Wabah PMK sangat mudah menular kepada sesama hewan, yakni melalui kontak langsung lewat udara, air liur, susu, dan feses. Penyakit ini sangat menyiksa bagi sapi dan hewan ternak lainnya. Gejala yang timbul adalah demam, lendir dan busa pada mulut, blister di mulut dan kaki, serta air liur yang kental.
Blister merupakan kantung besar berisi air yang berkembang di permukaan kulit hewan, dimana jika kantung tersebut pecah maka akan menyisakan luka dan membutuhkan waktu kurang lebih 10 hari untuk sembuh. Blister sangat mengganggu aktivitas hewan ternak, seperti makan dan minum yang nantinya akan mengakibatkan hilangnya kekuatan pada hewan ternak tersebut.
Hewan yang terjangkit PMK mengalami penurunan berat badan, penurunan produksi susu, dan penurunan fertilitas. Biaya yang harus dikeluarkan juga tidak sedikit, mengingat perlu adanya perawatan dan pengawasan yang ketat. Hal ini akan memberi dampak yang merugikan sektor perekonomian dan industri peternakan.
Namun, kita tidak perlu khawatir tertular virus ini. Anggota Komisi Ahli Kesehatan Hewan Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Karantina Hewan Kementerian Pertanian, Denny Widaya Lukman mengatakan bahwa PMK pada hewan ternak tidak berbahaya bagi manusia, hanya saja akan mencemari lingkungan dan merusak ekosistem.
Seperti yang kita ketahui, tidak lama lagi umat Islam akan merayakan Hari Raya Idul Adha. Tentu saja perayaan ini ditandai dengan penyembelihan hewan qurban di masing-masing daerah. Banyak masyarakat bertanya-tanya terkait hal ini. Bagaimana tidak, masyarakat khawatir dengan adanya wabah PMK ini akan berpengaruh bagi kualitas hewan qurban yang akan disembelih.
Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Surabaya telah melakukan antisipasi penyebaran wabah PMK dengan mengerahkan banyak dokter hewan untuk memeriksa seluruh hewan ternak. Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa juga memerintahkan 15 kabupaten/kota yang terbebas PMK untuk mensuplai kebutuhan menjelang Idul Adha, seperti Nganjuk, Kediri, Blitar, dan lain-lain. Beliau meminta agar hewan ternak sudah dipastikan aman dan terlindungi.
Gubernur Khofifah sangat memberikan perhatian khusus terhadap kasus ini. Beliau mengusahakan untuk memberi proteksi dalam lalu lintas pengiriman sapi, yakni melewati jalur penyeberangan laut dan tidak melewati kawasan zona kuning. Hal ini dikarenakan penyebaran wabah PMK ini melalui airbone (transmisi udara).
Dalam rapat koordinasi yang diikuti oleh beberapa pejabat penting daerah, beliau menghimbau kepada para bupati dan walikota se-Jawa Timur untuk segera membentuk satgas penanganan PMK dan menerbitkan edaran terkait panduan pemotongan hewan qurban di wilayahnya masing-masing. Beliau juga menghimbau untuk segera meluaskan jangkauan penyuntikan hewan ternak di semua daerah.
Pemerintah Jawa Timur juga melakukan pengawasan yang ketat untuk mengendalikan penularan wabah PMK ini. TNI dan Polri sudah ditugaskan untuk membantu mengawasi kebijakan isolasi atau karantina pada beberapa daerah dan penutupan pasar hewan secara sementara. Beberapa daerah yang mendapatkan perhatian khusus dalam permasalahan ini adalah Gresik, Lamongan, Mojokerto, dan Sidoarjo.