Kos-Kosan Membawa Berkah : Dulu Masih 11 Kamar Tapi Sakarang Sudah Lebih 30 Kamar
Sekilas jika dilihat dari depan seperti rumah tempat tinggal biasa. Tapi siapa sangka dibelakang "rumah biasa" tersebut memiliki banyak sekali kamar-kamar yang disewakan, atau bisa disebut kos-kosan. Rumah tersebut dimiliki oleh sepasang suami istri. Sang suami yang bernama Supoyo memiliki beberapa usaha yaitu kos-kosan dan juga usaha laundry. Pak Poyo, begitu beliau disapa merupakan kelahiran Sragen yang menikah dengan istrinya yang orang solo. Saat ini Pak Poyo sudah memiliki beberapa kos-kosan yang tersebar di sekitar UMS. Selain itu, disetiap kos-kosanya dilengkapi dengan usaha laundry. Jadi, mahasiswa yang tinggal di kosan Pak Poyo tidak perlu khawatir jika malas untuk mencuci baju bisa langsung bisa serahkan di laundry depan kosannya.
Usaha kos-kosan dan juga laundry yang dimiliki oleh pak poyo sudah berdiri kurang lebih 15 tahunan. Mulanya pak poyo hanya mempunyai 11 kamar, namun seiring berjalannya waktu sekarang pak Poyo sudah memiliki lebih dari 30 kamar kos-kosan. Untuk mendapatkan hal tersebut, beliau mengatan bahwa tidak mudah untuk sampai di titik ini. Pak Poyo sudah melewati berbagai rintangan dan masalah dalam membangun usahanya tersebut. Dulu awal-awal ketika pak Poyo baru selesai membangun kos-kosan pertamanya, tidak semua kamar berhasil disewakan. Dengan hal tersebut pak Poyo harus pintar memutar otak untuk menyewakan semua kamarnya yang berjumlah 11 kamar. Pak Poyo ketika itu melakukan strategi menempel nomor telepon dan menuliskan "ada kamar kosong di kos patriot, segera hubungi nomor dibawah". Selain itu, pak Poyo pernah menunggu selama berjam-jam di pos ronda untuk kemudian pak Poyo menawarkan kamar kos-kosanya kepada orang-orang yang sedang melewati pos ronda tersebut.
Namun, cara tersebut hanya memiliki tingkat keberhasilan yang kecil, sehingga Pak Poyo harus memikirkan lagi ide untuk menyewakan semua kamar kosannya. Berkat inovasi dan juga kreatifitasnya, Pak Poyo akhirnya membangun usaha laundry yang letaknya berbarengan dengan tempat kosannya. Tujuan awal Pak Poyo membangun usaha tersebut karena pada saat itu usaha laundry mempunyai peluang sangat besar, karena banyak orang yang belum memiliki usaha laundry. Selain itu, jarang ada kos-kosan dan laundry menjadi satu tempat sehingga mahasiswa tidak perlu repot-repot pergi untuk melaundry pakaian yang dimilikinya. Jarak yang dekat dan juga gampang dijangkau memudahkan mahasiswa untuk meringankan beban tugas selain kuliah. Namun lagi-lagi usaha laundry tersebut juga memiliki up and down. Pada awal-awal ternyata usaha laundry tersebut juga tidak langsung berjalan pesat, melainkan Pak Poyo mengalami sepi pembeli. Tetapi Pak Poyo selalu mempunyai cara untuk mengiklankan usahanya. Beliau pernah memposting usahanya di laman facebook dan juga memberikan diskon setengah dari harga aslinya. Dengan cara tersebut usaha laundry kembali bangkit dan dibarengi juga dengan usaha ko-kosannya.
Dari kisah Pak Poyo ini, kitab isa belajar bahwa jangan mudah pantang menyerah, gali terus ide dan kreativitasmu karena dua hal tersebutlah yang bisa menyelamatkan apa yang sudah kamu bangun. Dan juga jangan mengharapkan bahwa usaha yang kita bangun akan seketika langsung sukses. Semua butuh proses dan kita sebagai pelaku usaha harus menjalani proses tersebut dengan sabar, tekun dan Ikhlas sehingga usaha yang kita memiliki bisa berkembang, maju dan kuat. Jangan lupa untuk selalu berusaha dan bekerja serta berdoa agar jalan yang kita ambil di ridhoi oleh Allah SWT. Semoga kisah Bapak Poyo ini bisa mengisnpirasi kita semua untuk berjuang meraih Impian yang kita cita-citakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H