Praktis menjadi kata yang sudah mendarah daging bagi masyarakat yang hidup di era digital saat ini. Kata kerja tersebut menjadi kebutuhan bagi para penikmat teknologi, bahkan tak sedikit prinsip kemanusiaan dialihkan dengan kecanggihan teknolgi yang semakin pesat.
Kondisi demikian bukan hanya terjadi dalam skala kecil saja, bahkan dalam jumlah besar penduduk dunia lebih mengedepankan sisi teknologi daripada beradaptasi langsung dengan lingkungan sekitarnya. Akibat hal tersebut sering kita temukan dilapangan keberadaan teknologi terlalu memanjakan manusia.
Melansir beberapa media nasional, negara yang masih menyandang status berkembang ini tercatat masuk dalam urutan lima besar penduduk dengan pengguna internet terbanyak di dunia.
Maka pembahasan ini menjadi sangat menarik untuk dikulas karena menyinggung langsung dengan perubahan budaya yang terjadi dimasyarakat indonesia khusunya.
Seperti yang diketahui. Pada dasarnya, Bangsa Indonesia merupakan bangsa gotong royong, yakni melibatkan diri secara langsung berbaur bersama masyarakat lain untuk mengejarkan sesuatu. Itu dulu,! Meskipun masih ditemui, namun tidak semarak bacaaan yang disajikan oleh para penulis, dimana dalam artikel mengambarkan masyarakat yang akur, kini hanya menjadi hiasan kertas yang tidak sesuai dengan fakta dilapangan.
Bukan menuding, Saat ini masyarakat lebih mengutamakan kepraktisan, salah satu contoh yaitu, mengutamakan material dari pada terlibat langsung. Orang yang bisa menyumbangkan materi tidak akan terlibat lagi secara nyata dalam mengerjakan sesuatu,ia menganggap materi sudah mewakili dirinya. Padahal jika terlibat itu lebih menguntungkan secara psikis dan mengeratkan silaturahmi, sehingga tak menghargai sesuatu dengan materi saja.
Memang, pemanfaatan teknologi informasi pun dimulai pada saat teknologi informasi dianggap sebagai media yang dapat menghemat biaya dibandingkan dengan metode konvensional, misalkan saja pemakaian mesin ketik, kertas, penghapus, tipe-x, dan lain sebagainya yang cenderung tidak efisien. Sekarang dengan bantuan komputer kita bisa melihat hasil ketikan di layar monitor sebelum dicetak sehingga lebih tepat dalam waktu dan tempat penyimpanan file.
Setelah dirasakan bahwa teknologi Informasi dapat menggantikan cara konventional, orang mulai melihat kelebihan lainnnya, seperti menggantikan sarana pengiriman surat dengan surat eletronik (e-mail), pencarian data melalui searching, chatting, mendengarkan musik, dan sebagainya. Namun, pada secara tidak sadat dalam tahapan ini pengguna teknologi sudah menginvestasikan dirinya pada perangkat komputer.
Dari pemanfaatan itu pula, teknologi informasi mulai digunakan dan diterapkan berbagai bidang kehidupan antara lain dalam bidang pendidikan, bisnis, pemerintahan, sosial, politik bahkan operasional dalam proses bisnis. Misalnya, perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan menyediakan informasi jasa dan produk yang ditawarkan tanpa dibatasi ruang dan waktu.
Contoh lainnya terdapat pada dunia pendidikan, dimana peserta didik lebih menjadikan teknologi dengan fasilitas internet untuk menemukan sesuatu secara otodidak, daripada harus membawa pena dan kertas belajar bersama rekannya dengan seorang guru. Jika melirik sejarah, sepandai apapun masyarakat Indonesia pada era sebelumnya, konsep belajar bersama lebih diutamakan meskipun dirinya seorang konglomerat yang mampu menyewa seorang guru untuk belajar sendiri, dari pada menjadi individual yang hanya ditemani teknologi, sehingga guru sebenarnya saat ini adalah internet bukan manusia.
Hal itu akan berdampak pada kondisi sosial yang tidak acuh terhadap manusia lain, artinya tidak ada lagi prinsip mendaki bersama untuk mencapai kemerdekaan, dan sudah berganti dengan maju sendiri lebih baik. Padahal jika dikerjakan bersama dan melewati bersama akan ada sisi positif terhadap kejiwaan, jika selalu sendiri maka ketika depresi dapat menjerumuskan seseorang pada hal negative. Bayangkan saja mana lebih baik, bersama atau sendiri-sendiri.
Sebenarnya masih banyak hal lain akibat dari praktisasi kehidupan dalam masyarakat indoensia, dampak terburuknya ialah bangsa kini kehilangan jati diri bangsanya, sehingga manusia individualis dan manusia maya tercipta dan memotong roda komunikasi langsung yang digantikan dengan teknologi, interaksipun dilakukan hanya melalui media bukan secara tatap muka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H